Minho terbelalak ketika tangannya ditarik dengan paksa keluar dari apartemen oleh wanita itu. Pintu apartemen ditutup dengan keras hingga membuat beberapa orang yang berjalan di lorong terkejut.
"Ayo ikut aku, aku akan tunjukkan sesuatu. Chan punya banyak rahasia yang tidak kau ketahui, jangan terlalu naif" katanya. Minho menelan ludah, rahasia apa maksudnya? Di saat seperti ini dia ingin memberontak, tapi kini lawannya adalah orang tua jadi Minho secara tidak langsung harus menurut.
Walaupun sudah tua bangka wanita itu masih bisa menyetir dengan sangat baik. Kini Minho sudah seperti seorang tahanan yang menumpang di mobilnya.
"Chan itu tidak mencintai mu, aku tahu dia hanya terobsesi pada mu Minho" katanya menoleh. Minho menggeleng tidak percaya, dia memangnya tahu apa?
Minho terkejut ketika melihat gedung perusahaan tepat dia pernah bekerja dulu sekaligus adalah kantor milik keluarga Chan. Wanita itu melipir ke sebuah cafe yang ada tepat di depan jalan raya dekat perusahaan.
Minho melihat mobil Chan terparkir di sana, sungguh aneh. Padahal Chan sejak dua hari yang lalu mengatakan bahwa dia pergi ke luar kota. Dia pun menyuruh Minho agar tidak keluar rumah saat dia masih pergi. Dan besok adalah waktu suaminya kembali.
"Jangan diam saja, ayo turun. Mata mu harus melihat sesuatu" katanya. Pria manis itu menurut, dia pun berjalan beriringan dengan wanita itu.
Mata Minho terbelalak melihat Chan dengan seorang wanita yang pernah dia temui. Wanita cantik dengan rambut cokelat menggerai, mereka duduk berdampingan sembari menatap sebuah majalah. Keduanya seperti sangat dekat, senyuman Chan begitu cerah saat bersamanya.
"Kau ingat siapa dia?" Tanya wanita itu menunjuk pria di depan mereka. Minho memfokuskan matanya melihat seorang yang duduk di sana juga selain mereka.
"Dia adalah wedding organizer yang dulu pernah merancang pernikahan kalian kan?" Tanyanya. Minho menggeleng, tidak mungkin kan Chan bohong.
Ketika Minho akan berjalan masuk, suara polisi yang berpatroli terdengar. Minho langsung panik, dia takut ditangkap.
"Mereka sedang menjadi vampir terakhir yang ada di sini, yaitu kau" katanya. Minho tanpa berpikir panjang langsung berlari ke dalam mobil mertuanya. Tubuh Minho bergetar ketakutan, matanya terus melihat ke dalam Cafe.
Wanita itu kembali masuk ke dalam mobil dengan santai. Tangan tuanya merogoh ke kursi belakang mengambil sebuah berkas.
"Jika tidak percaya lihat saja sendiri" katanya. Minho melihat map yang disodorkan padanya.
"Bukan kau saja, aku pun syok tidak berpikir jika Chan akan sejauh ini" katanya. Minho membukanya perlahan. Dia menelan ludah melihat berkas yang dulu dia pernah tanda tangangi saat menikah di gereja.
Dulu karena gugup dia tidak sempat membaca keseluruhannya dan hanya membubuhi tanda tangan. Karena saat itu Changbin seolah menutupi isi suratnya.
"Pernyataan tertulis
Menurut undang-undang pernikahan nomor XX tahun XXXC sebuah pernikahan akan dikatakan sah jika dilakukan oleh kaum yang sama....."
Minho bergetar membaca semuanya, dadanya terasa sesak melihat semuanya. Bukan berkas pernikahan tapi itu adalah berkas pindah dan persetujuan Minho untuk menetap bersama Chan. Pernikahan yang sangat dia mimpikan selama ini rupanya adalah kebohongan. Dia sama sekali tidak pernah menikah dengan sah.
"Dia berusaha menjadikan mu tawanannya, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan selama ini" katanya. Minho saat ini tidak bisa mengelak, ini adalah surat resmi yang ditandatangani dengan legal.
"Kau berhasil, selamat" kata Minho dengan nada dingin. Tak ada yang harus dipertahankan saat ini.
"Bawa aku kembali, lakukan sesuka mu. Aku tidak peduli lagi. Aku bahkan sama sekali bukan menantu mu" kata Minho. Hatinya sangat sakit, rasa takut dalam dirinya kian sirnah. Namun dia harus memastikan sesuatu sekali lagi.
Minho tidak tidur semalaman, dirinya yang berusia 30 tahun rupanya tak berbeda dari saat dia berusia 18 tahun. Minho tertipu untuk kedua kalinya, ingin menangis rasanya juga sia-sia. Jika dia tahu dan sadar akan obsesi Chan, dirinya pasti sudah lama pergi.
Suara pintu terdengar dari depan sana Minho kini berada di ruang tamu apartemen. Dirinya membawa berkas yang diberikan mertuanya kemarin. Tak hanya satu berkas, rupanya ada dua. Chan juga melakukan perjanjian secara sah dengan kedua orang tuanya akan berpisah dua tahun jika tidak berhasil menghasilkan keturunan dengan Minho.
"Minho?" Suara lembut itu menyapa dirinya. Minho masih berusaha tersenyum melihat kedatangan pria itu sekarang.
"Uhhh aku sangat merindukan mu" katanya berlari kemudian memeluk Minho dengan erat. Minho bisa merasakan tubuh hangat dari Chan, jantungnya berdetak agak cepat seperti biasa.
"Kau sudah makan? Kenapa kau pucat sayang?" Tanya Chan menatap wajah cantik si manis. Minho hanya mengangguk, rasanya tidak tega bertengkar dengannya. Alhasil Minho berusaha keras untuk biasa saja.
Ketika Minho memasak makanan untuk Chan, pria itu melihat sebuah berkas yang ada di atas meja makan.
"Minho. Kau mendapatkan benda ini di mana?" Suara itu membuat Minho meremas kedua tangannya. Dalam sekejap Minho membanting pisau yang ada di atas meja.
"Seharusnya aku yang bertanya pada mu" kata Minho menoleh dengan tatapan dinginnya. Chan menegang tubuhnya seketika bergetar, tanpa berpikir panjang dia berusaha mendekat.
"M...minho aku bisa jelaskan.. aku" kata Chan sembari memegang bahu Minho.
Minho memejamkan matanya berusaha mengatur emosi, sudah cukup akan semua drama ini dia lelah. Perlahan tangan Minho melepaskan tangan Chan.
"Semuanya sudah jelas, kita tidak pernah menikah dengan sah sesuai yang kau katakan. Kau menipu ku karena obsesi mu Chan. Kenapa kau sangat jahat? Apa karena aku bodoh? Atau karena aku vampir?" Tanyanya. Chan bisa melihat mata Minho yang berkaca-kaca.
"Tidak Minho, kita sudah menikah. Aku suami mu dan kau istri ku. Lihatlah cincin pernikahan kita" kata Chan sembari memegang tangan kanan Minho mencari cincin yang sama seperti yang dia pakai.
Minho menarik tangannya dari Chan, dengan emosi yang meledak-ledak Minho melepaskan cincin itu dan membuangnya asal.
"Tidak, kita tidak pernah menikah. Ini hanya kebohongan mu. Aku tahu semuanya Chan, jadi jangan jelaskan. Kau sudah menghancurkan hidup ku" kata Minho dengan nada rendah. Chan menangis berusaha menahan Minho agar tidak pergi.
"Minho aku mencintai mu, aku tidak ada rencana apapun. Aku hanya ingin menghabiskan hidup ku bersama dengan mu" katanya. Minho berbalik tak segan untuk menampar wajah Chan.
"Kau pikir aku bahagia hidup dikurung seperti ini? Kau sama jahatnya seperti orang tua mu dan serigala lainnya. Aku benci kau Bang Chan!" Teriak Minho. Chan menangis berusaha untuk menahan kepergian Minho.
"Jangan tahan aku, biarkan aku tenang sebentar" katanya sebelum pergi. Chan mendengar itu tak bisa berkutik. Dia hanya bisa menyesal, jika dia berbicara lebih awal mungkin tidak akan terjadi. Dan Minho pasti mengerti.
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LAST VAMPIRE [ Banginho ]
FanficSEBELUM BACA WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR!!! Hidup menjadi seorang vampir di kota ini sangat sulit bagi Minho. Semakin lama aturan-aturan tentang vampir kian berubah. Selama masih hidup Minho berusaha untuk cuek dan membiarkannya saja. Namun, semua beru...