Kafka sedang jalan-jalan di sekitar Jardin du Palais dengan penglihatan yang memperhatikan ke sekitar tempat. Tanpa sengaja kedua netranya tertuju pada seorang gadis yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia memperhatikan gadis tersebut dari arah samping. Ia merasa jika mengenal gadis yang tengah duduk di sana, di salah satu kursi taman Jardin du Palais.
Tidak banyak berpikir, Kafka pun langsung menghampiri gadis tersebut yang duduk seorang diri. Ia duduk di sebelah gadis itu.
"Kenapa? Kamu udah habis ketemuan sama dia."
Alis Kafka seketika mengerut saat mendengar ucapan Hanna. Maksudnya.
"Za kamu--" Hanna tidak melanjutkan kalimatnya, kerena saat ia menoleh yang ia lihat ternyata bukan Eza. "Kamu?!" Lanjut Hanna dengan mata melebar.
Kafka hanya tersenyum. "Iya ini gue, emang lo kira siapa?"
"Aku kira kamu Eza."
Eza? Pantesan. Ucap Kafka dalam hati.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Hanna sambil melepas earphonenya.
"Emang gak boleh kalau gue di sini?"
"Boleh, tapi kamu ngapain tiba-tiba langsung duduk di samping aku? Kan ada tuh kursi yang kosong."
"Mau aja." Jawab Kafka santai.
"Kamu ganggu aku tau." Dengus Hanna.
"Ganggu kenapa sih. Lo kan cuma lagi dengerin lagu terus pura-pura baca buku."
"Pura-pura baca buku kamu bilang? Gak ada kerjaan aja aku kayak gitu." Ucap Hanna yang kesal.
"Emang lo bisa konsen membaca sambil dengerin musik?"
"Bisa lah. Itu salah satu hal yang aku suka."
Sudah menjadi kebiasan bagi Hanna yang sedang membaca buku maupun novel sambil mendengarkan musik. Mungkin sebagian orang tidak bisa melakukan hal tersebut karena bisa saja mereka tidak konsen, tapi menurut Hanna itu hal yang membuatnya merasa nyaman dan dapat membuatnya hanyut dalam cerita yang ia baca.
"Sorry ya." Ucap Kafka tidak enak hati.
"Maksudnya?" Tanya Hanna sambil menoleh ke arah Kafka.
"Gue ganggu lo pas lagi baca buku."
"Oh, gak apa-apa kok." Ucap Hanna, ia tidak ingin berdebat lagi seperti awal pertemuannya dengan Kafka yang berdebat soal bahasa.
"Oh iya, lo sendirian doang di sini?"
"Di sini udah menjadi salah satu tempat favorit aku. Saat aku di sini taman ini bisa bikin aku nyaman." Ucap Hanna dengan senyuman.
Kafka hanya tersenyum sebagai balasan dari ucapan Hanna. Sesuai perkataannya tempo hari lalu jika ia bertemu kembali dengan gadis di sampingnya sekarang, maka ia akan langsung mempertanyakan siapa namanya.
Pertama-tama Kafka berdehem terlebih dahulu, kemudian mengulurkan tangannya di depan Hanna. "Kenalin, nama gue Ardiova Kafka Eliano, panggil aja Kafka. Nama lo siapa?"
Tanpa ragu gadis itu pun membalas uluran tangan Kafka. "Hannaya Callista Zein. Panggil aja Hanna." Ucapnya yang tersenyum.
"Hanna. Nama yang cantik." Puji Kafka.
"Thank you."
"Gue boleh gak berteman sama lo?"
"Kamu mau berteman sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Love in Paris
General FictionKafka ke Paris dengan suatu tujuan. Di sana, ia bertemu dan kenalan dengan gadis bernama Hanna. Seiring berjalannya waktu, Hanna membuat Kafka menimbulkan perasaan yang lebih dari teman. Saat Kafka masih bingung dengan perasaannya terhadap Hanna, ti...