The_Last_Vampire_Chapter 10

259 35 17
                                    

Minho membereskan semua barangnya, akhirnya kelas telah selesai lebih awal dari biasanya. Dia tak ingin buang-buang waktu lagi. Pokoknya Minho mau pulang cepat dan langsung merebahkan dirinya ke kasur. Akhir-akhir ini pun Minho berusaha melakukan komunikasi seminim mungkin pada semua orang, termasuk Chan teman sebangkunya.

Pria itu jangan ditanya lagi, dia banyak sekali bicara hingga sampai guru menegur keduanya karena berpikir bahwa kedua orang itu mengobrol saat dia mengajar. Tapi belakangan ini Minho berhasil mendiamkan Chan.

Karena sikap dinginnya membuat Chan mungkin kesal dan bosan hanya duduk saja di samping Minho. Chan sekarang mulai sering bermain dengan teman kelas lainnya, kadang dengan Jungkook dan teman dari kelas lain. Mungkin bisa dikatakan bahwa hidup Minho mulai kembali seperti dulu.

Tinggal beberapa bulan lagi dia akan menyelesaikan pendidikannya. Minho sangat tidak sabar keluar dari tempat ini. Dia sebenarnya belum ada rencana, mungkin pergi ke tempat baru dan melanjutkan kuliahnya. Minho mungkin bisa bertemu dengan beberapa orang vampir yang bisa dijadikan teman. Pokoknya yang terpenting tidak ada Bang Chan.

Tangan mungil Minho memasukan buku terakhirnya ke tas. Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat. Sebuah surat disodorkan ke arah dirinya. Minho tak menoleh, dia hanya menariknya agak kasar. Tak ada pembicaraan antar kedua orang itu.

Maunya Minho langsung membuang suratnya, namun dia agak penasaran dengan isi dari surat tersebut. Apalagi tulisan pada kopnya sangat rapi. Tulisan Bang Chan memang sangat bagus.

"Ke ruang seni setelah ini, ada yang ingin aku bicarakan"

Minho menaikan salah satu alisnya, kenapa dia seperti mengancam Minho? Pria itu pun menghela napas pelan, entah apa yang ingin dibicarakan oleh Chan. Apa sangat penting dan serius? Kenapa dia tak bicara tadi saja. Minho jujur sudah muak, Chan harus segera diberikan pelajaran.

Netranya menatap ke dalam ruangan, ruangan yang sebenarnya yang paling Minho sukai. Minho sangat menyukai lukisan walaupun dirinya tidak bisa membuat satu yang bagus. Namun seni membuat pikirannya menjadi lebih rileks. Warna-warni tinta selalu membuat hati Minho terasa berwarna. Tangan mungilnya mendorong pintu yang ternyata tak terkunci.

Langkah demi langkah Minho lakukan hingga sampai di dalam. Selain melukis, hal yang paling Minho ingin coba adalah bermain piano. Kebetulan saat ini sepi, dirinya sekarang berjalan cepat menuju ke sebuah piano klasik yang ada di sudut ruangan.

Minho tersenyum tipis ketika bokongnya duduk di sana. Kursi tempat itu sangat empuk. Jemarinya kini menyuduri tiap nots yang penuh debu.

"Apa tidak ada yang pernah menggunakannya?" Gumam Minho berusaha membersihkannya. Di saat dirinya fokus, suara pintu membuat Minho diam. Dia langsung mengubah posisi tempat duduknya menatap ke pintu. Seperti biasa dengan wajah dingin arogan miliknya.

Minho melihat Chan datang dengan sebuah bunga mawar di tangannya. Bunga? Kenapa dia membawa benda aneh itu. Pria itu tersenyum menatap Minho sementara yang ditatap berusaha tak menggubris sama sekali.

"Apa sudah lama?" Tanya Chan lembut. Minho menatap pria itu tajam. Pria manis itu melihat wajah Chan agak memerah, dia juga seperti agak cemas dan gugup.

"Cepat! Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Minho sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Chan kini bersujud di depan Minho sembari memberikan bunga mawar itu kepada si manis.

"Minho maafkan aku jika aku merasa tidak nyaman, ini bunga untuk mu" kata Chan membawa benda indah itu ke tangan mungil sang vampir. Minho menatap bunga itu dengan tersenyum sinis.

"Aku menyukai mu Minho dari pertama kali kita bertemu" katanya. Mendengar itu Minho terlihat tersenyum miring. Tanpa berpikir panjang dia mengembalikan bunga yang diberikan oleh si serigala.

"Apa ini rencana mu? Membawa ku kemari untuk ini?" Tanyanya. Siswa dengan tubuh kekar itu masih bersujud di depannya. Katanya berbinar penuh cinta tiap kedipannya. Jantungnya berdebar sembari memberikan bunga itu pada sang pujaan hati.

"Minho apa kau mau jadi pacar ku? Aku menyukai ku saat pertama kali kita bertemu" katanya. Pria yang bernama Minho menatap pria ini. Rasanya sangat berlebihan dan membuang-buang waktu.

"Bang Chan. Kau manusia serigala, kau pasti punya mate kan?" Tanyanya dingin. Wajah pucatnya kini tersenyum miring menatap pria di kakinya.

"Tidak, mate ku sudah mati saat aku berumur 15 tahun. Jadi aku adalah serigala tanpa mate" katanya. Minho tertawa sinis mendengar apa yang pria ini katakan. Dia perlahan mengambil bunga mawar yang dibawa oleh Chan lagi.

Perlahan senyuman di bibir Chan terlihat, mawar cantik itu seperti menyaingi kecantikan sang pujaan hati. Namun, perlahan tangan mungil pucat sang vampir meremas kelopak bunga itu hingga hancur dan membuangnya ke hadapan Chan.

"Aku tidak mau jadi pelampiasan mu, sebaiknya kau pergi. Cari serigala atau mahkluk lain" katanya bangun. Chan menunduk sembari berusaha mengendalikan dirinya. Apa Minho telah menolak dirinya sekarang?

Minho pergi sembari menggengan satu kelopak bunga mawar merah dari Chan langsung pergi dari sana. Chan sekilas terduduk merasa lemah. Pertama kalinya dia ditolak selama hidupnya. Banyak sekali orang yang menginginkan Chan, tapi kenapa Minho tidak?

"Aku bersumpah, suatu hari nanti aku akan menikahi mu Minho" ucap Chan tiba-tiba. Tak peduli wolf dalam dirinya terus memusuhi Chan karena lebih memilih seorang vampir seperti Minho daripada mencari serigala lain yang dijadikan sebagai seorang mate baru.


_____




Chan seperti lemah, tubuhnya benar-benar lemah setelah mendapatkan penolakan dari vampir cantik, Minho. Dirinya berusaha menepis wajah manis dan cantik yang selalu hinggap di kepalanya. Apa Chan sudah gila? Kenapa sulit sekali.

"Bang Chan!! Ayo bangun dan makan, kau tidur seharian dasar malas" ucap sang nenek yang agak kesal melihat cucunya itu. Hari ini adalah hari libur, tapi Chan terlihat seperti seorang cucu yang tidak berguna.

"Nenek aku tidak mau makan" katanya masih di dalam selimut. Sungguh tak ada semangat sedikit pun dalam hidupnya. Rasanya Chan ingin mengubur dirinya saja dan tidak mau melakukan hal lain.

Melihat itu nenek berjalan ke dalam kamar Chan, dengan satu tarikan selimut itu kini terlepas dari Chan. Chan terlihat tertidur meringkuk di sana.

"Kau kenapa?" Tanya wanita itu agak marah.

"Nenek! Jangan meneriaki aku, aku sedang sedih" kata Chan kesal. Wanita itu kini menaikan salah satu alisnya bingung dengan sikap cucu satu-satunya itu. Tapi melihat keadaan Chan seperti seorang serigala yang patah hati.

Setahunya mate Chan kan sudah meninggal, tapi kenapa pria ini bersikap demikian? Aneh sekali. Namun, sebuah senyuman merekah di wajahnya.

"Apa ada seseorang yang menolak ku?" Tanya sang nenek. Chan seketika merona menatap si wanita tua. Apa sangat ketara? Kenapa dia bisa tahu?





TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang