WANITAKU PART 28

206 12 1
                                    

SEMOGA BAHAGIA ☺️

.
.
.

Kitty tidak gegabah menyimpulkan, sekalipun dia bisa tau siapa yang membawanya pulang, hanya dengan melihat bunga itu. Mungkin perkiraannya salah, begitu pikirnya. Tapi ternyata teman-teman sekolahnya pun turut membenarkan.

Muthe : (Brak! Menggebrak meja Kitty) Ciee.. cie..

Kitty : (Terkaget hampir loncat) Apa si Muth..

Muthe : Gimana rasanya? (Tanyanya seraya menghentikan tangan Kitty yang sedang merajut)

Kitty : Rasanya apa?

Muthe : Rasanya tidur diboncengan pangeran tampan, sambil dikawal puluhan orang bermoge

Kitty : Hah? Maksudnya?

Olla : Gw sama muthe beli bakso dideket rumah lo kemarin, ngga sengaja liat lo diboncengin zean

Muthe : Iya kit, mana mesra banget lagi. Tangan kamu dilingkarin ke pingganggnya, trus sambil dipegangin gituuu..

Muthe, Olla : Aaaa.... to twiiiitttttt...

Kitty hanya diam tertunduk melanjutkan kegiatan merajutnya. Sejujurnya, dia sangat merindukan lelaki itu. Tapi, melihat kondisi saat ini, dia sendiri bingung harus senang atau sedih. Hubungan di tahap SMA ini begitu rumit untuk dijelaskan. Itu juga yang dirasakan oleh Chika.

Chika : Untuk sekarang, gw mau fokus USBN dulu. Gw juga butuh waktu buat selesaiin perasaan gw ke dia.

Gito : Gw siap nunggu, berapa lama pun

Chika : (Terdiam menatap Gito) Banyak yang lebih feminin diluar sana, kenapa lo pilih gw?

Gito : Kulkas rusak kayak gw ini, siapa lagi yang bisa cairin kalo bukan lo? (Ucapnya terkekeh)

Chika : Meskipun gw agak gila gini?

Gito : Kalo lo gila beneran, ngga mungkin seorang zean pernah secinta itu ke lo kan?

Chika : (Terdiam menatap Gito)

Gito : Nikah sama gw Chik. Kita bikin anak, rumah tangga yang simple. Cuma lo sama gw...

Chika : (Terdiam)

Satu janji pernikahan lagi yang Chika dengar. Kali ini versi yang lebih singkat dari yang pertama. Tapi untuk orang sedingin Gito, bisa mengungkapkan hal semacam itu sudah termasuk keajaiban. Chika memaklumi. Dia sendiri masih berusaha menjauhi zean. Saat ini pun dia tidak tau dimana lelaki itu. Jangankan Chika, teman-temannya juga kehilangan jejak.

Adzana : Moga-moga aja Bali yang terbanyak votenya

Pio : Iya, udah pengen banget, study tour nanti foto-foto sama bule di bali

Adzana : Main jetsky juga kitaaaaa

Pio, Adzana : Aaaaaaaa (Teriaknya sambil tos)

Aldo : Kek punya duit aja

Frez : Tau tuh betina, hura-hura mulu pikirannya

Pio : Ya kan ada kalian donatur kita, iya kan sha?

Marsha : (Terdiam, melihat ke arah parkiran)

Adzana : Nyariin abang ya sha? (Tanyanya penuh iba)

Jonand memperhatikan Marsha dari jauh. Dia melamun dan tidak menyentuh makanan apapun. Jonand tau penyebabnya. Lelaki itu mengirim pesan singkat, meminta Marsha untuk ke arah depan laboratorium. Mereka bicara empat mata.

Jonand : Bukannya kamu sendiri yang mau ajak dia ke kantor?

Marsha : Aku udah mutusin buat nerima apapun pekerjaan dia nanti

Jonand : (Terdiam sejenak) Itu bakal nyakitin diri kamu sendiri akhirnya.

