Telinga Minho terasa sangat panas setelah mendengar omelan dari mertuanya. Dia tahu memang pernikahan ini tidaklah baik bagi mereka. Tapi setelah apa yang Chan lakukan satu tahun yang lalu sangat tak terlupakan bagi Minho. Hati dinginnya seperti luluh dalam sekejap.
Pria manis itu menghela napas perlahan, sembari menatap indahnya pemandangan sore dari rumah barunya. Rumah besar milik kediaman keluarga Bang yang terhormat. Minho bukannya orang miskin yang tiba-tiba menikah dengan pria kaya seperti di novel. Dia keturunan dari orang berada. Bahkan rumah Minho dulu sama seperti rumah ini.
Karena tinggal sendirian jadi Minho pun memutuskan untuk menjualnya saja. Sebenarnya agak berat, tapi lebih berat melihat rumah peninggalan keluarganya hancur karena tak diurus. Minho adalah satu-satunya yang masih hidup. Dan semua keputusan itu harus dia sesali karena kebodohan di masa muda.
Dia adalah anak tunggal dari ayah dan ibunya. Kedua orang tuanya meninggal saat bepergian ke luar kota. Sebenarnya mereka mati konyol, tubuh mereka terbakar karena terkena sinar matahari langsung saat pergi ke tidur tengah kemarau berkepanjangan.
Minho hanya bisa menghela napas, hidup sebatangkara sudah biasa menurutnya. Tapi sebisa mungkin dia harus menjadi bahagia, toh dia sudah menikah sekarang.
Semakin ke masa depan, Minho mulai yakin jika kaumnya memang sangat tidak disukai oleh kaum immortal lainnya. Turunnya populasi vampire membuat hak-hak mereka mulai dicabut dari peradaban. Mungkin di kota ini hanya beberapa vampir yang hidup termasuk dirinya.
"Semua sudah lenyap dipangkas oleh zaman" ucap Minho dengan bibirnya. Menjadi minoritas sangatlah sulit baginya. Jika bisa, Minho seperti ingin mati saja dan menghilang dengan para leluhurnya. Entah sampai kapan dia akan bisa hidup mewakili mereka.
Di sela-sela kekalutannya, perlahan Minho merasakan sebuah rangkulan hangat di pinggangnya. Sebuah dagu kini tertumpu pada bahu kurusnya. Minho tiba-tiba mendapatkan serbuan ciuman darinya.
"Istri ku sedang memikirkan apa?" Tanyanya. Minho hanya diam seperti biasa tak merespon apa yang dilakukan oleh suami anehnya ini. Jujur menurut Minho Chan itu agak aneh, berbeda dengan dirinya. Dia sangat bersemangat sampai membuat Minho jadi pusing.
"Lepaskan aku" kata Minho agak menjauhkan wajahnya dari pelukan Chan. Minho sudah seperti peliharaan dari serigala ini sekarang.
"Pasti ibu memarahi mu lagi ya?" Tanya Chan padanya. Minho hanya mengangguk namun wajahnya masih datar seperti biasa. Chan kemudian membawa Minho masuk ke dalam. Dia mendudukkan tubuh kurus mungil istrinya ke ranjang.
"Jangan sedih, dia memang seperti itu. Dia juga sering memarahi ku" kata Chan berusaha menghibur Minho. Kepala Minho perlahan mengangguk, semua rasa putus asa milik Minho hilang setelah ada Chan. Cuma pria ini yang membuat Minho semangat melanjutkan hidupnya. Walaupun kadang dia berpikir entah sampai kapan Chan akan tahan dengannya.
Minho sebenarnya ingin sama seperti Chan yang ceria dan agak agresif, tapi jujur sangat sulit. Karakter itu sama sekali tidak bisa dibangun oleh tubuhnya. Tubuh dingin dan kaku seperti mayat hidup.
"Kau sadar telah menikahi seorang mayat hidup" celetuk Minho. Chan menggeleng, dia pun kini memegang dadaMinho berusaha mencari detak jantungnya yang memang tidak ada.
"Ada, aku bisa mendengar jantung mu berdebar" katanya. Minho tiba-tiba tersenyum melihat tingkah laku Chan yang lucu. Agak garing, tapi melihat dia berusaha menghibur Minho membuatnya tersentuh.
_____
Tangan keduanya kini berpegangan erat satu sama lain. Setelah pulang bekerja Chan mengajak Minho untuk berkeliling ke sebuah pasar malam yang ada di ujung kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanfictionSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...