Trauma??

3K 277 6
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

Tiba-tiba senyum aneh terpancar di bibir Adelia. Senyum yang sulit diartikan.

"Muehehehe, gue punya ide" kekeh Adel.

"Sekali-kali gapapa kan ya," lanjutnya pada dirinya sendiri, seolah meyakinkan diri.

"Gapapa lah, kapan lagi yakan," gumamnya lagi.

"Maaf ya ci, xixixixi," monolog Adel dengan suara yang dipenuhi tawa licik, seperti penjahat kartun yang merencanakan sesuatu yang besar.

Adel beranjak dari ranjang dan segera menutup semua tirai yang memberikan akses cahaya masuk ke dalam kamar Shani. Setelah selesai menutup tirai, Adel berjalan menuju saklar lampu di sudut ruangan. Ia berdiri di samping saklar, dengan senyum penuh rencana.

"Hitungan ketiga kita mulai ya adik-adik," monolog Adel.

"1.. "

"2.. "

"3.. "

Cetakk

Suara saklar lampu yang di tekan oleh Adel bersamaan dengan matinya semua lampu yang ada di kamar Shani.

"CI SHANOYY" teriak Adel.

Mendengar sebuah teriakan memanggil namanya, Shani terbangun dengan jantung berdegup kencang. Matanya terbelalak, tubuhnya kaku di tempat tidur. Ia merasa ada yang aneh. Seketika ia merasakan kecemasan menyelimutinya. Ruangan di sekelilingnya gelap gulita, tidak ada secercah cahaya yang bisa dilihatnya.

"AAAAA MOMY!!!" teriak Shani panik.
Kenangan masa kecil yang selalu ia coba lupakan kini kembali menyeruak ke permukaan.

Shani meraba-raba tempat tidurnya, mencari ponselnya yang mungkin bisa memberikan cahaya, namun kegelisahannya semakin bertambah ketika ia tidak menemukannya. Jantungnya semakin cepat berdetak, membuatnya merasa seperti terjebak dalam mimpi buruk yang tak berujung.

Tangannya gemetar, keringat dingin mulai membasahi keningnya. Shani tidak berani bergerak dari tempat tidur. Ia takut tersandung atau menabrak sesuatu dalam gelap. Perasaan terjebak itu begitu kuat, membuatnya semakin panik. Ia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk memenangkan diri, tetapi usahanya sia-sia. Setiap tarikan napas terasa sesak dan tidak cukup untuk menenangkan dirinya.

Shani memeluk lututnya, mencoba mencari kenyamanan dalam posisinya yang meringkuk. Ia menangis tanpa suara, berharap kegelapan ini segera berakhir. Pikiran-pikiran negatif menguasainya, membuatnya merasa lebih kecil dan lebih tak berdaya. Ia tidak bisa memikirkan apa-apa selain betapa menakutkannya kegelapan ini.

"Momy hiks... hikss.. momy Shani takut. Momy di mana, jangan tinggalin Shani," ucap Shani lirih, suaranya hampir tak terdengar di tengah kegelapan yang mencekam.

I'M ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang