BAB 18

14 3 0
                                    

Semenjak kejadian di mana Hanna menceritakan tentang keluarganya kepada Kafka. Kini hubungan mereka berdua semakin dekat, entah hubungan antar teman atau hubungan yang lebih dari teman yang membuatnya akan terikat untuk ke depannya.

"Btw kakak lo hebat ya udah punya usaha sendiri."

"Iya aku, Mami, dan Papi sangat bangga sama kak Oliv. Apalagi yang urus Restorannya sendiri adalah dia."

"Lo juga hebat kok." Ucap Kafka menoleh ke arah Hanna

"Udah deh Kaf. Dari kemarin kamu bilangin aku kayak gitu." Ucap Hanna merasa sedikit malu yang di puji seperti itu.

"Baru aja kemarin gue bilangin lo."

"Dan sekarang juga."

"Tuh baru dua kali."

"Yaudah terserah kamu Kaf. Yang ada nanti kita malah berdebat lagi cuma gara-gara masalah ini." Ucap Hanna yang tertawa, dan Kafka pun juga ikut tertawa.

"Iya ya, kalau diingat-ingat lucu juga ya waktu pertemuan pertama kita berdebat gitu."

Hanna tertawa. "Bener Kaf. Gak nyangka juga sih pertemuan pertama kita kayak gitu."

Tidak lama kini mereka berdua telah sampai di Restaurant Le Via. Yap sebelumnya Hanna sudah memberitahu Kafka yang ingin mengajaknya ke Restoran milik kakaknya sekalian memperkenalkan Kafka pada kak Oliv. Dan sebelum pergi mereka berdua memutuskan untuk bertemu di taman. Radit lagi ada urusan sebentar. Jadi nanti saja Radit sendiri akan menyusul mereka ke sana.

"Hai Han. Hai juga."

"Namanya Kafka."

"Oiya, kaliam mau pesan apa?" Tanya Gina lalu memberikan daftar menu.

"Baik, tunggu sebentar ya." Ucap Gina setelah menulis pesanan mereka lalu segera pergi.

"Di sini tuh banyakan pelayan yang dari Indonesia. Kak Oliv sengaja pilih itu."

"Oh gitu. Berarti kamu sudah kenal banget dong sama mereka-mereka?"

"Iya. Yang tadi itu pacarnya Eza loh."

"Oh, Manis ya orangnya, murah senyum lagi."

"Iya makannya jiwa playboy Eza dimusnahkan sama dia." Ucap Hanna terkekeh.

"Biasanya cowok yang kayak gitu bucin banget."

"Bener banget Kaf. Bucin."

"Dari pada kalian yang kelamaan."

"Eza? Sejak kapan kamu di sini?"

"Sejak lo datang juga. Pas lo udah masuk gue ada di belakang lo." Ucap Eza yang sudah duduk.

"Lo ngikutin kita?"

"Yakali gue ngikutin kalian. Gue kebetulan aja mau ke sini."

"Mau ngepelin Nabila ya?"

"Tuh lo tau sendiri."

"Terus kenapa lo baru gabung sama kita?" Tanya Kafka.

"Biasalah habis ngapel dulu. Gue juga gak mau sih jadi orang ketiga di antara lo."

"Baguslah kalau lo sadar."

"Kalian ada apa sih?" Tanya Hanna yang heran dengan arah pembicaraan mereka.

"Gak kok Han. Anak kici belum bisa ngerti." Ucap Eza.

"Ish dasar lo."

"Oiya btw teman lo yang satu mana Han."

"Adit lagi ada urusan bentar, katanya nanti dia nyusul."

"Gue kira Kafka gak ngajak sahabatnya. Hampir aja gue bilang teman laknat."

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang