Kelas olahraga tiba kebetulan mata pelajaran kali ini adalah renang. Semua siswa nampak begitu bersemangat ketika guru membawa semuanya ke kolam berenang sekolah.
Minho menatap kolam itu sembari meneguk perlahan salivanya. Mungkin hanya dia yang merasa demikian. Minho adalah orang yang tidak suka berenang. Bahkan dia benci berenang.
Kini dirinya berdiri paling belakang sembari mendengar instruksi dari guru mereka.
"Ada yang tidak bisa berenang?" Tanya pria itu kepada mereka semua. Tanpa basa-basi Minho mengangkat tangannya. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, sepertinya hanya dia saja yang angkat tangan.
"Baik sama seperti semester lalu, Minho tidak usah ikut. Aku akan memberikan tugas lainnya untuk mu nanti" ucap sang guru. Minho mengangguk sembari menghembuskan napas panjang. Untung guru-guru di sini peduli pada dirinya. Tak seperti siswa lainnya.
Suara cipratan air terdengar menggema di dalam kolam. Mereka semua sangat bersemangat untuk belajar berenang. Minho bahkan melihat beberapa teman-teman prianya lepaskan baju mereka karena saking bersemangatnya.
Minho duduk agak jauh dari kolam, sangat malas rasanya terkena cipratan air itu. Dia pun agak was-was takut kejadian enam bulan yang lalu menimpanya kembali.
"Minho!! Ayo ke sini" ucap Chan dari dalam kolam. Minho berusaha membuang muka tidak kau melihat wajah pria itu. Chan selalu menganggu ketenangan Minho. Tidak di kelas atau di tempat lain, pria itu pasti saja membuat Minho kesal.
Minho sudah menampakan sikap tak acuh tapi dia masih saja berusaha membujuknya. Seperti sekarang, pria itu naik dari kolam. Karena seluruh tubuhnya basah membuat kaos olahraga Chan menempel pada tubuhnya.
Semua orang melongo melihat bagaimana sempurnanya tubuh seorang Bang Chan. Kekar dan penuh otot, Chan sebenarnya agak jarang berolahraga sejak pindah ke sini. Tapi kedua orang tua Chan mengatakan bahwa tubuhnya yang bagus adalah gen dari keluarga mereka.
"Ayo coba berenang, aku akan mengajari mu" ucap Chan mengulurkan tangannya pada Minho yang duduk di lantai sembari bersandar di dinding. Pria manis itu diam tak merespon apapun. Tatapannya dingin dan terlihat sangat tergantung.
"Percuma Chan, saat kelas renang dia pasti begitu. Dasar vampir aneh" kata salah satu teman kelas mereka. Chan menggeleng, dia kini menjongkok di depan Minho hingga kedua wajah mereka berhadapan.
"Jangan takut Minho, aku janji kau akan aman" ucap Chan. Minho bukannya tidak mau, tapi dia terlalu trauma karena kejadian semeter yang lalu di mana dirinya tenggelam di kolam ini.
"Tidak, aku tidak kau. Pergi sana" ucap Minho dingin. Chan menghela napas pelan, dia pun mengangguk kemudian kembali ke kolam melanjutkan berenangnya. Minho menelan ludah, semua orang menatapnya tidak suka.
Akhir-akhir ini Minho merasa tidak nyaman, saat Chan datang dan duduk di sampingnya orang-orang seperti memperhatikan dirinya. Rasa tidak suka dari mereka semakin menggebu-gebu entah kenapa. Padahal dia tak melakukan sesuatu yang aneh.
Minho sungguh lelah memikirkan jalan pikiran dari teman kelasnya. Mereka kadang membuat Minho takut dan tidak nyaman.
Dua jam berlalu dengan cepat, semua siswa sudah dipanggil satu persatu untuk mempraktikan gaya renang yang diujikan. Kolam renang pun semakin lama semakin sepi. Sebelum kembali, Minho sempat dipanggil oleh guru olahraga ke tepi kolam berenang untuk membicarakan tugas untuk dirinya.
"Baik akan saya kumpulan besok, terima kasih pak" kata Minho membungkuk memberikan hormat padanya. Pria itu mengangguk sembari memberikan senyuman.
"Minho kebetulan aku akan pergi ke acara rapat, apa aku bisa meminta bantuan mu untuk menaruh beberapa handuk ini ke tempat laundry di belakang?" Tanyanya. Minho langsung mengangguk, pria manis itu kini berlari ke tempat handuk mengambil sekitar 10 handuk basah itu lalu membawanya ke belakang.
Sepi sekali di sana, karena sudah tengah hari mungkin bibi petugas laundry tengah makan siang. Kedua mata Minho kini fokus ke keranjang pakaian kotor di samping sebuah mesin cuci besar.
"Bibi aku bawa handuknya ya" Teriak Minho singkat. Vampir manis itu kemudian keluar dari sana untuk kembali ke kelas. Perut Minho sangat lapar, tapi mungkin sekitar satu jam lagi mereka akan pulang. Guru mengatakan akan rapat.
"Akhirnya dia datang" kata mereka di depan sana. Seperti biasa Jungkook dan teman-temannya tersenyum saat melihat Minho. Minho sampai berbalik berusaha untuk mencari jalan lain untuk menghindari mereka.
Tubuh Minho sangat takut, rasa trauma itu datang kembali dalam dirinya. Merekalah yang membuat Minho tenggelam semester tahun yang lalu.
"Jangan berani kabur" kata pria itu menarik tangan Minho. Minho berusaha menepisnya dengan kuat, suara tawa terdengar dari bibir jahanam mereka. Tubuh Minho kini dipegang erat oleh mereka.
"Kita belum selesai ya" kata Jungkook sembari menampar pipi Minho dengan keras. Minho agak melengguh kesakitan, tapi dalam sekejap luka di pipinya sembuh dalam hitungan detik.
"Wow ternyata regenerasi tubuh mu sangat cepat ya" katanya tertawa. Minho berusaha memberontak tapi sangat sulit, dia terlalu lemas sekarang karena lapar.
"Apa mau kalian? Kenapa kalian terus menganggu ku?" Tanya Minho menatap pria itu tajam. Jungkook sangat membenci tatapan Minho.
"Aku tidak akan tenang sebelum kau keluar dari sekolah ini. Vampir seperti mu harusnya sudah lenyap dari dunia ini!!" Teriak Jungkook marah. Mendengar itu membuat hati Minho remuk, padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun tapi kenapa mereka tetap tidak menyukai kaum Minho.
"Apa kau siap menerima siksaan dari ku, aku ingin membuktikan bahwa kalian tidak kan bisa mati dengan mudah" katanya. Minho menggeleng saat mereka mendekatkan tubuh kurusnya ke kolam.
"Lempar!" Ucap Jungkook, mata Minho terbelakak saat tubuhnya terhempas dan masuk ke kolam. Otak Minho tak bisa berpikir saat tubuhnya masuk ke dalam air.
"Tolong!! Tolong aku!" Teriak Minho ketakutan, tangannya melambai ke atas berusaha berenang. Kedua kaki Minho berusaha mencari pijakan tapi kolam itu terlalu dalam.
"Tolong!!" Teriak Minho lagi, mulutnya kini seperti meneguk banyak air ke dalam tubuhnya. Perut Minho langsung mual karenanya, napasnya juga sudah tersendat-sendat. Sampai saat di mana tubuh Minho masuk ke dalam air.
Biru, hanya warna biru dari kolam yang dapat matanya lihat. Tenggorokan Minho saat ini seperti penuh dengan air sampai dia tak bisa bernapas. Jika saja dia bisa mati tenggelam, dia sangat menginginkan hal itu terjadi sekarang juga. Tapi tubuhnya tidak diciptakan mati dengan mudah.
Telinga Minho mendengar suara cipratan air, seperti ada orang yang masuk ke dalam air. Perlahan sesosok pria terlihat di depannya.
"Akhirnya" batin Minho sembari memejamkan matanya.
Minho merasakan tubuhnya ditarik oleh pria itu, tubuhnya yang hangat dapat Minho rasakan dengan jelas. Kepala Minho mungkin saat ini tengah menempel pada dadanya. Getaran jantung dari pria ini sungguh jelas dia dengar. Detaknya sangat cepat melebihi suara jantung manusia normal.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
Fiksi PenggemarSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...