Marsha : Maksud kakak?

Jonand : Kamu mungkin bisa nerima. Tapi papi kamu?

Marsha : (Terdiam)

Jonand : Besar kemungkinannya hubungan kamu putus ditengah jalan lagi. Kamu tersakiti lagi.

Marsha : Entahlah kak.. (ucapnya sendu)

Apa yang dikatakan jonand ada benarnya. Akan terjadi benturan besar, jika antara papinya dan zean tidak ada yang mau mengalah. Niat baik jonand untuk membantu justru membuat Marsha semakin murung. Adzana yang melihat itu tidak tinggal diam. Dia inisiatif meninggalkan kantin untuk mencari abangnya supaya menyelesaikan masalah dengan Marsha. Hampir putus asa dia mencarinya, sampai terdengar suara ribut-ribut dari arah lapangan basket, dan dia menengok.

Elo : Zean stop!! Gila lo!! Mati dia!!

Zean : (Bugh! Bugh! Bugh! Memukul wajah kaesara tanpa ampun) BALIKIN KALUNGNYA!!

Kaesara : Ini punya gw! orangnya sendiri yang ngasih! (Ucapnya lemas, terkapar di tengah lapangan)

Zean : Brengsek! (Berusaha maju memukul lagi)

Adzana : Abanggggg!!! (Berlari kearah zean)

Elo : Aduuh, makin ribet ni urusannya

Adzana : Kenapa ini? (Panik terengah-engah)

Zean : (Mendekati kaesara lalu mengambil paksa kalung itu dari lehernya dan pergi)

Tatapan mematikan itu, terakhir kali Adzana lihat ketika zean pulang setelah memotong tangan para berandal jalanan. Entah hal apa lagi yang membuat abangnya sampai semarah itu hari ini. Dia pergi tak tau kemana, tanpa berkata sepatah kata pun.

Zean : (Duduk diatas balkon sekolah yang menghadap jalan raya, menikmati Sepoi angin yang menerpa wajahnya yang penuh luka, sambil menggenggam erat kalung itu)

Kitty : Kenapa kamu ngelakuin ini.. (Lirihnya menahan air mata)

Zean : (Tersenyum tipis tanpa menoleh ke Kitty)
Aku cuma ambil punya aku (Ucapnya sambil mengangkat kalung yang digenggam)

Kitty : Dengan cara ngelukain diri sendiri?

Zean : Engga juga (Jawabnya singkat)

Kitty : (Menarik nafas panjang) Turun..

Zean : (Turun dari balkon, berjalan kearah Kitty. Menatap matanya sejenak, lalu memeluknya seraya berbisik) Aku pulang..

Kitty : (Terdiam, meneteskan air mata)

Tidak ada obrolan apapun lagi disana. Zean membenamkan wajahnya di leher wanita itu. Dia menghirup aroma tubuh kitty dalam-dalam dan menghabisi rasa rindunya. Adzana melihatnya. Untuk pertama kali, Abangnya itu terlihat sangat nyaman. Dia mulai mengingat perkataan Aldo.

-Flashback on-

Aldo : Effort dia ngga main-main sayang. Dilarang Bunda Shani pun, dia tetep usaha. Sebulan penuh tiap bunda sholat subuh, cewe itu dateng ke ruangan Abang kamu.

Adzana : Buat naruh bunga doang kan?

Aldo : Lebih dari itu. Aku sama Frez liat sendiri dari pintu, dia bisikin sesuatu ke telinga Abang kamu sambil nangis. Dia nemenin Abang kamu..

Adzana : (Terdiam berpikir)

Aldo : (Mengelus rambut Adzana) Aku ngga ngelarang kamu dukung siapapun.. Tapi inget, sewajarnya aja. Kita ngga harus paksain segala sesuatu.

-Flashback Off-

.
.
.

🌀BANTU FOLLOW, LIKE, COMMENT, AND SHARE YUUU🌀

WANITAKUWhere stories live. Discover now