BAB 7

19 6 0
                                    

"Dari mana lo?" Tanya Radit ketika melihat Kafka yang baru datang.

"Jalan-jalan."

"Di mana?" Tanya Radit penasaran.

"Di mana aja boleh."

"Kampret lo."

"Ke Cafe yuk." Ajak Radit.

"Yuk lah. Gue mau mandi dulu." Ucap Kafka sembari mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi.

"Yaelah gak usah kali Kaf."

"Gerah gue." Teriaknya dalam kamar mandi.

"Serah lo." Gumam Radit.

Setelah beberapa menit, Kafka pun sudah selesai mandi dan sudah selesai memakai baju.

Mereka berdua keluar dari apartemennya menuju ke lantai pertama. Setelah itu mereka berjalan kaki ke Cafe yang cukup dekat dari apartemennya.

Mereka didatangi pelayan terlebih dahulu untuk memesan makanan dan minuman. Setelah itu mereka tinggal menunggu pesanan mereka datang.

"Kaf."

"Hm?" Ucap Kafka dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Besok-besok terus lo bilang mau ngenalin gue ke dia." Ucap Radit yang sudah jengah menunggu Kafka yang ingin memperkenalkannya kepada Hanna.

"Besok deh, gue serius."

"Ok kalau gitu."

Kafka mengambil handphonenya lalu membuka aplikasi whatsApp. Setelah mengirim pesan pada Hanna, Kafka langsung menaruh handphonenya di atas meja. Tidak lama pesan itu sudah ada balasan.

Baru saja Kafka ingin mengetik, tiba-tiba Radit menegurnya.

"Dimakan dulu woi makanannya."

"Bentar." Ucap Kafka dan kembali mengetikkan pesan.


Setelah menekan tombol sent. Kafka manaruh handphonenya kemudian memakan makananya.


"Lo chat sama dia lagi?" Tanya Radit setelah mengunyah makanannya.

"Hm."

"Sekalian bilang kalau ada sahabat gue yang mau kenalan."

"Iya nanti gue bilangin."

Bunyi notifikasi dari handphone Kafka terdengar kembali, menandakan ada pesan masuk.

"Kaf habisin dulu makanan lo." Tegur Radit kembali.

"Iya iya."

Kafka segera melanjutkan makannya yang tertunda tadi, karena ia sedang membalas chat dari Hanna. Setelah makanannya habis Kafka kembali melanjutkan chatnya dengan Hanna.

Beberapa menit handphonenya berbunyi lagi.

Kafka geleng-geleng kepala melihat isi pesan terakhir yang Hanna kirim barusan.

Di depan Kafka seseorang yang dari tadi memainkan handphonenya sesekali memerhatikan sahabatnya yang lagi senyum-senyum saat chat. Ia menoleh dan melihat-lihat ke sekitar. Ia khawatir kalau pengunjung yang lainnya yang melihat kejadian itu mengira kalau sahabatnya itu agak grazy karena senyum-senyum sendiri sambil menatap layar handphone.

Tapi di dalam hatinya Radit ikut senang dan tersenyum karena melihat Kafka yang kembali seperti dulu saat chattan dengan cewek. Walaupun sekarang gadis itu dianggapnya hanya sebagai teman oleh Kafka, tapi tidak ada yang tahu bagaimana hubungan mereka ke depannya.

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang