WANITAKU PART 41

130 9 0
                                    

SEMOGA BAHAGIA ☺️

.
.
.

Wajah cantiknya seketika pucat menyaksikan lelaki itu terbunuh dihadapannya. Berbagai ungkapan denial berusaha dia kukuhkan dalam kepala untuk menepis apa yang dia lihat. Tapi lelaki itu benar-benar terbaring kaku di depan matanya. Isak tangis dan teriakan memenuhi seisi ruangan. Dengan tenaga yang tidak seberapa dia berusaha menepuk-nepuk tubuh zean yang kini berada didalam pangkuannya, namun tetap tak ada pergerakan. Tiba-tiba hawa dingin menerobos masuk mengurai rambut panjangnya. Sesuatu yang tak tampak terasa menangkup di pipi, Kitty meloncat kaget.

Papi Pucho : ANGEL!! (Teriaknya sembari mengguncang pipi Kitty)

Kitty : (Terduduk kaget, mengatur nafas sembari melihat ke sekitar)

Papi Pucho : Angel kenapa? mimpi buruk? (Paniknya sembari meraba pipi dan kening Kitty)

Kitty : Papi? Z-zee..?

Papi Pucho : Barusan pamit buat nganterin surat izin Angel ke sekolah. Kenapa sayang?

Kitty : (Meluruhkan bahu lalu menangis sejadi-jadinya sembari memeluk lutut)

MIMPI. Semua kejadian mengerikan itu hanyalah mimpi. Tak bisa diutarakan lagi betapa leganya Kitty saat ini. Dalam tangis yang belum usai, ditatapnya sekilas nakas disamping tempat tidur. Tampak bucket mawar putih dengan wrap mocca transparan berpita kuning dan sebuah boneka beruang putih raksasa turut menyambutnya bangun dari tidur panjang. Pucho mendekatkan boneka itu. Dan seolah mengerti isi hati putrinya, detik itu juga dia bertolak menuju SMA Natio untuk menemui zean. Tapi diluar dugaan, disana dia justru menyaksikan pertengkaran

Adzana : Aldo, Frez!! Jangan diem aja dong!! Panggil Abang!! (Teriaknya berusaha memisah)

Jonand : UDAH STOP!! Apa-apaan kalian ini?! (Bentaknya berdiri tegak diantara keduanya)

Katrina : Lo tanya tuh tunangan Lo! Dateng-dateng kesetanan jambak rambut orang!

Pio : Tunangan? (Ceteluknya kaget)

Marsha : Sengaja lo halangin gw balikan sama zean biar lo bisa deketin dia kan?! Enak gitu berangkat sekolah diboncengin zean?! Hah?! Sodara Dajjal!! (Dampartnya mendorong Katrina)

Katrina : Eh jaga mulut Lo ya!! (Dampartnya balik berusaha menyerang)

Percekcokan kembali berlanjut. Perang antar wanita dengan latar tempat yang sama, halaman sekolah. Seluruh adegan itu mengingatkan Pucho pada masa-masa percintaannya dulu. Senyum tipis dan kekehan kecil semakin tampak jelas ketika nama zean disebut-disebut. Ya, sekarang masanya Romeo, bukan Raymond. Begitu pikirnya. Waktu nostalgia terhenti ketika sudut matanya menangkap tatapan dingin dan penuh kebencian dari orang yang tak asing lagi baginya. Itu adalah putri sulungnya. Tamara.

Gito : Wanita itu tinggi putih, seumuran bunda-nya zean. Wajahnya juga mirip zean om. Dia sering nyamperin Chika akhir-akhir ini (Paparnya)

Papi Pucho : (Mengerutkan dahi) Kamu tau isi pembicaraan mereka?

Chika : Pastinya papi yang paling paham kami bicara soal apa (Potongnya, datang tiba-tiba)

Papi Pucho : (Menoleh) Sayang?

Chika : Tamara bisa ceritain ulang semuanya kalo papi lupa. Tentang wanita yang berani lakuin apapun demi cinta masa lalunya. Jalan hidup Tamara mirip dia kan Pi? Takdir kita sama..

Papi Pucho : (Menghembuskan nafas panjang, lalu menangkupkan tangan ke kedua pipi chika) Engga. Jalan hidup anak papi bukan duplikat dari masa lalu orang lain. Entah karena cinta atau apapun, ngga ada ceritanya putri Pucho-Aya jadi karakter antagonis. Putri papi beda. Tamara kebanggaan Mami Papi. Tamara gadis baik.

Chika : (Menepis tangan Pucho) Papi salah. Ini Tamara, bukan mami Aya atau Angel. Tamara ngga sebaik mereka (Finalnya, beranjak pergi)

Bisa dibayangkan bagaimana luluh lantahnya perasaan Pucho mendengarnya. Tragedi yang dulu dirasakan oleh mantan kekasihnya, kini dialami oleh putrinya sendiri. Entah disebut karma atau apa, Pucho tidak akan pernah membiarkan siklus kelam itu terjadi lagi. Ditariknya kembali Chika ke dalam pelukannya untuk dibawa pulang, tapi putrinya menolak. Dalam kondisi seperti ini, hanya orang yang dicintai putrinya yg mampu mengetuk pintu hatinya. Putra Shani, dimana lelaki itu?

Bunda Shani : Bunda ngga suka kamu ngorbanin diri demi putri-putri Pucho

Zean : Penjahatnya udah ngakuin kesalahan didepan mata bunda. Kenapa bunda masih nyalahin orang lain?

Bunda Shani : Darimana kamu tau semua itu?

Zean : (Tersenyum tipis) Bunda pikir siapa anak bunda ini?

Bunda Shani : (Menghembuskan nafas panjang) Bunda tau anak bunda yang paling cerdas. Bunda juga ngga ada niat balikan sama dia. Bunda cuma berusaha maafin, karena dia bilang dia bakal lindungin kamu

Zean : Om pucho juga lindungin zee sejak bayi, bunda. Tapi tetep gaada kata maaf dari bunda buat dia

Bunda Shani : Karena masih ada kemungkinan dia pelaku utamanya. Ayah kamu cuma disuruh sayang...

Zean : MANTAN AYAH! Bunda.. (Tegasnya)

Bunda Shani : (Terdiam, menatap putranya)

Zean : (Memegang kedua tangan Shani) Maaf Zee kelepasan.. Zee cuma gamau bunda dibohongin kedua kali. Kalo emang dia udah nyesel kenapa dia ngga cerita siapa yg nyuruh? Dan kenapa dia ngga cerita sekalian ke bunda soal siapa Katrina?

Bunda Shani : (Terdiam sejenak) Katrina yang mana maksud kamu?

Nama itu, setelah sekian tahun zean bersekolah, Shani sama sekali tidak pernah tau putranya memiliki teman yang bernama Katrina. Wajahnya semakin kaget ketika Zean menjelaskan bahwa dia adalah putrinya indah. Padahal seingat Shani, indah hanya memiliki seorang putri bernama Marsha. Lantas siapa Katrina? Dan masa lalu apa yang perlu Shani tau darinya?

Katrina : Tampar Pi! Tampar! Hiks.. emang itu aja kan yang belum terjadi? (Bentaknya terisak)

Mami indah : (Menangkupkan tangan di pipi Kedua putrinya) Mami sampe dipanggil guru BP karena kalian berantem hari ini. Dan sekarang? Pertanyaan macam apa lagi ini sayang? Kalian berdua anak mami papi.. (Jelasnya pelan)

Katrina : Usia kakak sama aku cuma beda 2 bulan mi, ngga mungkin secepet itu mami ngelahirin lagi

Marsha : Marsha juga ngga ngerasa ada ikatan apapun sama dia. Kita beda jauh (tambahnya)

Papi Oniel : (Memijit pangkal hidungnya) Indah, suruh anak-anak ini masuk kamar. Aku pusing (Keluhnya, beranjak pergi)

Katrina : Cindy Maharani (Celetuknya). Siapa dia Mi? (Tanyanya ke indah, tapi menatap ke Oniel)

Oniel berhenti sejenak, tapi tidak menjawab apapun. Dia melanjutkan langkah menuju kamar. Setelahnya, keheningan menjarah seisi rumah. Isak tangis penghuninya awet bertahan hingga petang. Malam hari, waktunya para wanita meluapkan seluruh OVT-nya di atas kasur dengan leluasa, termasuk putri Pucho. Samar-samar terdengar riuh oblolan lelaki di ruang tengah. Suara berat salah satunya seolah menjelma mode panggilan tersendiri. Saraf-saraf telinga merespon, memicu gerak refleks tangan mencari ganggang pintu.

(Cklek! Kitty membuka pintu kamar dan membuat sedikit celah untuk melihat ke luar)

Zean : (Menyeruput kopi sembari menengok kearah kamar Kitty dan tersenyum, lalu beranjak dari tempat duduk)

Papi Pucho : (Menahan lengan zean)

Zean : Ngga bakal ngapa-ngapain kok om. Zee cuma pengen ketemu putri om (Jelasnya)

Papi Pucho : (Tersenyum) Om percaya. Tapi masalahnya, putri om ada dua (Ucapnya sendu)

(Zean terdiam sejenak lalu melihat ke arah pintu kamar lain yg tampak sedikit bergerak menutup)

Zean : Chika.. (Ucapnya dalam hati)

.
.
.

🌀BANTU FOLLOW, LIKE, COMMENT, AND SHARE YUUU🌀

WANITAKUWhere stories live. Discover now