Awalnya Minho tidak terlalu berharap diterima, namun seperti dia diberkati saat ini. Uang tabungan Minho kian menepis yang mengharuskan dirinya bekerja. Masa bodoh bertemu dengan Chan lagi yang penting dia bisa bertahan hidup.
Waktu berlalu dengan sangat cepat, akhirnya Minho ditetapkan sebagai pegawai perusahaan milik Bang Chan. Minho sebenarnya tidak menduga jika pria seperti Chan adalah orang kaya.
Dia sangat ingat dulu ketika sekolah, pria itu pakaiannya agak mengkhawatirkan. Kadang juga Chan tidak membawa uang. Tapi entahlah, tidak penting juga menurut Minho.
Tak seperti pegawai lainnya, khusus untuk sang vampir. Pria itu ditempatkan langsung di ruangan Presdir. Minho sebenarnya sudah tahu jika ini adalah akal-akalan Chan saja. Tapi lebih baik daripada menjadi pengangguran.
Kini Minho mendapatkan senyuman manis dari sang pemilik perusahaan. Pakaiannya seperti biasa modis dan agak tampan. Menurut Minho pria itu lebih cocok dengan rambut hitamnya. Aroma Chan pun sudah tidak bau matahari lagi, parfumnya mungkin sekarang mahal dan jujur sangat wangi.
"Kenapa kau menatap ku begitu?" Tanya Chan berusaha menggoda dirinya. Minho memutar bola matanya berusaha menjaga sikap. Jika saja pria ini bukan atasannya mungkin Minho sudah melambungkan sebuah tinju untuknya.
"Tuan ini adalah hari pertama saya jadi apa yang harus saya kerjakan?" Tanya si manis membungkuk.
"Baik-baik, aku tidak akan menganggu mu ketika sedang bekerja. Rencananya aku akan menjadikan mu asisten pribadi ku. Namun kau juga akan mendapatkan bagian pekerjaan dari Changbin dan Jisung sekretaris ku" jelasnya. Minho agak melongo.
"Aku sudah memberitahu pada mereka jadi kau tunggu saja di sana. Aku sudah menyiapkan meja untuk mu" kata Chan menoleh ke belakang Minho. Si manis berbalik mendapatkan sebuah meja kerja di sana. Sepertinya saat wawancara kemarin tempat itu tidak ada.
"Apa saya di sini? Bukanlah harusnya saya dengan kedua sekretaris anda?" Tanya Minho meringis. Melihat Chan saja membuat mood Minho kesal apalagi harus satu ruangan.
"Kau kan bukan sekretaris, ayo duduk di sana dan mulai bekerja aku tidak suka orang yang malas" katanya bak seorang atasan. Minho tak bisa menolak, dengan agak kesal dirinya berjalan ke sana. Chan melihatnya terkekeh gemas. Minho yang dulu tak pernah berubah.
Setelah kedua orang itu datang, mereka menjelaskan apa saja tugas Minho. Sebenarnya masih agak sama dengan pegawai lainnya tapi katanya yang istimewa adalah Minho harus selalu mengikuti Chan ke mana pun dia pergi.
"Apa begitu ya?" Tanya Minho sembari menggaruk tengkuknya.
"Itu perintah dari presdir. Sebaiknya kau ikuti saja" ucap Changbin, pria yang dia temui waktu itu. Minho pun mengangguk pasrah.
Seperti yang Chan katakan, dia tak pernah menganggu Minho ketika bekerja. Kedua orang itu layaknya atasan dan bawahan. Minho agak nyaman karenanya, apalagi setelah mengetahui jika Chan gila kerja. Jadi aman.
Hari ini pertama kalinya pria itu tidak ada di ruangan. Semalam pun Chan mengirimkan pesan agar Minho membantu Han dan Changbin di kantor. Pria itu juga tak memberitahu dia pergi ke mana. Minho hanya membalasnya singkat tanpa basa-basi.
Ruangan ini sangat besar, jika sendirian di sini rasanya sangat aneh. Sembari menatap layar komputer. Pintu perlahan dibuka dari luar sana. Setelah seharian menghilang akhirnya sang pemilik ruangan datang.
