CHAPTER 28

1K 112 2
                                    

----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-
-

Budayakan vote sebelum baca!!

Shani menutup telepon dan menatap teman-temannya. "Ada seseorang yang tahu sesuatu. Kita harus pergi sekarang," katanya dengan tegas.

"Gimana sama rencana kita ke gedung itu?" tanya Lulu.

Adel yang berdiri di pojok ruangan dengan tangan terlipat, mengerutkan alis. "Jadi sekarang ada dua hal yang harus kita urus? Kita ke gudang, dan sekarang juga harus bertemu orang misterius ini?" Nada suaranya semakin tajam, menunjukkan kecemasannya yang perlahan berubah menjadi frustasi.

Lulu menggeser kursinya sedikit mendekat ke arah Olla. "Terus kita gimana sekarang,siapa yang bakal kesana? Kalau kita ke dua tempat yang berbeda, risikonya makin besar."

"Kita bagi tim aja," usul Flora.

"Karena nomor cici yang dihubungin, biar cici aja yang kesana," ujar Shani.

Olla yang tadinya duduk diam, akhirnya angkat bicara, mencoba mengendalikan situasi. "Oke, kita nggak boleh panik. Flora bener kita bisa bagi tim. Gue pikir... Ci Shani dan Rasya bisa ketemu orang itu, sementara sisanya tetap ke gudang. Itu akan mengurangi risiko dan kita bisa urus dua hal sekaligus."

Shani mengangguk setuju, tapi Adel langsung memotong dengan nada keras. "Nggak bisa. Ci Shani nggak boleh pergi sendiri. Kalau ternyata orang itu cuma jebakan, gimana? Ini terlalu berbahaya. Gue nggak akan biarin dia pergi tanpa back up."

Ruangan mendadak hening. Suara Adel yang meninggi membuat semua orang merasa beban semakin berat. Shani, yang biasanya tenang, hanya bisa memandang adiknya dengan penuh pengertian.

"Cici tahu, De, ini bahaya. Tapi kita juga ngga bisa mendapatkan informasi ini. Kalau benar ada orang yang mau membantu, kita harus mengambil risiko itu." Shani berbicara dengan tenang.

"Gue yang bakal ikut sama ci Shani. Gue bisa jagain dia. Kita pergi berdua, sementara kalian fokus ke gudang. Nggak perlu semua orang ke satu tempat. Kita lebih efisien kalau gini." usul Flora.

"Iya de, biar cici sama Flora aja."

Adel menggelengkan kepalanya dengan keras-keras. "Nggak, Flo. Gue nggak yakin kita bisa ngandalin orang luar di situasi kayak gini. Lagian lo sama ci Shani nggak bisa jalan tanpa tim yang lebih besar. Gue harus ikut."

Olla menginterupsi sebelum pertengkaran semakin memanas. "Adel, tenang. Flora bisa nanganin ini. Dia pinter dan punya insting bagus. Kalau ada masalah, mereka bisa mundur dan kita bisa kumpul kembali. Lagipula, kalau lo ikut ke sana, siapa yang akan pimpin tim di gudang?"

I'M ADELIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang