Happy reading.. 🤗🤩
New part.. 😍Pembatalan
Gheisya baru saja selesai kelas beberapa menit yang lalu. Saat ini, dia bersama Chezza sedang menikmati semangkok mi ayam di kantin Star Light. “Hei! Gue mau bicara sebentar sama lo.” Tiba-tiba seseorang berdiri di samping meja mereka. Chezza dan Gheisya refleks menoleh ke sumber suara, “Kamu kenal Ghei?” tanya Chezza dengan berbisik.
Gheisya menggelengkan kepalanya. Sebenarnya ia tahu cewek itu, cewek yang menumpahkan minuman di gaunnya semalam. “Gue tunggu di taman,” ucapnya. Gheisya berdiri dari duduknya. “Aku lagi makan, bicara di sini aja,” jawab Gheisya. Shella menatap Gheisya tidak suka. “Lo tahu siapa gue kan? Gue Shella tunangannya Devan. Gue peringatin jangan deket-deket sama Devan, dia punya gue,” Shella berucap seraya menepuk-nepuk pundak Gheisya.
“Kamu pikir aku mendekati Kak Devan? Kita itu cuma temenan.” jawab Gheisya. “Sekali lagi gue liat lo sama Devan, lo berurusan sama gue,” Shella berucap dengan menunjuk wajah Gheisya. Seseorang tiba-tiba menurunkan tangannya. “Shel, ikut gue!” ucap orang itu. Gheisya menatap orang yang baru datang. Devan. “Ghei, gue minta maaf,” ujar Devan lalu membawa Shella pergi dari hadapannya.
“Ghei, aku nggak salah denger? Dia tunangan kak Devan? Terus kenapa dia marah-marah ke kamu, GJ banget,” omel Chezza. Gheisya pun menghela nafas panjang dan kembali duduk di kursinya.
🥀🥀🥀
Devan membawa Shella ke dalam mobil yang terparkir di parkiran Star Light. “Lo ngapain bicara sama Gheisya kayak gitu?” tanya Devan. Dia mencoba menahan amarahnya. “Karena gue nggak suka dia deketin lo, Van. Gue tunangan lo,” Shella menatap Devan kesal. “Gue nggak pernah anggep lo sebagai tunangan gue, Shella,” Devan menekankan setiap kata yang dia ucapkan.
“Ya terserah lo mau anggap gue apa. Gue tetep tunangan lo,” ujar Shella. Devan menghembuskan nafas kasar. “Keluar dari mobil gue,” titah Devan. Emosinya memuncak. Dia hawatir akan bersikap kasar pada cewek di sampingnya itu. “Nggak!” jawab Gheisya. “Keluar Shella!” Devan meninggikan nada suaranya. Akhirnya, Shella keluar dari dalam mobil dan menutup pintu mobil dengan kencang. Dia sudah muak dengan perjodohan ini, dia memutuskan untuk melakukan sesuatu dengan caranya sendiri.
***
“Devan, ada apa mencari saya?” tanya Guntur. Devan sudah ada di kantor Guntur sejak tadi, karena kesibukannya Guntur baru bisa menemuinya saat ini. “Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada Om, saya ingin memperjelas saya tidak bisa lanjutkan perjodohan saya dan Shella,” ucap Devan tanpa keraguan sedikitpun. Guntur terkejut dengan ucapan Devan barusan.
“Tapi kenapa kamu menolak perjodohan ini, apa kamu tidak suka dengan Shella?” tanya Guntur. “Dari awal saya memang tidak setuju dengan perjodohan ini, dan saya tidak menyukai Shella.” jelas Devan. “Papa,” panggil seseorang yang baru saja datang. “Devan, kenapa di sini?” tanyanya. “Shella sebaiknya kamu keluar dulu. “Om, sepertinya cukup sampai sini pembicaraan kita. Maaf karena tidak bisa melanjutkan perjodohan ini.” “Devan, maksud kamu apa?” tanya Shella. Devan berdiri lalu pamit kepada Guntur dan berlalu meninggalkan ruang tersebut.
“Shella, maafkan papa. Sepertinya perjodohan ini akan papa batalkan,” ujar Guntur pelan. Shella menatap papanya kecewa, “Nggak mau Pa. Papa tahu kan Shella suka Devann?!!” teriak Shella. “Shella, kamu harus ngerti, nak. Papa nggak akan kamu bersama orang yang tidak mencintai kamu sama sekali,” jelas Guntur memegang pundak Shella.
🥀🥀🥀
Devan duduk di sofa ruang Bridge. Dia memijat pelipisnya yang sedikit pusing itu. “Lo kenapa, Van?” tanya Fabio yang baru saja duduk. “Pusing, butuh makan,” jawab Devan seraya menatap sepiring ketoprak yang ada di tangan Fabio. Tanpa menunggu lama Devan langsung mengambilnya. “Gue makan ya?” Devan lalu memakannya tanpa menunggu persetujuan Fabio.
“Van, jangan banyak-banyak woy! Punya lo masih di ambilin Gara.” ujar Fabio kesal. “Pelit banget lo.” balas Devan di sela-sela makannya. “Gue mau ambil minum,” ujar Fabio seraya keluar dari ruangan. “Lah, udah selesai makannya?” kata Rafael saat melihat Fabio keluar. “Di makan Devan punya gue,” jawab Fabio. Seketika Rafael dan Gara melongo mendengar ucapan Fabio. “Devan, makan ketoprak lo?” tanya Gara.
“Iya,” jawab Fabio. “Itu yang di piring lo kerupuk udang, Devan alergi udang!” sahut Rafael. “Ini buat Devan, kerupuk bawang, beda sendiri,” ujar Gara seraya mengangkat piring di tangannya. “Hah?! Yang bener? Sial!” Fabio segera beranjak dari tempatnya dan masuk ke ruang Bridge menghampiri Devan. “Van! Itu kerupuk udang kenapa lo makan?” ujar Fabio heboh tapi sayang, ketopraknya sudah habis tak tersisa.
“Hah? Makannya tangan sama kaki gue tiba-tiba mlenting-mlenting gatel,!” ujar Devan seraya mengambil tas dan beranjak dari tempatnya. “Lo nggak apa-apa Van?” tanya Gara. “Gue nggak apa-apa,” jawab Devan santai. “Terus, lo mau kemana Van?” tanya Fabio. “Rumah sakit,” ujar Devan karena dia tahu apa yang akan terjadi setelah dirinya memakan udang. “Gue anter aja. Sini kunci mobil lo!” ujar Gara mengambil kunci mobil dari tangan Devan. “Nggak Gar, gue sama Rafael aja,” tolak Devan.
“Ya udah, lo hati-hati, kabarin gue kalau ada apa-apa,” ujar Gara yang dibalas anggukan oleh Devan. Di perjalanan, Devan memejamkan mata seraya menyandarkan badannya di kursi mobil. Dengan terus menggaruk kaki dan lengannya yang semakin gatal. “Van, lo baik-baik aja kan?” tanya Rafael khawatir. Matanya menatap Devan bergantian dengan jalanan di depan. “Nggak rasanya makin gatel dan panas..!!” jawab Devan. Beberapa saat kemudian, Devan dan Rafael sudah sampai di rumah sakit.
🥀🥀🥀
Malam ini Devan bermalam di rumah sakit, dia merasa bosan di rumah sakit sendiri. Dia baru boleh pulang besok, sedangkan anak-anak Heroes tidak bisa menemani. Awalnya, Gara akan tetap menemani Devan tapi dia menolaknya. Devan mengambil ponselnya, dia tahu siapa yang harus dia hubungi. Panggilan pertama tidak diangkat, Devan mulai merasa kesal. “Ini bocah ke mana, sih?” ujar Devan, lalu melempar ponselnya ke tempat tidur.
Tidak lama kemudian, ponselnya berdering ada sebuah panggilan masuk. Devan segera mengangkat panggilan tersebut.
“Apaan? Aku lagi sibuk.” Terdengar suara Chelsea dari seberang sana.
“Sialan! Gue lagi ada di rumah sakit. Kesini cepet!”
“Kakak sakit apa?” tanyanya.
“Nanti aja gue ceritain. Gue serlok alamatnya. Buruan ke sini, bawa makanan gue laper.” Devan langsung mematikan ponselnya.Tidak sampai satu jam, seseorang membuka pintu kamar Devan. Tampak Chelsea yang memasuki kamar dengan sebungkus besar makanan. “Kakak beneran sakit?” tanyanya setelah duduk di kursi. “Lo pikir gue bohong gitu? Mana makanan gue,” Devan menjulurkan tangannya yang bebas dari infus. “Sakit apa kak?” tanya Chelsea. “Tadi nggak sengaja makan udang,” jawab Devan.
“Mama tadi marah-marah nyariin lo,” ujar Chelsea. “Biarin aja, gue nggak peduli,” jawab Devan seraya memakan makanannya. “Kakak habis buat masalah apa lagi emangnya?” tanya Chelsea. “Batalin perjodohan,” jawab Devan. “Pantes mama marah-marah gitu, lo kasih alasan apa? Udah punya pacar gitu?” tanya Chelsea. “Siapa?” tanya Devan, lalu kembali menyuapkan makanan. “Gheisya.”
Uhukk uhuuukk....Devan langsung tersedak makanan. Dengan cepat Chelsea memberikan sebotol minuman, Chelsea tersenyum sepertinya tebakannya memang benar.🥀🥀🥀
Thank you for reading..😁🙏🏻
please help support me🦋Thank You 😊🙏🏻

KAMU SEDANG MEMBACA
BEATARISA
Novela JuvenilKisah seorang mahasiswi bernama Gheisya yang berasal dari keluarga sederhana. Yang masuk ke Universitas ternama menggunakan beasiswa yang ia miliki, lalu ia bertemu dengan HEROES, gang yang terkenal di Universitas barunya. Hingga suatu saat ketua g...