Happy reading..
Keputusan
Tepat saat Baskara membuka pintu, terdapat Bayu, Gheisya, Ratna dan teman-teman Devan. Yang saat ini memusatkan perhatian ke arahnya. “Om, gimana keadaan Devan? ” tanya Gara memecah keheningan. “Masih nggak ada perubahan.” jawabnya dingin. “Bay, bisa bicara diluar sebentar?” tanya Baskara pelan pada Bayu yang sedang duduk di kursi tunggu.
Bayu yang melihat wajah Baskara, orang yang sangat dia benci sontak berdiri dengan tangan terkepal kuat-kuat, mencoba menahan amarahnya. “Ayo,” jawabnya, kemudian melangkah keluar diikuti Baskara di belakangnya. “Hukum saya semau kamu Bay.” Baskara menundukkan kepalanya dalam, tanda bahwa dia sangat menyesal.
Bayu menghela nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Kepalan di tangannya mulai mengendur. Apa yang dilakukan Baskara kepada Ratih hanya bagian dari masa lalu. Meski kenyataannya, memaafkan dan melupakan memang masih sangat sulit.
“Saya datang ke sini hanya karena Devan, bukan untuk kamu, Bas. Saya tidak akan mempermasalahkan lagi apa yang sudah berlalu, tapi Ratih tidak akan pernah melupakan kejadian waktu itu.”
Kedua mata Baskara berkaca-kaca. “Saya akan memperbaiki semuanya dan tidak akan memperlihatkan diri di hadapan kalian lagi,” ucapnya dengan gemetar.“Terima kasih anakmu sudah menyelamatkan nyawa anakku.” ucap Bayu suaranya merendah. Baskara menganggukkan kepalanya. “Tapi, bagaimana dengan hubungan Gheisya dan Devan?” Baskara menatap Bayu dengan penuh harap. Bayu mengangguk lemah, “Gheisya...” Bayu menggantung kalimatnya, lalu mendongak menatap Baskara. “Tidak akan melanjutkan hubugannya dengan Devan, demi kebaikan kita semua.”
“AYAH!”
Bayu dan Baskara langsung menoleh ke sumber suara, mereka melihat Gheisya. Sepertinya gadis itu sejak tadi menguping pembicaraan mereka. Gheisya menatap ayahnya dengan pandangan tidak percaya, buliran air di matanya semakin menetes deras. “Ayah..bercanda, kan? ” tanyanya, nyaris tak terdengar.
Tidak kuat melihat putrinya seperti itu, Bayu langsung menghampirinya dan mendekap putrinya dengan erat. Dia membiarkan anak semata wayangnya menangis di pundaknya. Dia tahu ini akan menyakitkan bagi Gheisya. Namun, jika diteruskan tidak akan ada kebahagiaan dalam hubungan mereka.
“Ayah.. aku nggak bisa jauh dari kak Devan.. ” Gheisya memukul dada Bayu berulang kali dengan tangan lemahnya, meluapkan segala emosi yang bercampur aduk di hatinya. Pertemuannya dengan Devan berawal dari hal yang tak terduga. Sampai pada akhirnya, tumbuh rasa suka yang berujung luka. Saat mereka mulai mengikat janji untuk saling menjaga dalam suka dan duka, muncul badai yang tidak terduga.
🥀🥀🥀
Gheisya benar- benar tidak pernah menyangka kalau jatuh cinta semenyakitkan ini. Gheisya tidak sanggup untuk memilih antara cinta atau keluarga. Namun, meski tidak sanggup, Gheisya tetap harus memilih satu dari keduanya. Gheisya harus siap kehilangan apa yang akan dia lepaskan. Gheisya harus siap menjalani kehidupan berikutnya setelah kehilangan separuh dari dirinya.
Kalau hari itu dia tidak lupa membawa kartu identitasnya dan gerigi motornya tidak lepas, mungkin pertemuannya dengan Devan tidak pernah terjadi. Rasanya baru kemarin dia masuk Star Light, dan baru kemarin juga mereka saling kenal. Semesta memang punya cara yang tak terduga untuk mempertemukan dan memisahkan dua insan sekaligus.
