Minho akhirnya berhasil menaiki bis terakhir yang menuju ke distrik sembilan. Hampir sejam dirinya di jalanan, apa Chan tidak lelah berangkat dan pulang ke sekolah dengan rumah yang jauh seperti ini?
Kedua tangan Minho sebenarnya sudah lelah membawa sekantok kresek makanan dan minuman. Dia juga membeli beberapa daging segar yang diskon. Sebenarnya Minho bingung membeli apa untuk menjegung Chan. Pertama kali juga dia pergi ke supermarket untuk membelanjakan uang miliknya.
Tatapan aneh itu terus Minho dapatkan dari beberapa orang di dalam bis. Rasanya sangat tidak nyaman, seperti ingin langsung keluar saja dari sini. Tak lama setelah itu akhirnya bis berhenti dan semua penumpang bersiap turun termasuk Minho.
Suasana di sini benar-benar sangat asri, banyak sekali pohon-pohon yang rindang. Udaranya sangat dingin dan menusuk sama seperti yang Minho suka. Udara pun terasa sangat bersih.
"Katanya di depan Peternakan Moody apa ditu ya?" Batin Minho menatap ke sebuah rumah berdiri sendirian tepat di samping danau. Dengan kedua tangan yang sudah lelah Minho berjalan ke sana menyusuri jalanan setapak yang indah.
"Tunggu, apa yang harus aku katakan? Apa yang harus aku lakukan? Bingung. Bagaimana jika Chan perpikiran lain"
Pertanyaan itu seperti muncul di kepala mungilnya. Saat itu juga Minho merasa takut bertemu dengan pria itu. Langkahnya kini perlahan mundur, ketika berbalik suara lembut terdengar memanggil dirinya.
"Apa kau teman cucu ku?"
Minho langsung berbalik menatap sesosok wanita tua yang ada di depan rumah menatap dirinya. Minho langsung menunduk memberikan hormat. Perlahan dia melihat sebuah senyuman dari wanita itu untuknya.
"Ayo masuk, Chan ada di dalam" katanya mendekat ke arah Minho. Minho langsung berada kaku, apalagi saat wanita itu membawanya mendekat ke arah rumah.
Rumah ini lumayan bagus, tempatnya memang agak kecil dan sederhana. Minho samar-samar menghirup aroma dari Bang Chan.
"Chan sedang tidur" kata wanita itu. Minho hanya menatap wanita itu dingin sembari berusaha baradaptasi.
"Ini" ucap si manis memberikan semua bawaannya pada nenek Chan. Melihatnya membuat wanita tua itu terkekeh perlahan. Ternyata benar apa yang cucunya ceritakan, vampir yang satu ini sangat manis dan cantik walaupun terlihat sangat dingin.
"Terima kasih kau sudah jauh-jauh datang ke sini. Nenek sudah dengar semuanya bahwa Chan berusaha mencium mu di sekolah. Tolong maafkan cucu ku" katanya sembari membungkuk pada Minho. Minho menjadi tidak enak dan berusaha membangunkan wanita itu.
Perlahan tangan pria tua itu memegang tangan Minho. Si manis hanya menurut dan sampai ke sebuah kamar yang terbuka.
"Bang Chan, ada teman yang datang!" Kata wanita itu membangunkan cucunya. Minho terbelakak saat melihat pria itu membuka matanya.
"Minho.... hiks, aku sakit" katanya merengek. Wanita itu pun menatap si manis.
"Ayo masuklah sebentar" katanya. Minho pada akhirnya menurut dan masuk ke sana. Tatapan penuh dendam itu Chan dapatkan dari sang vampir manis di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanficSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...