WANITAKU PART 20

170 7 1
                                    

SEMOGA BAHAGIA ☺️

.
.
.

Karena takut papinya akan marah, Kitty tidak menceritakan sikap Shani kepadanya. Dengan hati-hati dia justru mempertanyakan apa yang terjadi, hingga dua keluarga yang dulunya sedekat nadi, kini jadi asing. Tapi pucho tetaplah pucho.

Papi pucho : Hmmm (Mode berpikir keras)

Kitty : Mikir serius banget nih kayaknya

Papi pucho : (Masih diam berpikir)

Kitty : Iiih!! Jangan bikin angel takut papi!! (Memukul lengan papinya)

Papi pucho : Mungkin karena papi kamu bule banget jadi dikira orang asing, hahahahaha

Kitty : Ih! apasih! Bapak-bapak garing!

Papi pucho : Ooo bapak-bapak garing ya hm? (Menggelitik anaknya)

Kitty : Ahahaha geli papi geli, ahahahaha

Pucho lebih memilih berusaha membuat putrinya tertawa, agar moodnya bagus untuk tampil esok hari. Dia sendiri sangat antusias menghadiri rapat pembangunan sekolah putrinya itu, sembari menikmati pentas seni siswa-siswi yang terpilih.

Aldo : Sini nyett (Memberi kursi kepada zean di baris paling belakang)

Zean : Acara ngga penting apa lagi ini?

Frez : Lu amnesia aja masih tengil ye, heran gw

Zean : (Berdiri, beranjak pergi)

Aldo : Eh woi! Mau kemana anying?!

MC acara : Selanjutnya tarian Rama Shinta yang akan dibawakan oleh tim sanggar tari SMA Natio. Beri tepuk tangan meriah!

Audience : (Memberi tepuk tangan)

Kitty naik ke panggung mengenakan selendang warna hijau dan mulai menari bersama kaesara. Zean menghentikan langkahnya, berdiri di dekat pintu keluar aula. Kitty menyadari kehadiran zean.

Kitty : Zee.. (Berkata dalam hati sambil meneteskan air mata)

Papi pucho : (Menengok ke belakang dan melihat ada zean disana)

Aldo : Kedip woii!! Duduk sini anying!! (Menarik zean ke kursi)

Zean : Yang pake selendang hijau itu siapa ?

Aldo, Frez : (Terdiam, saling liat-liatan)

Pucho melihat sorot mata putrinya sama persis seperti sorot mata istrinya setiap menyambutnya pulang setelah bertugas sekian lama. Kini dia menyadari, betapa putrinya merindukan putra Shani itu. Setelah selesai acara..

Kitty : (Brak!! Jatuh dari belakang panggung) Aaa!!

Papi pucho : Awas sayang!!

Kaesara : Kitty awas!!

Zean : (Menangkap tubuh Kitty)

Kitty : (Menatap mata zean beberapa saat)

Zean : (Melepaskan tubuh Kitty karena kesakitan) Arrghhhhhhhh!!!!

Kitty : Zee..kenapa? (Ikut memegangi kepala zean)

Zean : Mata kamu?

Kitty : Kenapa Zee? (Panik)

Zean : Aaaarrrggggggggghhh!!!!!! Sakittttttt!!!

Wajah zean memerah, uratnya keluar semua. Dia benar-benar kesakitan. Kali ini hingga pingsan. Kitty membaringkan lelaki itu di pangkuannya dan memeluk kepalanya sepanjang perjalanan ke RS.

Papi pucho : Amnesia?

Chika : Iya Pi, tapi dia belum pernah sampe pingsan.

Kitty : (Menangis melihat zean dari jendela ruangan) ini salah angel, harusnya angel..

Bunda Shani : Iya! Ini memang salah kalian semua! (Tiba-tiba datang)

Chika : Bunda..

Bunda Shani : Jangan panggil saya bunda! Kalian selalu membawa petaka untuk keluarga saya!

Papi pucho : Pemikiran kamu terlalu dangkal Shani! Apa salah anak-anak ini?!

Bunda Shani : Jangan pernah sebut nama saya! Bawa anak-anak anda! Jauhi anak saya! (Menunjuk muka pucho)

Dokter : (Cklek! Membuka pintu) siapa diantara kalian yang disebut wanitaku oleh pasien?

Chika, Marsha : Saya pacarnya!

Aldo : (Melirik Kitty yang tertunduk) Mereka bertiga dok, izinin mereka masuk satu persatu

Adzana : Sayang kamu?

Aldo : Zean pingsan setelah liat Kitty sayang (Bisiknya)

Adzana : (Mengangguk)

Shani yang muak melihat pucho dan anak-anaknya pun memilih melipir ke mobil dan meminta Aldo menghubunginya jika sudah selesai.

Ayah cio : Mas bisa bantu balas dendam kalo kamu mau sayang (Bisiknya dari bangku belakang mobil shani)

Bunda Shani : (Menoleh kaget) kamu?! Ngapain kemu disini?!

Ayah cio : Hahahaha, halo istriku tercinta (memegang erat tangan Shani)

Bunda Shani : Lepas! Udah gila kamu!

Papi pucho : (Brak! Memecah kaca mobil Shani)

Ayah cio : Brengsek! Jangan ikut campur!

Papi pucho : (Bugh! Bugh! Bugh! Memukul cio habis-habisan dan menyeretnya menjauhi Shani)

Shani menyaksikan perkelahian itu. Pucho dengan mudah mengantongi cio dan menyuruh anak buahnya membawanya.

Bunda Shani : Jangan berharap itu bisa menghapus rasa sakit saya ke anda

Papi pucho : Saya hanya menepati janji kepada istri tercinta. Istri saya menyayangi anda lebih dari dirinya sendiri.

Bunda Shani : (Terduduk menangis dijalan) anda pembunuh! Anda menghancurkan segalanya!

Papi pucho : Anggap saja begitu. Yakini yang anda anggap benar (Meninggalkan Shani sambil memberi isyarat pada anak buahnya untuk menjaganya)

Anak buah : Siap komandan!

.
.
.

🌀BANTU FOLLOW, LIKE, COMMENT, AND SHARE YUUU🌀

WANITAKUWhere stories live. Discover now