BAB 14

15 4 0
                                    

Sepulang dari kampus Hanna merasa lelah. Biasanya Hanna kalau mendapatkan banyak tugas ia tidak merasakan selelah ini, dan ia hanya enjoy dengan itu. Ia merasa ini berbeda dari biasanya. Apa ini efek dari begadang kemarin, karena kemarin ia sedang menonton film favoritnya.

Hanna berjalan dengan muka yang lesuh ia ingin segera sampai di rumahnya untuk beristirahat.
Kini Hanna sudah sampai di rumahnya. Ia seketika berhenti di depan pintu karena mendengar suara kegaduhan yang sepertinya berasal dari dalam rumahnya. Suara yang terdengar seperti tidak asing bagi Hanna. Sontak ia yang penasaran dan langsung masuk ke dalam rumahnya.

Saat Hanna sudah masuk membuat orang yang berada di dalam rumah langsung keget saat melihat siapa yang datang, tapi justru Hanna yang lebih keget karena melihat dua orang yang sangat ia kenali dan dirindukan. Kedua orang tersebut yang saling berhadapan langsung menghentikan pertengkarannya. Hanna yang melihat itu membuat matanya langsung berkaca-kaca.

"Mi. Pi." Lirih Hanna sangat pelan.

Sedangkan di lain arah seseorang yang baru saja turun dari kamarnya.
"Hanna."

"Ini maksudnya apa?" Tanya Hanna dengan tenang.

"Sayang. Abaikan saja ini semua Hanna."

"Kak sejak kapan Mami sama Papi ada di sini?" Tanya Hanna menatap Oliv.

"Hanna kamu duduk dulu ya. Kakak will explain all this."

"Jawab sekarang aja kak."

"Hanna, Papi bisa jelasin semuanya, come here!"

"Nggak usah pi."

"Papi sama mami ke sini hanya untuk bertengkar lagi?" Tanya Hanna yang sudah muak.

"Sayang."

"Stop mi. I don't want to hear reason only that's all Mami."

"Mi . Pi aku capek dari kampus. Aku senang papi dan mami, datang, tapi kenapa justru ini yang aku dapatkan, hanya pertengkaran dari Mami sama Papi." Ucap Hanna yang sudah menangis.

"I'm sorry dear." Ucap Gaesha, mama Hanna.

"Hanna maafin Papi nak."

Baru saja Andrez dan Gaesha ingin menghampiri putri bungsunya itu untuk memeluknya dan memberikan ketenangan. Tetapi pergerakannya terhenti saat tiba-tiba mendengar Hanna yang menyaut.

"Stop Pi Mi. Do not near!"

"HANNA... HANNA YOU WANT TO WHERE?" Teriak Oliv saat melihat Hanna keluar lalu pergi.

Hanna tidak kuat, dadanya sesak. Di tambah tubuhnya yang benar-benar merasakan sangat lelah.  Ia tidak kuat berada di sini. Ia keluar dan langsung berlari  entah kemana. Ia mengabaikan teriakan dari kakaknya begitu pun Andrez dan Gaesha.

Hanna terus berlari mengikuti arah jalan seraya air mata yang tak henti-hentinya keluar. Suara kedua orang tuanya saat bertengkar selalu terdengar di kepalanya membuat ia menjadi pusing. Bukannya istirahat yang ia dapatkan justru kejadian buruk lagi yang ia dapatkan sepulang dari kuliah.

Kenapa di saat keadaan dirinya yang kini merasa lelah mendapatkan orang tuanya seperti itu, kenapa? Dan kenapa saat orang tuanya datang malah hal yang menyedihkan yang ia dapat, kenapa bukan kebahagiaan? Pertanyaan seperti itulah yang selalu muncul di pikiran Hanna.

Kini ia mulai berjalan pelan seperti tidak tahu arah. Ia tidak memperhatikan sekitar, tatapannya kosong menatap ke depan.

Sampai di saat Hanna berada di penyebrangan. Ia ingin menyebrang tapi seperti tidak tahu caranya. Ia pusing melihat mobil yang sedang berlalu lalang di jalanan itu. Dirinya seakan tidak peduli dengan keadaan dan langsung saja melangkahkan kakinya tapi...

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang