Happy reading..! 😍
Support kakak.. 😁
Cemburu
Bugh
Bugh
BughRafael berdiri dari duduknya saat melihat pukulan Devan ke samsak semakin tidak terkendali. Sahabatnya itu sudah melakukannya selama hampir satu jam. Rafael bahkan bisa melihat kalau punggung tangan Devano sedikit lecet dan mengeluarkan darah."Van! Udah!" Rafael mencoba menarik Devan agar cowok itu tidak melukai tangannya sendiri.
Namun, Devan tidak menghiraukannya. "SIAL!" umpat Devan kencang. Wajahnya merah padam dengan nafas yang memburu. "Kenapa lo? Cerita sama kita kalau ada apa-apa, jangan di pendam sendiri" ujar Fabio menasehati. Devan tetap tidak menggubrisnya. "VAN!" sentak Rafael, merasa emosi karena Devan tetap tidak mendengarkannya.
Gara berjalan ke arah Devano. Tanpa aba-aba, cowok itu menghalangi tinju Devan pada samsak menggunakan tangannya. Lantas tangannya lah yang terkena pukulan dari Devan. Merasa salah sasaran, Devano pun lantas menghentikan aksinya dan menatap Gara. "Sorry, Gar," ujar Devan sambil mengacak rambutnya. Nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan, kepalanya menunduk menatap tangannya yang berdarah.
Rafael pun memberi kode kepada Gara untuk mengajak Devan bicara empat mata. "Ikut gue," perintah Gara sambil berjalan lebih dahulu keluar dari tempat Bridge diikuti oleh Devan di belakangnya. Mereka berdua lalu duduk di kursi, cukup lama mereka terdiam Gara memberikan waktu agar Devan menenangkan diri terlebih dahulu.
"Kenapa?" tanya Gara beberapa saat kemudian."Vero," balas Devan dengan helaan nafas berat dari mulutnya. "Bikin ulah apa lagi dia?" Gara mengerutkan keningnya. "Gheisya sama Vero saling kenal udah lama, terus dia bilang mau ambil Gheisya dari gue!"
Gara terdiam. Dia mencoba mencerna ucapan Devano."Lo cemburu?" ucap Gara tiba-tiba.Devan mengumpat mendengar penuturan Gara. "Gue nggak suka sama dia," Devan mengelak. "Terus, kenapa lo marah?"
"Gue cuma nggak mau Gheisya diambil sama dia, sama musuh gue sendiri!" ucap Devan ketus. "Lo nggak suka sama dia, tapi lo nggak mau kehilangan dia,? Nggak usah kegedean gengsi kalau lo suka buruan ngomong, Vero main sat-set. Jangan sampai lo nyesel gara-gara kalah saing." Gara menepuk pundak Devan dan berlalu meninggalkannya.🥀🥀🥀
"BOLANYA OPER KE SINI, VAN!"
Bukannya mengoper ke arah Fabio, Devan malah melemparnya kepada Rafael yang jaraknya cukup jauh darinya. Nafas Fabio memburu, cowok itu berjalan menuju pinggir lapangan dengan wajah yang ditekuk. "Sayang!" Chelsea menyambut kedatangannya dengan membawakan air mineral untuknya. "Makasih Chel, cuma lo yang adil sama gue," ujar Fabio dengan perasaan jengkel karena teman-temannya."Lo kok disini? Kalian saling kenal?" tanya Devano kepada Gheisya, yang sejak tadi duduk bersama adiknya. "Kita itu temen satu kelas, kakak sendiri udah kenal sama Gheisya" jawab Chelsea dengan merangkul pundak Gheisya. "Udah lah, jauh sebelum lo!"
"Kalian punya hubungan yaa..?!" tanya Chelsea dengan memicingkan matanya. "Nggak!" jawab Devan dan Gheisya bersamaan. "Kalau dia siapa?" tanya Devan lagi dengan menunjuk Chezza yang berbincang dengan Rafael."Dia temennya Gheisya, cewek yang lagi deket sama Rafael!" kali ini Gara yang ikut menimpali. "Habis ini langsung pulang aja. Gue tiba-tiba agak nggak enak badan soalnya." suruh Devano kepada teman-temannya. "Oke.." jawab mereka bersamaan. "Za, kamu udah di jemput belum?" tanya Gheisya pada sahabatnya itu. "Chezza biar pulang sama gue aja," ucap Rafael. "Owh..oke kak," jawab Gheisya dengan tersenyum.
***
"Makasih ya kak, udah nganterin aku pulang," ucap Chezza setelah turun dari motor Rafael. "Sama-sama, kalau gitu gue cabut," ucap Rafael dengan tersenyum. "Iya kakak hati-hati ya.." pesan Chezza padanya. Rafael pun menghidupkan mesin motornya lalu meninggalkan halaman rumah Chezza. Dari kejauhan, Vero yang menyaksikan itu semua hanya mampu diam dengan tangan terkepal. Kedua matanya menatap tajam ke arah kepergian Rafael yang perlahan mulai menghilang.Chezza pun masuk ke dalam rumahnya, dan melihat kakaknya yang duduk di kursi ruang tamu. "Diantar sama siapa kamu?" tanya Vero dengan tatapan tajam. "Sama temen kak," jawab Chezza pelan. "Kakak minta kamu jangan dekat-dekat sama cowok itu," ucap Vero lalu berlalu meninggalkannya. Tapi kenapa Vero menyuruhnya menjauh dari Rafael?
🥀🥀🥀
Tok! Tok! Tok..!
Devan mengetuk pintu rumah Gheisya. Tidak lama setelahnya, pintu di depannya akhirnya terbuka. Bertepatan saat itu juga, Devan refleks menumpukan tangannya di bahu Gheisya untuk menahan berat tubuhnya. "Kenap-" Gheisya hampir jatuh ke belakang karena tak kuasa menahan berat tubuh Devan yang pada akhirnya limbung. Cowok itu kehilangan kesadaran dalam pelukannya.
Demam!
Sepertinya, hal itulah yang membuat Devan kehilangan kesadarannya selama hampir sepuluh menit lamanya. Sampai sekarang, belum ada tanda-tanda cowok itu akan membuka mata. Sambil terus mengompres dahi Devan dengan handuk kecil dan air hangat yang di bawakan oleh Chezza. "Dia kalau merem kayak gini jadi lebih ganteng ya, Ghei." Chezza tersenyum penuh arti dengan menyenggol bahu Gheisya."Apa sih Za, biasa aja!" jawab Gheisya lalu memalingkan wajahnya. "Lo nggak suka? Ganteng begitu, masa nggak ada rasa?" goda Chezza dengan tersenyum jahil. "Nggak, buat suka sama cowok yang baru kenal itu susah," sergah Gheisya. "Aku kan nggak kayak kamu baperan!" sewot Gheisya. Chezza refleks memukul lengan Gheisya. Namun, tidak lama setelah itu, mereka tertawa sampai membuat Devan terbangun. "Ck! Berisik!" Devan berdecak sebal setelah berhasil membuka mata meski belum sepenuhnya.
Gumaman Devan membuat Gheisya dan Chezza menghentikan tawa mereka. Ketika Devan membuka mata sempurna, dia mengerutkan kening dengan bingung ke arah Gheisya dan Chezza yang melihatnya. Terakhir dia hanya ingat saat masih di depan pintu rumah Gheisya, setelah itu ia lupa apa yang terjadi. Setelah merasa lebih baik, cowok itu mengubah posisinya dari berbaring di sofa menjadi duduk.
"Kakak ngapain ke sini, kan kakak lagi sakit?" tanya Gheisya dengan mengulurkan tangannya untuk mengecek suhu tubuh cowok itu. "Emm..lo mau nggak temenin gue ke acara pesta rekan bisnis Papa gue?" tanya Devan penuh harap. "Hah! Kakak nggak salah nyuruh aku?" Gheisya balik bertanya. "Kenapa emang, nggak bisa ya?"
"Eh.. nggak gitu, iya deh bisa kok," ucap Gheisya akhirnya karena di bujuk Chezza."Kalau gitu gue mau pulang," Devan berdiri dari duduknya, disusul oleh Gheisya lalu memegang tangannya. "Perlu di anter, kak?" tawar Gheisya. Devan menggeleng pelan. "Gue cowok." Kali ini Devan benar-benar melangkah untuk pergi dari rumah Gheisya. "Hati-hati, Kak." ujar Gheisya sebelum Devan membuka kenop pintu kemudian keluar dari sana.
Perasaan Devan tiba-tiba menghangat ketika mendengar penuturan lembut yang Gheisya ucapkan. Padahal, itu hanya ucapan hati-hati saja tapi bisa membuat Devan tersenyum.
🥀🥀🥀
Support and follow...🤗🤩
Thank you..😊🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
BEATARISA
Teen FictionKisah seorang mahasiswi bernama Gheisya yang berasal dari keluarga sederhana. Yang masuk ke Universitas ternama menggunakan beasiswa yang ia miliki, lalu ia bertemu dengan HEROES, gang yang terkenal di Universitas barunya. Hingga suatu saat ketua g...