Minho agak merasa lega karena Chan tak membawa dirinya pulang ke rumah melainkan ke apartemen miliknya dulu. Tempat tinggal Chan saat masih melajang.
"Ke tempat ku atau tenpat mu?" Tanya Chan dengan kunci master miliknya. Minho terkekeh pelan, kemudian memeluk lengan kekar suaminya. Chan berjalan ke arah apartemen miliknya membuka kunci lalu menarik Minho masuk.
Saat sampai di dalam, pria itu kini mencium bibir tipis sang istri dengan sangat tergesa-gesa layaknya orang yang mabuk cinta. Sama hal nya dengan Minho, dia sama sekali tak memberontak ketika Chan memberikan semua itu untuknya.
"Aku sangat mencintaimu mu, tolong jangan katakan hal seperti tadi" ucap Chan kini sembari memegang wajah mungil si manis. Minho tersenyum menatap wajah tampan suaminya. Dirinya pun mengangguk pelan, Chan kembali melanjutkan ciuman yang candu.
Minho sibuk memasak untuk Chan saat ini, jangan kira seorang vampir tidak bisa memasak apapun. Minho berusaha belajar dari internet. Saat memasak dia harus menakar semua bahan dengan benar, karena dirinya tidak bisa mencoba hasil masakannya.
Saat sini, Minho merasa sangat nyaman. Rasanya bebas berekspresi, tak akan ada yang memarahi Minho. Apalagi Chan, dari menikah sampai sekarang pria itu sekali pun tidak pernah marah padanya.
Bersyukur dia menemukan seorang pria yang sangat sabar menghadapi Minho yang seperti es batu. Kini pria tampan itu tengah mandi untuk membersihkan keringat di tubuh kekarnya.
"Sayang masak apa?" Baru Minho memikirkannya, Chan sudah datang dengan kaos polos serta celana trening. Rambutnya masih basah sekarang karena mungkin tadi sempat keramas.
"Kesukaan mu" jawab Minho sembari tersenyum. Chan mendekat kemudian memberikan sebuah pelukan dari belakang. Saat bersama Minho pria itu kian begitu manjanya. Sembari memeluk sang istri dia menggoda Minho untuk mencium lehernya.
"Chan jangan seperti itu, kita baru melakukan tadi malam" ucap Minho pelan. Chan terkekeh, dia sebenarnya ingin lagi tapi ya keduanya bermain cukup lama. Chan tidak boleh egois, dia juga harus memperhatikan respon Minho.
"Tidak sayang, aku hanya ingin memeluk mu" katanya. Keduanya di posisi yang sama sampai sesi memasak selesai. Makan malam sederhana sudah selesai. Sembari menikmati makanan mereka masing-masing, pasangan itu menatap indahnya kota dari jendela.
"Chan apa aku boleh bekerja lagi? Aku bosan tinggal di rumah saja" ucap Minho dengan tatapan kosong. Chan hampir tersedak mendengarnya. Jujur Chan tidak suka jika membahas hal ini.
"Bekerja sangat melelahkan Minho, aku ingin kau bersantai di rumah dan berdandan. Biarkan aku mencari uang untuk mu" ucap Chan. Minho menoleh sekilas lalu mengangguk setuju. Jawaban yang sama lagi untuk kesekian kalinya.
Minho mengerti maksud Chan baik, tapi ditinggalkan di rumah mertua mereka membuat Minho merasa tersiksa. Mungkin setelah apa yang mereka lalukan padanya. Walaupun memang tidak disiksa secara fisik, kedua orang tua menghancurkan mental Minho.
"Jika itu jawaban mu, aku tidak mau kembali ke rumah orang tua mu. Aku ingin tinggal di sini" kata Minho meremas kedua tangannya. Chan melihat cincin mungil itu tersemat di jari manis istrinya. Sungguh sangat cantik.
"Baiklah jika itu yang kau mau, kita akan tinggal di sini" kata Chan. Minho mulai merasa tenang, setelah beberapa saat akhirnya dia bisa membujuk pria itu. Minho bangkit kemudian duduk di pangkuan Chan.
Chan agak geli saat Minho bersikap manja, geli bukan berarti dia tidak suka melainkan dirinya merasa gemas melihat hal tersebut. Walaupun sudah menikah Minho tak seperti orang lain, dia jarang manja dengan Chan maka dari itu agak aneh melihat sikapnya seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...