Minho merasa aneh ketika melihat Chan diam saja. Biasanya dia sangat cerewet dan pasti membujuk Minho dengan sekuat tenaga. Tapi hari ini dia berbeda sekali.
"Aku tidak yakin bisa hidup tanpa mu" celetuk Chan. Minho langsung mendorong pundak Chan hingga pria itu hampir jatuh dari kasur. Sekilas Minho bisa melihat suara tawa Chan yang terkekeh.
"Jangan manja, kau itu kaya dan pemilik perusahaan. Pasti banyak orang yang mengantri. Jangan sok lemah" kata Minho agak kasar. Tapi Chan hanya terkekeh mendengarnya. Dia jadi ingat dengan Minho remaja.
Lumayan lama, satu jam berlalu dengan cepat. Chan sudah melihat Minho yang mengantuk, besok mungkin adalah perjalanan panjang untuknya.
"Tidurlah, aku akan pergi" kata Chan padanya. Minho menoleh menatap Chan lalu mengangguk. Ketika di depan pintu pria itu terus menatap Minho dengan sebuah senyuman yang menampakan kesedihan tapi berusaha dia tutupi.
"Pergi sana!" Usir Minho. Chan mengangguk tapi dia masih melakukan hal yang sama.
"Aku hanya ingin melihat wajah cantik mu untuk terakhir kalinya. Aku tahu kita tak akan bisa bertemu lagi. Tolong berbahagialah di sana, cari pasangan vampir yang baik yang mencintai mu. Tolong jangan pernah lupakan aku Minho" katanya dengan nada menekankan.
Minho merasa agak sesak mendengarnya, dia jadi ingin menangis. Dasar Bang Chan sialan yang selalu membuat dirinya menangis.
"Lihat! Aku akan terus memakainya selama hidup ku. Walaupun tidak sah di hukum, tapi kau tetap istri ku. Aku selamanya akan menjadi suami mu, aku akan terus mencintai mu sampai ajal ku nanti. Jadi tolong jangan membenci ku" katanya. Minho membuka pintu dan mendorong Chan keluar dari sana.
"Jangan bicara omong kosong, pergi sana!" Usir Minho. Chan hanya tersenyum melihat Minho masuk sembari membanting pintu. Sebisa mungkin dia harus tegar, dia tak ingin Minho sedih dan takut akan kehadirannya.
"Selamat tinggal Minho, aku mencintai mu" katanya berbalik dari sana dengan putus asa.
_____
Minho sudah ada di bandara, dia memang berencana datang lebih awal. Matanya kini menatap jet pribadi yang akan membawanya ke sana. Karena sendirian orang-orang itu mengatakan jika memakai pesawat biayanya akan mahal karena harus mengantar satu orang saja.
Sembari menunggu Minho mengisi beberapa formulir untuk keberangkatan. Suara berita pagi terdengar di telinganya memecah keheningan.
"Berita terkini. Presiden direktur muda perusahaan besar XXX ditemukan meninggal dunia di sungai X. Mayat ditemukan terapung. Pria malang berusia 30 tahunan itu diduga mengakhiri hidupnya dengan melompat ke sungai semalam. Dari penilaian sekilas, mungkin Tuan Bang Chan sudah meninggal sekitar 6 jam sebelum ditemukan....."
Minho membeku saat mendengar berita itu, tanpa sadar dia meremas kedua tangannya. Dia tidak bermimpi kan?
"Hiks. Tidak. Ini tidak benar" tanpa berpikir panjang dia langsung pergi meninggalkan bandara. Tak peduli apa yang terjadi, dia harus memastikan bahwa Bang Chan tidak mati.
Rumah sakit tempat dilakukan otopsi ramai dipenuhi dengan wartawan. Hal itu membuat Minho menjadi susah masuk ke dalam, apalagi saat melihat beberapa pengawal dan orang perusahaan yang berjaga di sana dengan ketat.
"Tidak, tadi malam dia masih hidup hiks" kata Minho kehilangan akal sehat. Tak menyangka Bang Chan akan nekat melakukan ini pada dirinya sendiri. Dia tak pernah menduga jika Chan bisa bunuh diri.
"Tolong hiks biarkan aku masuk, aku ingin bertemu dengan nya" kata Minho pada mereka. Di depan saja Changbin hanya menatap Minho dengan tatapan penuh dendam dan amarah.
"Seharusnya aku lenyapkan kau" katanya. Minho menangis, dia berusaha memberontak. Dia ingin bertemu Chan memastikan bahwa pria itu tidak mati.
"Changbin tolong aku hiks" ucap Minho memohon. Namun, dua sosok datang dari depan sana. Tatapan mereka terlihat sedih dan kecewa.
"Biarkan dia masuk" kata pria patuh baya itu. Minho berlari ke dalam dan mengekor pada kedua orang tua Chan. Tangisan Minho pecah saat sampai di ruangan mayat. Tubuh Chan sudah pucat dan lemah. Tak ada degupan jantung nya yang cepat itu. Tak ada suara napas dan tubuhnya tidak hangat lagi. Pakaian Chan masih sama seperti semalam, jarinya masih memakai cincin pernikahan mereka di jari manisnya.
Minho menangis terisak, jika semalam dia berubah pikiran mungkin Chan tidak akan pergi secepat ini.
"Bang Chan bangun hiks, bangun. Aku merindukan mu, aku masih mencintai mu juga. Tolong maafkan aku" kata Minho memeluk tubuh Chan yang sudah menjadi mayat. Isakan dari kedua orang tua Chan pun terdengar. Dirinya mendekat pada Minho dan mengusap bahu pria manis itu.
"Ini juga kesalahan kami, Chan melakukan ini karena kami. Maafkan kami Minho" kata mereka. Minho tidak fokus, dia hanya fokus pada Chan yang tak bernyawa.
"Jika kau memang mencintai dia, kau bisa menghidupkan kembali" kata sang ayah tiba-tiba. Minho seketika terdiam, agak mustahil tapi apa bisa.
"Tolong Minho, bangkitkan dia lagi. Kami merelakan dia untuk mu asal dia kembali hidup. Cobalah nak" kata wanita itu. Minho melihat Chan. Dia ingat bagaimana dulu Chan melindungi dirinya sampai mempertaruhkan jiwa.
Sekarang saatnya Minho melakukan hal yang sama, tidak peduli jika Chan membencinya dan dirinya dikutuk. Minho hanya ingin Chan kembali hidup. Dia harus egois.
______
Karena bantuan kekuasaan dari kedua orang tua Chan. Minho berhasil membawa Chan pergi dari tempat itu walaupun dia tidak tahu berhasil atau tidak. Tubuh Chan masih kaku bagaikan mayat. Hanya ada dua gigitan di leher kanannya.
Minho terus berdoa kepala Dewi Bulan untuk mengembalikan jiwa Chan walaupun mustahil. Minho tidak yakin jika Chan akan mendapatkan kembali ingatannya atau menjadi dirinya yang dulu. Yang penting Chan hidup, intinya begitu.
Setelah sampai Minho harus mengisi beberapa formulir untuk dirinya dan Chan. Kemudian keduanya di bawa ke sebuah flat yang khusus untuk imigran baru seperti Minho.
Minho dengan susah payah membawa tubuh Chan masuk. Tubuh Chan kini tak sekaku kemarin. Pria itu seperti seseorang yang tertidur pulas sekarang. Entah kapan dia akan sadar, tapi Minho sangat berharap semuanya berhasil.
Minho menatap bangunan di depannya. Ternyata benar kata orang tempat ini sepertu dunia yang berbeda. Jujur menurut sudut pandang Minho sebagai vampir sangat bagus dan nyaman. Tapi apa Chan bisa beradaptasi di sini?
Minho menghembuskan napas panjang, dia pun menutup pintu dan menguncinya. Menurut Minho tempat ini lumayan nyaman. Walaupun agak berdebu, tapi karena gratis untuk satu tahun ke depan lumayan.
Sembari menunggu Chan sadar Minho berusaha bersih-bersih bangunan tempat yang dia akan panggil rumah mulai sekarang.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...