BAB 5

26 7 0
                                    

Seperti biasa sepulang dari kuliah Hanna dan Eza pergi ke taman, di mana taman itu sudah menjadi tempat bagi mereka berdua bisa menghabiskan waktu sejenak di sana. Bukan hanya jika berdua saja, tapi jika Hanna hanya sendirian pun. Mengobrol atau hanya sekedar duduk-duduk saja. Dan jika Hanna sendiri, biasanya ia akan membaca novelnya.

Bunyi notifikasi dari handphone milik Hanna, menandakan ada pesan masuk.

Kafka
Hai, lagi ngapain?

Lagi duduk-duduk aja.

Kafka
Udah pulang kuliah?

Udah, ada apa?

Kafka
Gak apa-apa pengen chat aja.

Oh.

"Lagi chat sama siapa lo?" Tanya Eza.

Hanna menoleh sekilas. "Sama temen."

"Cowok or cewek?"

"Cowok."

Kafka
Gue ganggu gak?

Kaf sorry ya, aku lgi sama teman jadi gak enak kalau aku main hp.

Kafka
Gue yang seharusnya minta maaf karena ganggu lo ngobrol sama teman lo.

Gak apa-apa kok.

Setelah mengirim pesan terakhir itu, Hanna lalu memasukkan handphonenya kembali ke dalam tasnya. Sebenarnya Hanna boleh saja main handphone walaupun ada Eza, tapi gadis itu tidak mau kalau Eza meledeknya yang sedang chattan dengan cowok. Terlebih saat ini mereka memang lagi sedang mengobrol.

"Kenapa berhenti. Udah chat-annya?"

"Aku gak mau kalau kamu sampai dikacangin." Ucap Hanna tertawa pelan.

"Emang biasanya lo kacangin gue." Ucap Eza seolah-olah merajuk. "Emang aku gak cukup buat kamu, sampai-sampai udah aku di dekat kamu, kamunya malah chat sama cowok lain." Ucap Eza mulai drama.

"Karena aku udah bosan sama kamu, Eza."

"Ok fine." Setelah itu mereka pun tertawa terbahak-bahak.

Mereka berdua memang suka bercanda. Di antara mereka pun tidak ada yang melibatkan perasaan lebih atau baper. Karena mereka berdua hanya sebatas sahabat kecil sampai sekarang.

"Han sejak kapan lo chat-an lagi sama cowok?"

"Kemarin-kemarin."

"Emangnya dia siapa?"

"Namanya Kafka, dia cowok yang pernah aku bantu itu loh."

"Oh dia, tumben lo kasih nomor lo ke orang. Cowok lagi."

"Awalnya aku ragu ngasih ke dia, tapi di lain sisi aku percaya kok kalau dia itu cowok baik-baik. Soalnya aku kasian juga sama dia, karena di sini dia gak punya siapa-siapa."

"Emangnya cowok itu lagi ngapain ke Paris?"

Hanna lantas mengedikkan bahunya. "Entah, aku juga gak tau kalau soal itu."

🗼

Di lain tempat, tepatnya di balkon apartemen. Kafka menghela napas panjang, lalu ia memasukkan handphonenya ke dalam kantong celananya.

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang