Dua hari setelah mengobrak-abrik situs pengangguran itu akhirnya Minho menemukan satu tempat yang dengan persyaratan yang masih bisa dia coba. Tanpa berpikir panjang vampir muda tersebut membuat CV baru.
"Wawancara langsung dilakukan ketika mengirimkan CV dan surat lamaran ke perusahaan. Jadi pelamar wajib datang langsung"
Minho membaca dengan baik pada persyaratan paling bawah. Dia agak takut, karena lama menganggur membuat Minho seperti kembali menjadi seorang introvert garis keras.
"Tidak Lee Minho, ini adalah kesempatan besar. Jangan buat diri mu mati konyol karena kelaparan. Ini adalah perusahaan besar, gajinya pasti lumayan"
Gumam Minho sembari menutup matanya, berusaha keras untuk menghidupkan kembali rasa percaya diri dan semangat hidup.
_____
Dengan pakaian rapi, Minho memasuki perusahaan tempat dirinya mencoba peruntungan. Sebenarnya agak gugup tapi dia berusaha melawan rasa takut itu. Jujur tempat ini adalah impian Minho.
Bekerja di perusahaan besar dengan fasilitas lengkap. Minho bertekad keras bisa diterima di sini. Ketika masuk, semua orang menatap ke arahnya. Aura vampir Minho mungkin membuat dia ditatap seperti itu.
"Mereka agak membuat ku gugup" batin Minho menatap ke sekeliling.
Ekspetasi memang tidak seindah realita. Padahal tadinya dia sudah menghayal melakukan wawancara dengan HRD perusahaan. Minho pun sudah mengingat-ingat jawaban yang dulu pernah dia katakan ketika pertama kali melamar pekerjaan.
Semua hayalannya sirnah saat pria yang menjadi HRD itu mengembalikan CV dan surat lamarannya dalam amplop.
"Maaf Tuan Lee, tapi kami tidak menerima seorang vampir" katanya. Minho langsung terbelakak. Apa pria ini tidak tahu jika Minho sampai tidak tidur semalam karena mempersiapkan dirinya.
"Tapi tidak ada dalam syarat" katanya melawan. Pria itu berusaha memohon maaf dengan sopan. Minho merasa dibohongi oleh pengumuman sialan itu.
"Tolong biarkan aku wawancara, aku harus mendapatkan pekerjaan ini setelah itu kau bisa memutuskan aku layak atau tidak" pada akhirnya Minho berusaha membujuk orang tersebut. Tangan Minho menahan jas mahalnya.
"Tuan, itu adalah peraturannya. Maafkan kami" katanya. Minho perlahan melepaskan genggaman di jas serigala itu. Minho seperti ingin menangis sekarang. Tapi dia tak putus asa, pria itu berlari mengejar petugas itu dan kembali memohon.
Semuanya berjalan agak alot, tak lama setelah itu suara langkah kaki terdengar dari sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat wawancara.
"Changbin ada apa?" Sesosok pria muncul dari sana. Minho terdiam melihat sosok itu, rambut hitam dan bibir tebal meronanya. Tubuh kokohnya kini dibalut dengan jas hitam mahal. Tubuh Minho jadi bergetar, perlahan dia menunduk.
"Dia seorang vampir yang ingin melamar pekerjaan Ketua" katanya. Pria itu pun mengambil map yang dipegang oleh sang sekretaris sekaligus kepala HRD perusahaan.
"Sudah saya katakan jika kita tidak menerima seorang vampir, tapi dia masih saja bawel" cibir Changbin sembari menatap ke arah pria mungil di depan mereka.
"Aku dengar dia sangat membutuhkan pekerjaan, sebaiknya kita berikan kesempatan" katanya. Mendengar itu membuat Minho menaikan kepalanya terkejut.
Pria itu memberikan sebuah senyuman manis padanya. Senyuman horor yang tak akan pernah bisa Minho lupakan. Senyuman terakhir yang dia lihat beberapa tahun yang lalu.
"Lee Minho kita berjumpa lagi" katanya. Jika saja Minho punya pilihan lain, mungkin dia akan langsung kabur ketika bertemu kembali dengan pria gila di masa sekolahnya dulu. Pria yang mengejar Minho secara ugal-ugalan dan membrutal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
Fiksi PenggemarSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...