The_Last_Vampire_Chapter 34

249 39 34
                                    

Hari ini mungkin adalah hari terberat Minho, tubuhnya seperti remuk. Anak-anak vampir itu benar-benar menghancurkan dirinya. Tapi bayaran yang diberikan cukup lumayan. Hari sudah larut, pria manis itu menatap bulan pernama yang tertutupi dengan awal tipis membuat suasana agak terang.

"Aku lelah sekali" katanya saat sampai di dalam rumah. Naik tangga sampai di sini cukup membuat dia tepar. Tanpa dia sadari rupanya Chan ada di ruang tamu duduk menatap dirinya. Minho langsung terbelakak sembari membuang muka.

"Chan kenapa belum tidur?" Tanya si manis. Pria itu menggeleng sedih. Dia seperti malu menatap Minho.

"Aku menunggu mu, aku tidak bisa tidur" katanya. Minho mengangguk sembari mengusap bahu Chan lembut.

"Ayo aku akan menunggu mu sampai kau tidur" katanya. Chan berkaca-kaca, saat di sini Minho dan dirinya tidur terpisah. Karena Chan sakit dia tidur di kamar dengan kasur sedangkan Minho tidur di ruang tamu di atas sofa.

"Kau tidak mau tidur dengan ku lagi?" Tanyanya. Minho bingung harus menjawab nya, tapi setelah semua yang terjadi dia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Minho masih takut dan trauma.

"Jika memang begitu, aku akan pergi saja dari sini. Lagipula kita tak punya hubungan apapun. Saudara bukan, teman bukan, apalagi pasangan" katanya marah. Minho diam saat Chan bangun.

"Chan ini sudah malam, tinggal di sini saja. Aku tidak masalah tidur di sofa. Kau masih sakit" kata Minho menggengam pergelangan tangan Chan.

"Aku lebih sakit saat melihat mu kelelahan sampai kesakitan bekerja karena aku. Aku tidak bisa seperti ini" katanya. Chan melihat Minho yang terlihat putus asa dan menunduk mengurungkan niatnya.

Chan membawa Minho ke pelukannya, mengusap punggung Minho untuk menengkan pria manis itu.

"Aku tidak mau kita asing seperti ini, aku tahu kita masih punya rasa cinta satu sama lain. Apa kita tidak bisa seperti dulu?" Tanyanya. Minho diam tak menjawab berusaha membalas pelukan Chan yang membuat dia sangat nyaman.

"Aku adalah suami mu, kau adalah istri ku. Status kita masih sama dan tidak berubah. Tolong jangan merasa bahwa aku adalah orang asing Minho" kata Chan. Minho tak bisa tahan, tangisannya pecah mendengar hal itu.

Dialah yang berusaha menjaga jarak dari Chan, sikap egois Minho sangat sulit dihilangkan. Padahal dia berjanji pada dirinya akan kembali pada Chan. Tapi nyatanya dia masih ragu.

Chan melepaskan pelukannya kemudian menyatukan wajah mereka. Hidung mancung keduanya kini saling bersentuhan. Perlahan Minho merasa bibir tebal Chan mencium bibirnya disertai lumatan. Minho memejamkan matanya menikmati seluruh sentuhan itu.

Hal yang paling dia rindukan dari Chan, tangan Chan perlahan tubuh ke pinggang Minho menaikan kaos yang dipakai oleh si manis.

"Kita harus melanjutkan apa yang semestinya kita lakukan" kata Chan pada Minho. Minho diam seribu bahasa, rasa rindunya tak bisa dibendung lagi. Begitu juga dengan Chan, bukannya nafsuan tapi beginilah alaminya.

🔞

"Nghhhhh ahhhh ahhhh ahhh" Minho mendesah penuh nikmat ketika tubuhnya dijamah kembali oleh Chan. Sudah beberapa bulan keduanya saling bertapa karena ketakutan satu sama lain.

"Aku merindukan mu Minho ahh" desah Chan sembari memegang pinggang ramping Minho. Kedua kaki jenjang di manis dia buka dengan lebar agar Chan lebih leluasa menjamah dirinya.