Minho sudah bersiap akan pulang, namun pria itu kini mendekati meja kerjanya. Senyuman manis itu Minho dapatkan, tapi tak dia balas.
"Aku akan mengantar mu pulang, besok libur kan?" Tanya Chan pada Minho. Minho menggeleng lalu pergi melalui Chan dengan wajah dingin.
"Saya duluan Ketua" kata Minho keluar dari ruangan itu. Bukan Chan namanya kalau tidak ugal-ugalan. Pria itu kini berlari dan menahan tubuh Minho dari belakang.
"Aku butuh bantuan mu sebentar" katanya sembari melingkarkan kedua tangan kekarnya di pinggang Minho. Minho berusaha melepaskan diri tapi pria itu sangat kuat.
Untung saja di lantai ini hanya ada ruangan Chan dan sekretarisnya jadi tak ada yang melihat apa yang bos gila mereka lakukan pada Minho.
"Chan jangan membuatku marah" kata Minho kesal. Pria itu menggeleng, perlahan Minho merasakan kecupan di pipi kanannya.
"Ayo ke rumah ku sebentar, aku butuh bantuan" katanya agak merengek seperti anak kecil. Minho menelan ludah lalu mengangguk pasrah.
"Lepaskan dulu" Ucap Minho, melihat respon positif dari sang vampir. Chan pun melepaskan tangannya kemudian menggenggam tangan Minho membawanya pergi dari sana.
_____
Mata keranjang Chan kini menatap Minho yang tengah merogoh lemari pakaian pribadinya. Ya sekarang pria itu ada di apartemen Chan membantu sang majikan untuk mempersiapkan diri pergi ke sebuah pesta penting.
Tanpa rasa malu, Chan dengan telanjang dada duduk di ranjangnya menatap vampir cantik itu. Minho benar-benar merasa risih.
"Bagaimana dengan ini?" Tanya Minho memilih sebuah jas hitam. Chan mengangguk dan mengisyaratkan Minho untuk mendekat padanya.
"Hmmm bagus, kau tahu apa yang aku suka. Kau memang ditakdirkan menjadi istri ku" katanya. Minho langsung menginjak telapak kaki Chan yang ada di depannya dan berhasil membuat sang empu meringis.
"Sayang kenapa galak seperti itu? Ayo duduk di pangkuan ku" kata Chan kembali menggodanya. Minho tanpa berpikir panjang langsung menjambak rambut pria itu.
"Jangan macam-macam dengan ku" kata Minho marah. Sedangkan Chan hanya terkekeh pelan. Tak lama kemudian suara aneh muncul dari perut di depan Chan. Minho langsung melepaskan rambut pria itu dan berbalik.
"A...aku pergi keluar sebentar" ucap Minho grogi. Bisa-bisanya dia kelaparan ketika marah, kan jadi malu saat didengar oleh Chan.
"Kau harus minum dulu, aku sudah menyiapkannya untuk mu" kata Chan bangkit.
Chan tak bisa berpaling melihat pria manis itu minum dengan lahapnya. Sejujurnya dia tidak semenyeramkan dan sedingin kelihatannya. Kadang Minho pun punya sisi manis dan lucu seperti sekarang. Setelah minum dia mengatupkan bibirnya tanda menikmati.
"Kau mau lagi?" Tanya Chan di depannya. Minho kembali mode jitek, dia langsung bisa merubah ekspresi wajahnya. Chan meraih sudut bibir Minho mengusap sedikit noda darah di sana. Tak lama kemudian tangan Chan digigit oleh Minho.Taring tajam menggemaskan nampak jelas sekarang. Dewi bulan tolong kenapa ada pria semanis ini sampai membuat Chan mabuk kepalang.
"Minho sudah jangan mengigit jari ku" kata Chan meringis. Minho pun melepaskannya dengan berat hati. Wajahnya kembali dingin dan jutek.
"Aku punya lebih besar yang bisa digigit jika kau mau" Tanya Chan menunduk ke bawah. Sebuah botol plastic yang ada di atas meja kini mengenai wajah sang serigala.
"Mesum" sindir Minho kesal.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...