Chan benar-benar tidak menyangka jika dia di panggil untuk melakukan wawancara di sebuah perusahaan. Tentunya dia sangat bahagia, tapi sebelum mendapatkannya dia harus menyembunyikannya dari Minho.Minho akhir-akhir ini sangat protektif pada Chan, dia bahkan tidak memperbolehkan pria itu untuk keluar rumah. Minho terus merasa Chan untuk istirahat di flat mereka. Chan tidak tega melihat Minho yang terus kelelahan tiap hari.
Wajahnya kian lemah dan pucat, apalagi saat terkadang dirinya melihat Minho muntah-muntah di pagi hari. Mungkin karena dia tidak makan dengan baik. Minho lebih sering minum sedikit, dia memberikan Chan bagian minuman lebih banyak alasannya adalah untuk mempercepat pemyembuhannya.
Tapi ini sudah enam bulan, Chan merasa sudah sembuh tapi Minho tetap seperti itu. Kini dirinya meminjam sebuah kemeja sederhana yang ada di lemari, dia bertekad untuk mendapatkan pekerjaan itu.
_____
"Chan!! Chan!!" Teriak Minho saat sampai di rumah. Tak ada aroma pria itu di sekeliling sana, Minho langsung cemas sampai tubuhnya bergetar hebat. Pikirannya sangat takut jika Chan akan pergi meninggalkan dirinya lagi.
Tanpa berpikir panjang, Minho berlari keluar flat. Turun tangga dengan kedua kaki yang masih sakit. Pikirannya selalu kalut saat Chan menghilang. Tak jauh dari sana, Minho menemukannya. Chan ada di hadapan Minho dengan pakaian rapi khas kantoran.
Wajahnya terlihat terkejut melihat Minho seperti menahan tangisan. Pria itu berlari menghampiri Minho. Tanpa berpikir panjang Minho memeluk Chan dengan erat.
"Kau dari mana saja?" Tanya si manis. Chan terkekeh mendengar apa yang diucapkan oleh pria ini. Rasa cemasnya kadang agak berlebihan.
"Minho aku mendapatkan pekerjaan" katanya sumbringah. Minho terkejut sampai terbelalak namun segera mungkin Chan mengusap wajah manis di depannya agar lebih tenang.
"Aku sudah sembuh, jangan khawatir lagi. Lagupula aku ini suami mu, seharusnya aku yang harus bekerja sama seperti dulu" katanya. Minho tak bisa mengelak, tapi dari wajah Chan terlihat pria itu sungguh serius.
"Pekerjaan apa?" Tanya Minho lagi.
"Hanya karyawan kantor, tapi gajinya lumayan. Cukup untuk kebutuhan hidup kita" kata Chan mengusap rambut si manis. Minho pun mengangguk sembari tersenyum. Toh bukan pekerjaan kasar seperti yang dirinya lakukan.
Ketika akan kembali, Minho tiba-tiba memegang perutnya. Rasanya aneh dan entah kenapa membuat dia ingin muntah.
"Hmmmm" Minho langsung memegang mulutnya dengan kedua tangan. Melihatnya membuat Chan jadi cemas.
"Kenapa Minho?" Tanya pria itu. Minho menggeleng, kembali refleks seperti orang yang ingin muntah. Chan lalu menggiring Minho ke sebuah toilet umum yang tak jauh dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...