Tubuh Minho sampai bergetar saking nikmatnya tiap sedokan dari Chan. Chan tak pernah berubah dia selalu tahu apa yang Minho sukai. Cairan hangat terasa dari dalam sana, Minho tahu pasti itu apa.

"Maaf sayang" katanya. Chan mempercepat gerakannya berusaha menyelesaikan ronde lainnya. Minho membusungkan dadanya ketika bibir Chan menyesap kedua putingnya yang menebal.

Isapan penuh cinta dan nafsu saling bersatu, Minho menggeliat seperti cacing kepanasan. Rasa lelahnya kian liang saat bercinta dengan Chan. Minho terengah-engah merasakan pelepasan kedua Chan. Tubuhnya dibangunkan dan diduduki di atas pada Chan.

Chan tersenyum menatap wajah cantik si manis, walaupun sudah berkepala tiga tapi dia masih sangat cantik. Minho menunduk wajahnya memerah saat ditatap oleh Chan. Matanya kini menatap benda yang masih mengisi kekosongan dalam tubuhnya melekat dengan baik.

 Matanya kini menatap benda yang masih mengisi kekosongan dalam tubuhnya melekat dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia seperti enggan menatap mata Chan. Chan melihatnya menjadi semakin bergairah. Perut Minho kian membuncit ketika milik Chan kembali keras.

"Apa kita lanjutkan lagi atau sampai di sini?" Tanya Chan. Minho menelan ludah masih menunduk malu.

"Pertanyaan apa itu? Kau mau mati di tangan ku?" Katanya kesal. Chan terkekeh, dia kembali memegang wajah Minho mencium tiap inci wajah cantik pria manis itu. Minho hanya memejamkan matanya senang, dia melihat Chan yang dulu sudah kembali padanya.

"Baiklah sayang, siapkan diri mu besok pokoknya kau tidak akan bisa pergi bekerja" kata Chan padanya. Minho tersenyum menerima tantangan Chan. Karena dia pun berencana untuk libur kerja besok.

Suara sodokan terdengar tiap ronde permainan mereka. Keduanya seperti punya nafsu yang besar. Semua posisi sudah dilakukan. Tapi hasrat mereka masih menggelegar.

Minho tak buat berhenti mendesah, punggungnya kini ditahan oleh tembok. Posisinya dia akan di gendongan Chan dengan milik Chan masih di dalam lubangnya. Minho agak lelah sebenarnya tapi melihat Chan yang bersemangat rasa lelah itu kian menghilang.

"Kau suka?" Tanya Minho kini mengalungkan kedua tangannya pada leher Chan. Pria Bang itu tak segan mencium bibir Minho saat ini sambil mengangguk.

"Ahh iya sangat" katanya. Minho memeluk tubuh yang dingin. Walaupun tubuhnya sedingin es entah kenapa Minho bisa merasakan kehangatan darinya. Ini sungguh ajaib.






_____







Chan berkutat dengan sebuah komputer rental yang ada di depannya. Hampir setengah hari dia habiskan di sana membuat beberapa berkas untuk melamar pekerjaan.

Pria yang pernah menjadi presdir seperti Chan sama sekali tidak sulit membuat hal demikian. Yang sulit adalah karena ini negara yang berbeda.

"Tempat kuliah ku berstandar internasional, jika sampai tidak diterima perusahaan ini artinya sangat kolot" katanya mengirim lamaran di sebuah perusahaan.

Chan harus berusaha keras dari nol di sini, dia harus bekerja keras untuk membangun karir nya kembali. Lebih tepatnya untuk memenuhi biaya kebutuhan hidup mereka di sini.

Pria itu sengaja tidak mengatakannya pada Minho, jika pria manis itu tahu dia pasti akan marah karena Chan masih masa pemulihan. Tapi Chan sungguh merasa sudah sehat. Dia pun sudah menerima kehidupan barunya sebagai seorang vampir.

Ketika Chan akan pulang, dari belakang dia merasakan telinganya di jewer.

"Hai!! Dari mana saja kau? Aku mencari mu di mana-mana?" Suara cempreng itu dia tahu dari siapa.

"Minho...ampun lepaskan sakit!" Kata Chan meringis. Minho yang kesal tak bisa menurut, dia kini membawa Chan pulang dengan paksa layaknya ibu menghukum anak mereka yang nakal.









TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang