-
-
-
-Pintu terbuka perlahan, menampilkan pemandangan yang cukup mengharukan. Adel, seorang gadis remaja, terbaring lemas di atas brankar rumah sakit dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya. Monitor menunjukkan detak jantung yang berirama lambat namun stabil. Shani dan Momy Gracia masuk ke dalam ruangan dengan langkah hati-hati. Mereka duduk di samping brankar Adel, Shani menggenggam tangan adiknya yang terkulai lemah.
Shani memandang adik kecilnya dengan air mata yang menggenang. Dengan tangan yang gemetar, dia mengusap lembut pucuk kepala Adel, berharap bisa memberikan sedikit kenyamanan. "Dede, maafin cici ya. Gara-gara cici, kamu jadi kaya gini," ucapnya dengan suara parau.
"Cici udah ya jangan nyalahin diri kamu terus," Ucap momy sambil mengusap lembut punggung anak sulungnya.
"Dedel, cepat sembuh ya sayang," tambah Momy dengan nada yang penuh harap. Ia meremas tangan kecil Adel dengan lembut, seakan memberikan semangat.
"Bangun dong, De. Jangan lama-lama bobonya," ucap Shani, mencoba tersenyum meskipun hatinya sangat gelisah. Tiba-tiba, jari-jari tangan Adel mulai bergerak. Shani merasakan pergerakan itu dan dengan cepat menoleh ke arah sang adik.
"Eunghhh... " terdengar suara lenguhan kecil dari bibir Adel yang perlahan mulai membuka matanya.
"Momy, Dedel bangun, Mom!" seru Shani dengan wajah penuh kegembiraan. Momy yang duduk di sampingnya langsung berdiri dan melihat ke arah Adel.
"Alhamdulillah, anak Momy sudah siuman," kata Momy dengan wajah berseri-seri.
"Awsss.. " rintih Adel sambil memegang kepalanya yang terasa nyeri.
"Sakit ya sayang? Momy panggil dokter dulu ya?" tanya Momy sambil memencet tombol darurat di sebelah ranjang Adel.
"Akhirnya Dedel cici bangun juga, sayang," ucap Shani dengan nada lega.
"Aku dimana?" ucap adel lirih merasa bingung pasalnya yang dia ingat terakhir kali, dia terjatuh dari motor.
"Dedel di rumah sakit sayang," ucap Shani lembut.
"Syukurlah, ternyata gue masih hidup. Gue kira bakal metong gara-gara kecelakaan itu," batin Adel.
"Cici minta maaf ya, sayang. Maaf karena tadi cici membentak kamu. Maaf karena cici menampar kamu," ucap Shani yang merasa sangat menyesal.
Adel yang mendengar permintaan maaf kakaknya, tetap diam. Matanya menatap kosong ke langit-langit ruangan. Melihat hal itu, Momy pun ikut angkat bicara. "Sayang, maafin cicinya ya. Kasihan tuh, cici kamu udah minta maaf loh," kata Momy dengan nada lembut. "Kasihan dari kamu pergi, cici kamu khawatir dia nyalahin dirinya sendiri terus, " jelas Momy, berharap Adel akan luluh.
Namun, Adel tetap saja diam. Shani, yang merasa semakin bersalah, menundukkan kepalanya. "Maafin cici de," ucapnya dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca. "Maafin cici, cici tahu cici salah. Kamu boleh marah sama cici, kamu boleh pukul cici. Ayo tampar balik cici!!,tapi tolong jangan diemin cici kaya gini," Shani mengangkat tangan adel dan mengarahkan ke pipinya sambil terisak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ADELIA
Fiksi Penggemar"Ciciii, mau kiss duluu," "Ini Ci, pake helmnya dulu. Sini, dedel pakein," "Ci, cici kerumah sakit sekarang ya ci" "Adel, Ci.. " Awalnya emang gajelas, tapi coba deh baca sampe selesai. Gabisa deskripsiin langsung baca aja. Disclaimer ini cuman ceri...