Part 16 Patah Hati

9 4 0
                                    

Happy reading...

New update..✍️🏻

Patah Hati

Beberapa hari setelah pernyataan Rafael mengenai perasaannya, Chezza selalu berusaha menghindari cowok itu. Dia tidak menerima telepon atau membalas pesan dari Rafael. Chezza juga tidak ingin secara tidak sengaja berpapasan dengan Rafael di kampus dan membahas hal kemarin.

Siang itu, Chezza langsung pergi ke cafe. Hari ini dia mendapat giliran shift siang. Chezza turun dari motor tukang ojek lalu membayarnya lalu dia menyadari ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Chezza menoleh, ada Rafael di depan pintu cafe. Hampir saja cewek berambut sebahu itu akan berlari untuk menghindari Rafael kemudian dia sadar tindakannya itu akan sangat memalukan. Apalagi, saat ini Rafael sudah berjalan ke arahnya.

Chezza membeku di pinggir jalan. Rafael tampak tampan dalam balutan sweater warna hitam dipadukan dengan jeans dengan warna senada. Chezza buru-buru menggelengkan kepala. Bisa-bisanya dia memikirkan hal seperti ini. “H-hai, kak,” sapa Chezza, berusaha untuk tidak canggung.

“Seminggu Chezza,” ujar Rafael dengan tatapan datar.
“S-seminggu, apanya kak?” tanya Chezza gugup. “Kamu menghindar dari aku,” jawab Rafael. Chezza langsung terdiam. Mulutnya tidak bisa menemukan kata-kata untuk mengelak dari omongan Rafael barusan.

“Kak, sebenarnya aku itu,” Chezza menggantung ucapannya, dia menundukkan wajah dan menggenggam erat-erat tali tasnya. “Kenapa?” tanya Rafael. “Aku nggak bisa balas rasa suka kamu, Kak. Aku belum siap,” Chezza mengucapkannya secepat kilat tanpa menatap Rafael.
Rafael diam.

Duk.

Mata Chezza tebelalak kaget ketika merasakan kepala Rafael bersandar di bahunya. “Chezza, jadi kamu kepikiran soal ini?” tanya Rafael tepat di telinga Chezza. “I-iya, Kak,” jawab Chezza gugup, tidak berani menggerakkan badannya sedikit pun. “Aku nggak masalah sama jawaban kamu, tapi kasih aku alasan,” Rafael berucap dengan nada yang terdengar kecewa di telinga Chezza. “Aku trauma, Kak. Aku selalu gagal dalam hubungan. Aku takut kalau...” Chezza tidak berani meneruskan kalimatnya.

Rafael mengangkat kepala dan menghela nafasnya. Dia menatap Chezza yang masih tertunduk. “Aku ngerti. Maaf aku udah membebani pikiran kamu..”
Chezza langsung menggelengkan kepalanya cepat dan menatap mata Rafael. “Aku yang harusnya minta maaf, Kak,” ujar Chezza. “Aku nggak mau kamu menghindar dari aku,” Rafael berucap dengan sungguh-sungguh. “Aku merasa bersalah sudah bilang suka sama kamu. Aku nggak mau kamu menghindar dari aku, Chezza.”

“Nggak, Kak. Aku nggak akan jadikan ini beban lagi. Aku nggak akan menghindar dari Kakak. Kita tetap seperti biasanya, ya?”
Perkataan Chezza membuat Rafael tersenyum, lega. “Iya, tetap temenan kayak biasanya. Itu udah lebih dari cukup buat aku.”

🥀🥀🥀

Sore ini, semua anggota Heroes sedang berkumpul di markas, tempat nongkrong anggota Heroes di luar kampus. Rafael menyandarkan kepalanya di sofa seraya menutup mata. “Lo kenapa sih, El? Susah gitu kelihatannya?” tanya Fabio yang duduk di sebelah Rafael dengan tangan yang sibuk memainkan game di ponselnya.

“Bi, aku mau cerita,” ucap Rafael.
“Apa?” tanya Fabio.
“Jadi, aku nduwe konco. Nah, si koncoku nduwe konco cewek, wis akrab. Tiba-tiba, suatu hari aku ngungkapin perasaan..eh, maksudku, si cowok ngungkapin perasaannya ke teman ceweknya,” ralat Rafael dengan cepat. “Tapi aku, eh dia malah ditolak...”

“Tunggu-tunggu,” Fabio menghentikan cerita Rafael. “El, itu cerita kisah diri kamu sendiri apa teman sih? Berbelit-belit pakai Bahasa Jawa lagi.” Fabio mulai curiga dengan cerita Rafael. “Ya teman lah!” Rafael nyolot. Seketika Fabio langsung menatap Rafael. “Jadi, lo di tolak cewek, El? Hahaha...” Fabio tertawa terpingkal-pingkal membuat atensi Devan dan Gara sedikit beralih padanya saat sedang fokus bermain Bridge di halaman.

“Sialan, lo! Aku bilang bukan aku, tapi teman aku!!!” Fabio tertawa semakin keras. “Aduh ada apa sih, rame-rame berisik!!” teriak Chelsea dari kamar, dia sedang tidur karena merasa lelah. “Iya sayang, maaf!!. Jujur aja, deh El,” Fabio masih mengejek Rafael. Rafael yang kesal kembali merebahkan diri di sofa. “Terserah!” ujar Rafael sewot. Fabio akhirnya menghentikan tawanya.

“Jadi, ini yang buat lo galau?”
“Iya.”
“Hahahaha...”
“Fabio sialan!!”
“Seru amat, ngomongin apa, sih?” tanya Devan setelah menyelesaikan permainannya dengan Gara.
“Ini Van, si Rafael lagi patah hati,” Fabio menyeletuk sambil nyengir.
“El, beneran lo lagi patah hati?” tanya Devan kepada Rafael.
“Nggak Van, beneran!” Rafael membantah ucapan Devan.
“Beneran patah hati maksudnya?” sahut Gara ikut menimpali.

Brak!
Piyarr..!

“Mana Devan?! Sembunyi di mana dia?!”
Teriakan yang berasal dari luar itu langsung membuat gempar Devan dan yang lain. Mereka hafal betul pemilik suara itu, tanpa lama-lama mereka berjalan keluar. Chelsea yang terbangun karena mendengar kegaduhan pun, juga ingin melihat keluar tapi langsung di cegah oleh Fabio.

“Lo pikir gue nggak tahu hah! Lo masih coba dekati adek gue kan? kecam Vero dengan menunjuk ke arah Rafael. “Dan lo Van, jangan dekati Gheisya dia sepupu gue, ” ujar Iqbal memperingati. “Hajar aja, Ro!” titah Iqbal yang berdiri di samping Vero. Merasa setuju dengan ucapan Iqbal, Vero dan yang lain pun langsung menghajar anak-anak Heroes.

Mendapat serangan tiba-tiba, tidak membuat Gara dan anggota Heroes tidak merasa kuwalahan. “Nggak usah belagu lo!” Devan memukul Iqbal sekuat tenaga. Cowok berwajah tampan itu langsung mengumpat keras saat darah segar keluar dari sudut bibirnya. Iqbal pun tidak tinggal diam dia membalas pukulan Devan. “Kurang ajar lo! Rasakan ini!

Bugh

Devan pun terjatuh di atas tanah, dan memegangi aset pribadinya yang terasa sangat nyeri karena Iqbal menendang aset terlarangnya dengan sekuat tenaga. “Sialan lo bal, tetangga nggak ada akhlak. Anj*ng!” umpat Devan tak tertahan.
“Chezza emang adek lo, tapi lo nggak berhak nyuruh gue buat jauhin dia,” ujar Rafael dengan santai kepada Vero. Setelahnya, ia melayangkan tinju ke rahang bawah cowok itu.

“Kak! Awas!”
Chelsea berlari sekuat tenaga untuk menghalangi Jiro—anggota Digimon yang hendak memukul Fabio menggunakan kayu. Gadis itu memejamkan mata ketika merasakan sakit yang menjalar di kepalanya setelah menampung pukulan yang seharusnya mengenai pacarnya itu. Fabio membulatkan matanya kaget, ia langsung memeluk Chelsea yang terbaring di atas tanah dengan jantung berdegup kencang.

“Chel? Kamu nggak papa?” tanya Fabio sembari menangkup kedua pipi Chelsea. Bukanya menangis, gadis itu justru tersenyum. “Aku nggak lemah, nggak usah lebay,” balas Chelsea santai. “Inget! Dia adik gue, makannya kuat!” sahut Devan tanpa rasa hawatir sedikit pun dengan mencoba bangkit dari jatuhnya.  Tanpa lama-lama, Chelsea kembali berdiri menatap beringas ke arah Jiro yang baru saja memukulnya menggunakan kayu.

“Rasakan tendangan maut gue!” teriak Chelsea lalu menendang pipi kanan Iqbal dengan kakinya yang terbalut oleh sepatu. Semua yang melihat itu pun terkaget bukan main. Pasalnya, akibat tendangannya Jiro mental sejauh lima meter, dan Jiro langsung tumbang saat itu juga. “Nggak salah, dia pacar gue? Hebat benerr!” gumam Fabio merasa kagum. “Baru kali ini gue lihat cewek hebat kayak dia,” timpal Rafael dengan gelengan kepala tak percaya.

“Pergi kalian, dasar hama!” maki Devan, membuat teman-teman Vero pergi dari markas Heroes. “Awas lo, urusan kita belum selesai!” ancam Vero lalu pergi dari sana. Atensi mereka berempat langsung tertuju kepada Chelsea yang masih berdiri di belakang mereka. Gadis itu menggeleng untuk memberi tahu yang lainnya kalau dirinya baik-baik saja.

“Aku obati, Chel,” ujar Fabio sembari menarik tangan Chelsea untuk masuk lagi ke dalam markas. Gadis itu masih terdiam di tempat, “Nggak usah. Chelsea, kan, udah biasa kayak gini,” Chelsea tersenyum, tapi Fabio tahu kalau sorot mata gadis itu memancarkan sorot penuh luka.

🥀🥀🥀

Thank You..
Support yaa guys... Pliss..

BEATARISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang