BAB 9

24 6 0
                                    

"Hanna." Ucap Eza seraya duduk di samping Hanna.

"Apa?"

"Gue mau izin besok."

"Kamu mau kemana?" Tanya Hanna.

"Mau balik ke Indo, nenek gue sakit dan dia nyuruh gue pulang dulu. Jangan sedih ya gak ada gue, gue cuma sebentar doang kok."

"Ihhh kepedean banget kamu. Oh ya salam ya sama nenek kamu."

"Siap."

"Sebenarnya aku juga kangen sama keluarga di Indo tapi--." Ucap Hanna seraya menunduk di akhir kata.

"Lo mau balik juga gak?"

"Kayaknya gak bisa deh, kamu tau sendirikan?"

"Gue heran deh sama pemikiran papi lo. Udah gak pernah ngabarin lo, terus  dilarang pulang lagi. Padahalkan itu tanah kelahiran lo." Lanjut Eza.

"Entahlah." Ucap Hanna pasrah, ia tidak mau memikirkan itu lagi.

"Oh ya Han, kemarin gue putus sama dia."

"Eza Eza,  aku heran deh tipe cewek kamu tuh kayak apasih sebenarnya."

"Lo aja heran, apalagi gue Han." Ucap Eza yang tenang.

"Udah lama loh kita sahabatan dan yang belum aku tahu banget dari kamu, tipe cewek yang bisa bikin kamu menetap kayak gimana sih?"

"Kita juga udah lama sahabatan Han, tapi lo masih aja jomblo. Dan gue juga belum pernah tuh denger lo curhat tentang punya perasaan lagi ke cowok. "

"Ya aku belum menemukan seseorang yang hati aku inginkan."

"Tapi gue penasaran deh sama teman lo yang namanya Kafka itu."

"Emangnya Kafka kenapa?"

"Ya penasaran aja."

"Besok kamu berangkatnya kapan?"

"Pagi."

"Balik yuk."

"Ayok."

Mereka berdua berjalan keluar daari kampusnya dan segera pulang. Tadi mereka berbincang-bincang terlebih dahulu saat selesai pelajaran kelasnya.

🗼🗼🗼

"Bro...bro." Teriak Radit yang baru masuk ke kamar Kafka.

"Hm?"

"Kaf bangun gak lo udah sore nih."

Kafka menghiraukan ucapan Radit, ia malah menarik selimutnya seraya menutupi ke seluruh badannya.

"Woi Kaf, bangun lo sekarang."

"Dit lo apa-apaan sih." Kesel Kafka yang selimutnya di tarik-tarik.

"Ini berita penting Kaf."

"Sepenting apasih berita lo, palingan soal cewek bule itu."

"Ini tentang dia."

Kafka yang mendengar kata dia sontak membuka matanya dan menatap intens Radit yang berada di sampingnya.

"Maksud lo?"

"Gue udah ketemu sama dia Kaf."

"Ketemu secara langsung?" Tanya Kafka seraya duduk.

"Gak, gue cuma liat dia dari jauh doang."

"Lo yakin gak kalau emang dia yang lo temui, Dit?"

"Mata gue masih tajam Kaf, pori-pori paling kecil di muka lo aja gue lihat tuh."

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang