The_Last_Vampire_Chapter 32

236 38 33
                                    

Karena memang tidak membawa banyak uang, Minho memutuskan untuk mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Karena kuliah di tempat yang berbeda dan juga tidak standar internasional ijazah Minho tak dapat digunakan. Alhasil dirinya hanya bisa melakukan pekerjaan kasar.

Minho melihat bagaimana semua warga vampir yang ada di sini sangat kreatif. Mereka bisa mengolah berbagai makanan dari bahan darah. Jadinya beragam makanan lezat bisa Minho cicipi.

Sudah sebulan berlalu Chan masih saja belum sadar. Kadang Minho merasa pasrah melihat kondisinya. Minho pun juga kadang menangis mengingat kebodohan dirinya di masa lalu. Rasa gengsi dan egonya yang besar mengalahkan semuanya. Sampai menutupi rasa cintanya pada pria itu. Dia seperti buta.

Tiap pagi dan sore dia menyempatkan diri untuk mengelap dan membersihkan tubuh Chan. Tubuh pucat dan sangat dingin sama seperti dirinya. Minho selalu menggengam tangannya, tangan hangat itu kini sudah berubah.

"Chan ayo bangun, aku tidak meninggalkan mu. Kita akan bersama selamanya" kata Minho sedih sembari mencium tangan kekar milik Chan. Tak ada respon apapun. Minho pun segera mengganti pakaian Chan dengan yang baru.

Lelah fisik dan mental kadang Minho rasakan. Di sini sebenarnya agak sama saja dengan tempat tinggalnya yang dulu. Bedanya mereka semua adalah vampir.

Minho berlari dengan tergesa-gesa menuju flatnya. Hujan turun mendadak, di tangan Minho ada tiga kantong darah untuk persediaan untuk beberapa hari.

Ketika sampai tubuhnya sudah basah kuyup, sembari mengusap rambut hitamnya yang basah. Pria manis itu langsung berjalan di lorong di mana unitnya berada. Dari dalam terdengar suara beberapa barang pecah. Minho langsung mempercepat membukanya.

Saat pertama kali masuk, matanya terbelakak melihat tatapan ganas dengan mata merah menyala. Tatapannya sangat bringas seakan begitu liar dan siap menerkam mangsanya.

"C...chan" kata Minho berusaha mendekat. Pria itu tak menjawab, dia kini berlari pada Minho sembari melompat mendorong Minho hingga terhempas ke pintu.

"Lapar!!! Aku lapar!!" Teriaknya sembari mencakar tubuh Minho merobek  baju yang dipakai si manis. Minho berusaha sekuat tenaga, dia mengangguk untuk mengiyakannya.

"Tunggu Chan tunggu" katanya mengeluarkan kantong yang berisi makanan mereka. Mata Chan langsung mengkilat merah, dia langsung mengambilnya dan meneguk satu kantong darah itu dengan rakus sampai cipratan darah jatuh di mana-mana.

Minho agak lega melihatnya, dia pun langsung mengambil semua kantongnya untuk diberikan pada Chan. Seperti tak punya rasa puas, pria itu menghabiskan semuanya. Minho jujur terkejut, semua stok yang dia beli telah habis dan ini sudah malam.

"Lagi!! Berikan semuanya!!" Katanya mencengkram leher baju Minho. Pria manis itu sungguh takut, tapi orang di depannya ini adalah Chan. Tangan mungil Minho membuka kerah bajunya yang masih tersisa membebaskan lehernya dari pakaian.

"Kau bisa hisap darah ku dulu" katanya dengan nada bergetar. Tanpa menolak pria itu langsung mendekatkan wajahnya mengigit leher Minho. Minho berteriak kesakitan saat taring tajam milik Chan menusuk kuliahnya. Sensasi panas terbakar terasa ketika pria itu menghisap darahnya.

Suara tegukan tepat terdengar di telinga Minho, membuat sang empu menjadi pening. Tapi tidak masalah yang penting semua usahanya berhasil.

Tak lama setelah itu, pegangan Chan melemah di tubuh Minho. Tubuhnya kini jatuh pingsan. Minho sekuat tenaga untuk memeluk Chan. Tak peduli rasa sakit yang dia alami. Aura Chan sudah mulai berubah menurut Minho. Tak ada aura Alpha serigala lagi. Minho langsung menangis, dia menangis akan keadaan. Dia merindukan serigala tengil yang selalu menganggu hidupnya. Memberikannya dia kasih sayang dan cinta.

Tapi sekarang aura Chan sangat dingin dan asing. Minho tidak tahu, apa Chan akan bisa kembali ingat padanya? Apa dia bisa menerima keadaannya yang baru? Apa dia akan marah dengan Minho?

Semua pertanyaan itu terus ada di kepalanya. Sampai Minho puas menangis. Dengan agak lemas dirinya kini berusaha membawa tubuh Chan kembali ke kamar.

Malamnya Minho habiskan untuk membereskan semua kekacauan yang dilakukan oleh Chan. Semua perabot hancur tak bisa digunakan lagi. Sinar lampu di luar masuk ke dalam flat mereka yang remang. Tatapan Minho tak bisa lepas. Dia jadi ingat terakhir kali mereka berjumpa, Chan datang untuk menyampaikan salah perpisahan. 

Jika saja saat itu Minho tahu bahwa kejadiannya akan begini, dia tak akan pergi. Dia akan bersama Chan di sana walaupun akan menjadi bulan-bulanan dari kedua mertuanya. Dia pun akan menerima jika Chan menikahi wanita lain untuk memperoleh keturunan. Tapi Minho sungguh sangat egois.

 Tapi Minho sungguh sangat egois

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


_____



Chan perlahan membuka matanya, tubuhnya terasa ringan dan sangat aneh. Pengelihatannya agak berbeda. Dari sini dia mampu melihat hal yang sangat kecil. Pandangannya mengelilingi sebuah kamar. Kamar bernuansa gelap yang mengerikan.

Chan perlahan memegang dadanya, tak ada suara degupan jantung. Tubuhnya juga terasa sangat dingin.

"Apa aku sudah mati?" Batin Chan. Perlahan tapi pasti dia berusaha bangun. Aroma tempat ini aneh, namun Chan bisa menghidup aroma Minho.

Chan hanya memakai sebuah kemeja berwarna putih dengan noda merah, tubuhnya agak lembab. Aromanya amis seperti darah. Perlahan kakinya berjalan ke luar sana. Suasana sangat berbeda dari terakhir kali dia ingat. Chan ingat betul saat dia melompat di sungai untuk mengakhiri hidupnya.

Matanya fokus ke sofa yang ada di depan sana. Sesosok pria tidur di sana dengan wajah pucatnya. Chan ingin tersenyum tapi bibirnya kaku. Kenapa ini? Dia lalu mendekat ke sana.

Dia melihat Minho tidur meringkuk di sana, matanya lebam dan terlihat sangat lemah. Apa Minho sakit? Tubuhnya sangat kurus dan sangat pucat. Pakaiannya agak berantakan dan ada tetesan darah yang mengalir di lehernya.

Chan melihat dua luka di leher si manis. Aroma darah Minho tercium sangat jelas. Membuat Chan seperti kehilangan kendali. Rasa haus itu terus muncul di kepalanya.

"Kenapa dengan ku?" Batin Chan. Tubuhnya tak seperti dulu. Dia merasa dirinya seperti seorang mayat hidup.

"Hiks maafkan aku Chan.." tiba-tiba Chan mendapatkan kesadarannya kembali ketika mendengar suara isakan dari bibir Minho. Pria manis ini seperti sedang bermimpi.

Chan perlahan lebih mendekat bersimpuh di depan Minho untuk menatap wajah manis itu dengan lekat. Minho menangis dalam tidurnya. Chan ingin tersenyum tapi wajahnya sangat kaku.

"Aku mencintai mu hiks tolong bangun"

Dia terisak, Chan makin gemas. Minho semakin hari terus menggemaskan. Wajahnya yang manis dan cantik tak pernah membuat Chan bosan.

Chan mendekatkan bibirnya ke bibir tipis si manis. Menciumnya layaknya seorang pencuri. Namun, tiba-tiba Chan merasa tubuhnya melemah.

"Arghhh" dia memegang dadanya. Rasanya sakit terbakar. Suara teriakan Chan membangunkan Minho. Pria manis itu terbelakak dan langsung memegang tubuh Chan.

"Chan kau kenapa?" Tanya Minho lagi sebelum Chan kembali pingsan di pelukannya.












TBC

Jangan lupa vote dan komen ya


THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang