"Tujuan kamu ke sini kan udah selesai, Kaf. Atau masih ada hal yang lain?"
"Masalah gue dan Frisca belum selesai. Masih ada yang harus dibicarakan."
"Gue harap kamu bisa selesain masalah cinta kamu ya. kalau dipikir-pikir hubungan beda keyakinan itu emang rumit"
"Makanya cari yang seiman aja." Sahut Radit.
"Gue udah menemukan seseorang itu." Ucap Kafka menatap ke depan, tanpa Hanna ketahui ujung mata Kafka sempat melirik ke arahnya.
"Kamu selesain dulu hubungan lama kamu. Setelah itu baru kamu buka hubungan lagi sama seseorang yang menurut hati kamu udah tepat."
"Alasan gue masih tinggal di sini karena seseorang."
"Seseorang yang kamu suka?"
"Iya." Ucap Kafka tanpa ragu.
"Kita juga pengen liburan dulu lah Han. Soalnya gue baru pertama kali kan ke Paris. Jadi mau menikmati di sini dulu."
"Kalian mau jalan-jalan gak?" Tanya Hanna tiba-tiba.
"Lo mau ajak kita jalan-jalan?" Tanya Adit balik.
"Iya, kalau kalian mau."
"Pasti mau lah Han." Ucap Radit.
***
Di lain tempat di mana dua seorang lelaki sedang menonton televisi. Tepatnya hanya satu orang yang menonton, sedangkan yang satunya sedang sibuk dengan handphonenya sembari senyum-senyum sendiri.
"Nasib belum punya gebetan ya gini." Gumam Adit maratapi nasibnya yang belum juga mempunyai gebetan.
"Terima aja nasib lo Dit."
"Mendingan gue nonton." Ucapnya kemudian kembali menfokuskan penglihatannya ke arah televisi.
"Besok kita jalan-jalannya."
"Serius lo?"
"Iya lah, lo pikir gue boong."
"Bisa aja kali lo boongin gue lagi."
"Lo mau ikut atau nggak?"
"Mau benget lah. Masa gue gak ikut."
"Gak apa-apa jadi nyamuk."
"Emang lo udah pacaran?"
"Sialan lo. Tungguin aja kalau soal itu."
"Jangan lama-lama bro, nanti di ambil orang loh."
"Tunggu waktu yang tepat lah."
**
Hanna sempat mengajukan untuk pergi ke Menara Eiffel, tapi Adit mengatakan, ia lebih memilih ke sana jika satu hari sudah ingin kembali ke Indonesia. Dan menjadi tempat terakhir untuk jalan-jalan yang akan mereka kunjungi sebelum pulang ke negeri kelahirannya.
Saat ini Hanna akan mengajak Kafka dan Adit terelebih dahulu pergi ke Museum du Louvre. Sekitar jam 9 mereka bertiga sudah sampai di tempat tujuan. Dan kebetulan jam buka museum Louvre ini terbuka tepatnya jam 9. Dari luar museum Louvre seperti bergaya piramida dengan kaca ala Prancis. Tak lupa dirinya berfoto terlebih dahulu.
Setelah melakukan pembelian tiket masuk dengan antrian yang cukup panjang dan diberikan peta Museum Louvre barulah mereka mulai masuk ke dalam.
"Akhirnya bisa kabur juga dari long antriannya." Ucap Adit merasa lega, karena sudah mendapatkan tiket masuknya.
"Bener-bener parah tuh antrian. Untung gak sampai sejam kita antri."
"Kita kemana dulu nih?"
"Ke sini." Jawab Hanna sembari tangannya menunjuk ke arah peta.
Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah area peninggalan Yunani. Dimana patung-patung zaman dahulu berjejer di Museum Louvre. Setelah dari area Patung, kemudian mereka berjalan ke tempat karya lukisan yang berisi lukisan dari berbagai pelukis terkenal. Berbagai macam lukisan-lukisan yang terpajang di sepanjang koridor. Lukisan-lukisan tak hanya di dinding bahkan terdapat juga di atap kooridor museum."Busettt menarik banget nih semua lukisan." Ucap Adit sembari matanya menatap satu-persatu lukisan secara bergantian.
"Bener-bener megah nih museum." Ucap Kafka berdecak kagum.
"Mereka semua adalah pelukis yang sangat hebat." Ucap Hanna yang memuji pelukis dari lukisan-lukisan yang ia lihat.
Mereka terus berjalan hingga akhirnya mereka masuk ke dalam satu ruangan yang penuh dengan orang banyak. Meskipun banyak orang yang mengantri untuk berfoto, itupun tidak membuat mereka bertiga tidak berminat untuk ikut berfoto juga.
Di ruangan tersebut terdapat Lukisan Monalisa yang fenemonal. Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci ini di simpan dalam satu kaca dengan pembatas. Pengunjung hanya boleh sampai pembatas kecuali ada izin khusus. Dan lukisan tersebut sudah di jaga ketat.
"Gue gak nyangka banget bisa liat senyum mautnya Monalisa beneran di Museum Louvre. Soalnya senyum kecutnya Monalisa biasanya hanya bisa gue liat di TV atau buku doang." Ucap Adit sembari menatap lukisan Monalisa.
"Sama Dit. Senyumnya bukan main-main."
Setelah dari lukisan Monalisa mereka kini melanjutkan ke ruangan pamer. Tidak hanya koleksi Mesir bahkan koleksi peradaban islam juga ada. Mulai dari koleksi dari Shiraz hingga koleksi Alquran. Koleksi Islam memang tidak terlalu lengkap di Museum Louvre ini.
Lima jam Hanna, Kafka, dan Adit menelusuri museum Louvre. Dan itupun mereka tidak menulusuri semuanya, hanya sebagian karena waktu. Dan waktu lima jam itu tidak cukup bagi mereka untuk berkeliling di museum Louvre.
Setelah dari Museum Louvre kini mereka bertiga akan naik Metro untuk ke La Grande Mosque de Paris. Karena kebetulan waktu menunjukkan jam 1. Jadi mereka bertiga akan ke maajid untuk shalat. Tidak membutuhkan waktu lama akhirnya ia sampai di La Grande Mosque de Paris.
La Grande Mosquée de Paris adalah sebuah masjid yang terletak di arondisemen Ve. Masjid ini didirikan setelah Perang Dunia I sebagai tanda terima kasih Prancis kepada tirailleurs Muslim dari koloni yang turut berperang melawan pasukan Jerman.
🗼🗼
Vote & Komen
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Love in Paris
General FictionKafka ke Paris dengan suatu tujuan. Di sana, ia bertemu dan kenalan dengan gadis bernama Hanna. Seiring berjalannya waktu, Hanna membuat Kafka menimbulkan perasaan yang lebih dari teman. Saat Kafka masih bingung dengan perasaannya terhadap Hanna, ti...