"Ciciii, mau kiss duluu,"
"Ini Ci, pake helmnya dulu. Sini, dedel pakein,"
"Ci, cici kerumah sakit sekarang ya ci"
"Adel, Ci.. "
Awalnya emang gajelas, tapi coba deh baca sampe selesai. Gabisa deskripsiin langsung baca aja.
Disclaimer ini cuman ceri...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- - - -
Di alam bawah sadarnya, Adel berjalan di sebuah taman yang sangat indah. Udara sejuk menyapu wajahnya, angin lembut menerbangkan aroma bunga yang memenuhi udara. Di sekelilingnya, pepohonan hijau dan bunga-bunga beraneka warna mekar, seolah menari dalam harmoni dengan alam. Di kejauhan, terdengar suara gemericik air dari sebuah sungai kecil yang mengalir tenang.
Adel merasa damai, tetapi ada sesuatu yang terasa tidak nyata. Dia melangkah pelan, mencoba memahami di mana dia berada. Tiba-tiba, sebuah suara yang sangat dikenal memanggil namanya.
"Dedel..."
Adel langsung menoleh cepat, dan di sana, berdiri sosok yang sangat ia sayangi. Wajahnya tenang, lembut, dan penuh senyum. "Cici...?" bisik Adel. "Ini apa, Ci?"
Shani tersenyum lebar dan mendekat ke Adel. "Ini tempat yang tenang, Dedel. Hanya kita di sini sekarang," jawab Shani.
Adel menggeleng pelan, bingung. "Kenapa Dedel di sini, Ci? Kenapa kita ada di tempat ini?"
Shani mendekatinya, letakkan tangan di pundak Adel dengan lembut. "Dedel, cici minta kamu kuat. Orang tua kita butuh kamu. Mereka menunggu kamu."
Adel menatap Shani, air mata mulai menggenang di matanya. "Tapi...kenapa rasanya Dedel kehilangan sesuatu? Ada yang salah, Dedel bisa ngerasain."
Shani tetap tersenyum, meski ada sedikit kesedihan di matanya. "Nggak apa-apa. Kamu cuma perlu pulang, Dedel. Cici selalu ada di samping kamu. Jangan khawatir soal cici."
"Tapi, ci... Dedel nggak mau ninggalin, cici," pinta Adel, suaranya penuh rasa takut akan kehilangan.
"Dedel nggak mau pulang kalau cici nggak ikut. Dedel nggak bisa ninggalin cici sendirian di sini," lanjutnya. Suaranya bergetar, dan dia berusaha menggenggam tangan Shani lebih erat.
Shani menggenggam tangan Adel erat, menenangkannya. "Cici akan selalu ada, di hati kamu. Tapi sekarang, kamu harus bangun. Pulang, Dedel. Kasihan Momy, Papi, dan teman-teman kamu. Mereka semua menunggu kamu."
Perlahan, cahaya putih terang mulai mengelilingi taman itu, semakin terang seiring dengan kata-kata Shani. "Pulanglah," bisik Shani lagi, suaranya semakin jauh. "Cici akan selalu bersamamu, jangan khawatir..."
Adel mencoba menggenggam tangan Shani lebih erat, tapi cahayanya semakin kuat, menariknya menjauh.Adel merasakan dirinya terombang-ambing dalam cahaya yang sangat terang. Suara Shani semakin menjauh, dan saat tangannya mulai terlepas dari genggaman, dia merasakan kepanikan yang menggebu. "Cici!" teriaknya, tetapi suaranya teredam oleh cahaya. Adel merasa seolah-olah dia ditarik kembali ke dunia yang tidak dia inginkan.