CHAPTER 32

1.4K 133 15
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

Sesampainya di rumah sakit, mereka langsung berlari membawa Adel dan Shani ke ruang gawat darurat begitupun juga Flora yang dibawa rasya untuk mendapatkan penanganan pada lukanya. Para dokter dan perawat bergegas menghampiri mereka, segera menempatkan Shani dan Adel di ranjang dorong terpisah.

"Keadaan mereka berdua kritis, kita butuh tindakan cepat!" salah satu dokter memberi instruksi dengan tegas.

Olla, Lulu, dan Oniel hanya bisa berdiri di ujung koridor, terengah-engah, menatap tubuh tak bergerak Adel dan Shani yang dilarikan ke dalam ruangan darurat. Wajah mereka dipenuhi rasa takut dan ketidakberdayaan.

"Gimana kalau mereka nggak selamat?" bisik Lulu lirih, tubuhnya gemetar. "Gimana kalau kita telat... gimana kalau..."

Olla langsung memeluk Lulu erat-erat. "Jangan ngomong gitu, Lu. Mereka kuat... Mereka pasti selamat. Kita nggak boleh mikir yang buruk," katanya, meski suaranya terdengar tak begitu yakin.

Oniel memukul dinding dengan keras. "Gue nggak nyangka kalo akhirnya gini. Gue harusnya ada di sana buat mereka... Gue yang gagal!"

Rasya mendekat, meletakkan tangannya di bahu Oniel. "Kita semua gagal... Tapi sekarang, kita harus kuat buat mereka. Lo tau sendiri, Adel nggak akan nyerah semudah itu. Kita harus percaya."

"Gimana keadaan Flora sya?" tanya Lulu.

"Flora, baik-baik aja cuma beberapa lebam, luka di kepala dan butuh cukup istirahat, dia ada diruang rawat," jelas Rasya.

"Gue kesini cuma mau ngasih tau kondisi Flora, dan jangan lupa hubungi orang tua Adel dan Ci Shani, mereka harus tau ini. Gue harus balik ke ruangan Flora, kasian dia sendirian, disana." jelas Rasya.

"Syukurlah kalo Flora baik-baik aja," Lulu menghela nafas.

Setelah beberapa saat yang terasa seperti seabad, Oniel memutuskan untuk melakukan satu hal lagi. Dengan tangan gemetar, dia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi nomor orang tua Adel dan Shani. Suara bergetar Oniel terdengar lirih saat telepon tersambung.

"Halo... ini Oniel... Tante... Om... maaf banget, tapi Adel sama Shani... mereka... mereka kecelakaan... Mereka sekarang ada di rumah sakit, kondisinya kritis..." Suara Oniel pecah, dan ia harus menahan isak tangis agar tidak terdengar terlalu panik di telepon. "Tolong... segera datang ke sini..."

Di ujung telepon, suara panik ibu Adel terdengar jelas. "Apa yang terjadi dengan anak-anak kami, Oniel? Apa... apa yang terjadi?! Kami sedang di Paris, kami akan segera pulang!"

Beberapa jam kemudian, waktu sudah menunjukan pukul 2 dini hari. Oniel dan yang lainnya duduk di ruang tunggu rumah sakit dengan wajah tegang dan tak tenang sementara Rasya menemani Flora di ruang inapnya. Setiap detik terasa seperti penyiksaan, menunggu kabar dari dokter yang menangani Adel dan Shani. Rasa bersalah dan kecemasan menyelimuti mereka.

I'M ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang