Happy reading
*
*
*Suara ketukan membuat atensi Revan yang semula tertuju pada layar, kini berpindah ke pintu ruangannya. Ia berseru, membiarkan orang yang mengetuk untuk masuk. Tak lama kemudian, pintu terbuka. Seorang bodyguard yang membukakannya untuk Ozan. Revan menghentikan pekerjaannya sejenak ketika sang anak mulai masuk dengan kursi rodanya.
"Apa aku ganggu Ayah?" tanya Ozan begitu jaraknya dan sang ayah tak jauh lagi.
Revan tersenyum sambil mengisyaratkan pada bodyguard agar membawa Ozan ke sampingnya. Tangannya menyibak anak rambut Ozan yang mulai memanjang dengan penuh kasih sayang.
"Tentu saja tidak. Apa yang putra Ayah ini butuhkan, hm?" tanya Revan sambil menatap penuh perhatian ke arah Ozan.
"Anu ... ini soal perbuatanku dulu. Apa Ayah tak masalah punya anak mantan kriminal sepertiku?" tanya Ozan balik. Kedua matanya menyiratkan sebuah perasaan khawatir akan adanya penolakan.
Revan terkekeh pelan sambil menepuk kepala Ozan. "Tidak masalah. Kita sudah sepakat untuk melupakan masa lalu bukan? Biarkan yang berlalu tetap berlalu. Soal perbuatan kamu dahulu, kamu tidak usah khawatir. Ayah sudah meminta orang untuk membereskan semuanya. Kamu tau? Ardi juga pernah melakukan tindak kriminal. Dia membunuh seorang asisten yang Ayah utus untuk berpura-pura menjadi ibu tirinya. Jadi, jangan terlalu dipikirkan."
Ozan menatap sang ayah tak percaya. Tak lama kemudian, seulas senyum tulus melengkung di wajahnya. "Makasih, Ayah. Maaf aku belum bisa membuat Ayah bangga."
"Terima kasih kembali karena kamu sudah menjadi anak Ayah. Ayah paling suka dengan kepribadian kamu, Zan. Kamu sebagai anak tengah bisa menempatkan posisi yang tepat saat bersama kedua saudaramu, dan itu membuat Ayah bangga. Kamu adik yang patuh untuk Ardi, tetapi bisa menjadi kakak yang baik juga untuk Yudha. Ayah bangga." Revan tersenyum sambil mengusap rambut Ozan kembali.
Kedua mata Ozan berkaca-kaca. Ia pikir dengan dirinya menjadi anak tengah membuat sang ayah tak terlalu menyorotnya. Namun, kata 'bangga' yang beberapa kali Revan lontarkan untuknya telah meleburkan pemikiran itu.
"Aku mau peluk boleh?" tanya Ozan penuh harap.
"Tentu. Sesuai janji Ayah waktu itu, kamu bisa minta peluk kapan saja." Revan dengan senang hati memeluk putra keduanya.
Sekali lagi, Revan merasa menyesal sempat menolak kehadiran dua anaknya.
•••••A.Y.O•••••
Makan siang baru saja selesai beberapa saat yang lalu. Yudha mendorong kursi roda kembarannya menuju ruang keluarga. Mereka punya tugas yang harus dikumpulkan besok. Revan mendatangkan seorang guru privat agar kedua putranya kembali melanjutkan pendidikan.
Sebenarnya hanya Yudha yang mengerjakan tugas. Remaja itu mendapat tugas tambahan, lantaran tak mengumpulkan tugas sebelumnya. Sedangkan Ozan selalu mengerjakan tugasnya tepat waktu dan itu membuatnya lebih disukai oleh sang guru.
"Haahhh!!" Yudha berteriak kesal sambil menelungkupkan wajahnya di meja. "Miss Anna tai. Tega banget sama gue ... hiks hiks srot."
Ozan yang duduk di belakang, lantas memukul pelan punggung adiknya dengan buku yang tengah dibaca. "Lo bandel, sih. Udah dikasih tau juga jangan main kalo lagi pembelajaran, malah bandel."
Yudha menoleh ke belakang dengan wajah melas dan kedua mata berkaca-kaca. "Abang."
Ozan langsung memutar bola matanya begitu mendengar panggilan dengan nada mendayu dari sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.Y.O Transmigrasi!
FantasyNOT BXB!! NOH UDAH PAKE CAPSLOCK, BIAR KELIATAN. Ardi si CEO, Yudha si remaja narsis, dan Ozan si pencuri, tiga orang yang mengalami kejadian di luar nalar Berawal dari aksi kejar-kejaran, ketiganya justru berakhir di tubuh kembar tiga atau triplets...