BAB 1

81 13 0
                                        

Seorang gadis cantik blasteran Indonesia-Prancis itu terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia segera bangkit dari kasurnya yang nyaman untuk segera masuk ke kamar mandinya.

Setelah mandi beberapa menit gadis itu kini sedang memakai pakaian yang ia ambil dari dalam lemarinya.

Hannaya Callista Zein adalah seorang gadis yang cantik, pintar, dan periang, namun tidak ada yang tahu, selain sahabat satu-satunya yang ia punya di sini dan juga keluarganya jika dalam hati gadis itu sedang menyimpan sebuah luka.

Hanna bukan gadis yang menggunakan pakaian syar'i atau jilbab yang panjang. Ia menggunakan jenis hijab segitiga atau terkadang juga pashmina, serta pakaian yang biasanya di baluti dengan rok atau celana.

Sekarang ia duduk di depan cermin sambil menyisir rambutnya yang agak panjang. Kemudian memakai jilbab. Ia pun tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin.

"Bismillah, semangat." Ucap gadis itu penuh semangat dengan tersenyum manis.

Kalimat itu yang selalu ia katakan jika ingin memulai hari-harinya di pagi hari. Hampir setiap hari ia melakukan itu. Menurutnya jika mengatakan itu ia percaya akan ada hal baik yang akan ia dapatkan dan menemaninya di setiap langkahnya.

Setelah bersiap-siap gadis itu langsung turun ke bawah, karena kamarnya yang berada di lantai dua.

"Kak Oliv." Teriak gadis itu dengan ceria.

"Hanna, kamu ngapain sih teriak-teriak. Kebiasaan deh." Ucap kakaknya yang sedang membaca buku dengan coffe sebagai minumannya.

"Sorry kak." Cengir gadis yang disapa Hanna itu.

"Aku berangkat ya kak. Assalamualaikum." Ucap Hanna.

"Waalaikumsalam." Jawab kakaknya, meskipun berbeda, Oliv tetap menghargai salam dari adiknya.

Kini kakaknya yang bernama lengkap Neolivia Classica Abellar melanjutkan kembali membaca buku sambil minum coffe. Itu sudah menjadi kebiasaan Oliv di pagi hari.

Salah satu kebiasaan Hanna adalah jika ia ingin berangkat terlalu pagi dari biasanya maka ia akan memberitahukan ke kakaknya terlebih dahulu kalau besok ia akan berangkat pagi, dan Oliv tidak akan menyiapkan sarapan karena sudah tahu kebiasaan Hanna jika berangkat pagi maka ia ingin sarapan di Kafe dekat kampusnya.

Kini Hanna sudah berada dalam Cafe yang dekat dari kampusnya untuk sarapan terlebih dahulu sebelum masuk kampus untuk melakukan kegiatan wajib bagi seorang pelajar.

🗼

Hanna memutuskan ke Paris semenjak sudah terdaftar sebagai mahasiswa di salah satu universitas terkenal di Paris. Ia mengambil fakultas psikologi. Di sini ia tinggal bersama kakaknya yang sangat menyanyanginya, meskipun ada perbedaan antara mereka, tapi rasa sayang antar saudara tidak akan pernah berbeda dan terus saling menjaga apapun yang terjadi.

Pelajaran kelas pertama sudah selesai, dan kini Hanna pergi beristirahat di tempat biasanya ia memulihkan otaknya yang cukup penuh dengan pembelajaran di jam kelas pertama.

"Hallo, Han." Ucap seseorang yang tiba-tiba langsung duduk di sampingnya.

Sedangkan gadis yang sedang membaca buku tersebut hanya menoleh sekilas lalu kembali fokus membaca.

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang