-
-
-
-Dihari berikutnya dengan tekad yang membara, mereka bergegas menuju markas Thunder Wolfe's. Tempat yang biasanya menjadi pusat pertemuan mereka kini terasa lebih suram dan dingin. Ketika mereka tiba, suasana di sana begitu hening, seolah-olah tempat itu sendiri merasakan kesedihan dan kemarahan yang mereka bawa.
Adel langsung menuju ruang kontrol, tempat di mana semua rekaman CCTV biasanya disimpan. Tangannya bergetar saat ia mulai menyalakan layar, berharap menemukan petunjuk yang bisa menjawab semua pertanyaan mereka. Shani, Olla, Oniel, dan Lulu berdiri di belakangnya, sama-sama tegang menunggu apa yang akan mereka lihat.
Namun, ketika layar menyala, yang mereka lihat hanyalah kegelapan. Tidak ada rekaman, tidak ada gambar, hanya layar hitam yang mengejek mereka dengan keheningannya. Adel mencoba mengutak-atik kontrol, mengulang prosesnya beberapa kali, namun hasilnya tetap sama.
"Apaan ini?!" teriaknya, membanting tangannya ke meja dengan penuh frustrasi. "Gimana bisa CCTV-nya mati?! Ini gak mungkin! Apa kita bener-bener sial, atau ada yang sengaja ngebuat ini?!" Suaranya penuh amarah, seolah ia ingin menghancurkan semua yang ada di hadapannya.
Olla yang memang memiliki kesabaran setipis tisu dibagi dua, ikut terpancing emosinya. "Gila ya! CCTV ini gak pernah mati! Kenapa pas kejadian itu malah gak ada satu pun yang ke-record? Apa ada yang ngerusak?!"
Oniel, yang jarang bicara kasar, kali ini tak bisa menahan emosinya. "Anjing, ini gak masuk akal! Kita udah pasang sistem ini buat jaga-jaga, dan sekarang malah gak ada apa-apa?! Gue gak percaya ini cuma kebetulan!"
Shani mencoba untuk tenang, meskipun amarah dan rasa frustasi jelas terlihat di wajahnya. "Kita harus cari tahu siapa yang punya akses ke sini. Gak mungkin tiba-tiba aja rusak. Ada yang main di belakang ini."
Adel masih duduk di depan layar, kepalanya tertunduk dalam-dalam. "Dedel gak tau lagi mau ngapain, Ci. Ini semua berantakan. Kalau aja CCTV-nya berfungsi, kita mungkin bisa tahu siapa yang bunuh Mira. Sekarang..."
Lulu menggelengkan kepalanya, kesal sekaligus sedih. "Ini kayak semua bener-bener diatur biar kita gak nemu apapun. Mereka pinter, gue kasih itu. Tapi gue gak akan berhenti sampai dapetin jawabannya."
Adel akhirnya berdiri, pandangannya tajam dan penuh tekad. "Kita gak bisa cuma duduk di sini dan marah-marah. Kita harus keluar dan cari informasi dari orang-orang sekitar. Kalau ada yang tahu sesuatu, kita harus tahu."
Dengan cepat mereka keluar dari markas mereka, melewati jalan-jalan sempit di sekitar markas mereka. Mereka mulai menganyai setiap orang yang mereka temui di jalan, berharap ada yang melihat atau mendengar sesuatu yang mencurigakan pada malam Mira tewas. Namun, semakin banyak mereka bertanya, semakin besar rasa kecewa yang mereka rasakan. Tidak ada satupun yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua orang sepertinya tidak melihat atau mendengar apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ADELIA
Fanfiction"Ciciii, mau kiss duluu," "Ini Ci, pake helmnya dulu. Sini, dedel pakein," "Ci, cici kerumah sakit sekarang ya ci" "Adel, Ci.. " Awalnya emang gajelas, tapi coba deh baca sampe selesai. Gabisa deskripsiin langsung baca aja. Disclaimer ini cuman ceri...