Karena pada akhirnya, pertemuan memang selalu berakhir dengan perpisahan. Gadis itu menangis saat menatap Devan yang tebaring lemah dan kondisinya sempat drop tadi sore. Dia tak peduli dengan matanya yang semakin bengkak. Tubuhnya yang kian lemas karena tak makan sejak pagi. Dia putus asa, dia merasa dunia tidak adil padanya.
“Makasih ya kak, udah jadi bagian dari hidup aku. Ternyata, kita emang nggak bisa bersama lama - lama. Tapi.. apa boleh kalau aku berharap suatu saat nanti, kita bisa ketemu lagi?” Gheisya menggigit bibir bawahnya kuat - kuat, menahan isak tangisnya agar tidak pecah di sana. Rasanya begitu sesak karena dia harus berpisah dengan cara seperti ini.
Malam ini Devan akan di pindah rawatkan ke RS. Cahaya Medical Jakarta. Lagi pula alat medis di sana juga lebih lengkap. Setelah beberapa saat, Gheisya menjauhkan tubuhnya. Dia memutuskan untuk keluar kamar. Sarah, Bayu, dan Gara sedang berdiri di depan pintu saat dia membukanya. Wajah mereka menggambarkan rasa iba yang begitu jelas.
Sarah langsung merengkuh tubuh Gheisya, mendekapnya dengan sangat erat dengan tangis yang kembali tumpah. “Jagain Kak Devan sama Chelsea, ya, Tante..” ucap Gheisya.
“Iya, kamu juga. Maaf 'in tante selama ini udah jahat ke kamu ya..” ucap Sarah tulus. “Nggak tante, tante nggak usah minta maaf. Tante nggak salah apa -apa kok.”Gheisya beralih menatap Gara setelah melepas pelukannya. “Kak, tolong jagain Kak Devan ya, dia pernah bilang kalau Kak Gara udah kayak rumah keduanya. Tolong kuatkan dia ya, kak.” Gheisya memohon sambil menggenggam tangan Gara. Laki-laki itu hanya bisa membalas genggaman tangan Gheisya sambil tersenyum dan mengangguk. Gara tahu dia tidak bisa berbuat banyak untuk mereka berdua.
Sementara itu, Bayu menyaksikan mereka dengan perasaan tidak tega. Karena, sejujurnya, dia juga tidak ingin Gheisya terluka bila harus berpisah dengan Devan. Bayu menghela nafas berat, dia berjalan mendekati Devan yang masih memejamkan mata. Ujung bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman.
“Saya berhutang banyak sama kamu. Semoga di lain waktu, kita bisa bertemu kembali. Dengan keadaan yang jauh lebih baik, terimakasih banyak sudah menemani Gheisya, kamu juga mengajari saya untuk mengerti perasaan seorang anak. Kamu anak yang baik, Devan. Om belajar banyak dari kamu.”
Tangis Bayu pecah usai mengucapkan itu. Namun, dia lebih pintar menyembunyikannya, sebagaimana seorang pria yang tidak ingin lukanya diketahui oleh orang lain. “Cepat sembuh ya. Kasih orang tua kamu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Om yakin, kalian bisa menjadi keluarga yang harmonis,” lanjutnya, lalu mengusap pelan puncak kepala Devan.
“Aku boleh minta waktunya lagi? Sekali ini aja, sebelum Kak Devan pergi, ” pinta Gheisya kepada Sarah, yang langsung mendapat anggukan setuju. Sarah tahu, melepaskan seseorang yang dicintai demi keluarga adalah keputusan yang sulit.
Usai Bayu, Sarah, dan Gara meninggalkan kamar rawat. Gheisya kembali duduk di samping Devan. Dia mengenggam tangan yang masih belum bergerak itu. Erat. Mungkin untuk kali terakhir.
🥀🥀🥀
Thanks..

KAMU SEDANG MEMBACA
BEATARISA
Teen FictionKisah seorang mahasiswi bernama Gheisya yang berasal dari keluarga sederhana. Yang masuk ke Universitas ternama menggunakan beasiswa yang ia miliki, lalu ia bertemu dengan HEROES, gang yang terkenal di Universitas barunya. Hingga suatu saat ketua g...