"Frisca."
Gadis itu sedang duduk sendirian dan tiba-tiba melihat sepasang sepatu berada di hadapannya. Ia sontak mendongak seketika raut mukanya berubah menjadi sendu dan detak jantungnya yang semakin berdetak.
"Ardio." Ucap gadis itu berdiri dan langsung memeluk Kafka.
"I miss you so much."
"I miss you too so much."
"Gimana kabar kalian?" Tanya Frisca setelah mengurai perlukannya.
"Alhamdulillah baik." Ucap mereka bersamaan.
"Kamu gimana?" Tanya Kafka.
"Sama i'm good."
Bertepatan saat Kafka dan Radit menghampiri Frisca, di sekitar taman seorang gadis baru saja datang bersama sahabatnya tengah memerhatikan gerak gerik mereka.
Ada hubungan apa ya antara mereka bertiga? Apa seseorang yang dimaksud Kafka adalah dia?
"Itu temen lo kan?"
"Iya."
"Siapa namanya?"
"Kafka sama Radit."
"Gue seneng banget tau akhirnya bisa ketemu kalian lagi. Termasuk kamu Kaf." Ucap Frisca dengan hati yang senang seperti mendapatkan kado terindah dari pacar.
"Aku juga Fris."
Kini mereka bertiga mengobrol seadanya tak lupa juga pembicaraan yang diselingi tawa. Kini alasan Kafka yang ke Paris akhirnya terbayar. Meski belum sepenuhnya terbayar. Karena menurutnya belum saatnya ia membicarakan masalah hubungannya dengan Frisca.
🗼🗼🗼
"Kaf." Ucap Radit setelah melihat Kafka selesai shalat.
"Apa?"Ucap kafka sementara melipat sejadahnya.
"Gue ma--"
"Shalat dulu Dit. Gue tungu di balkon."
"Emang gue mau shalat dulu kok."
"Terus maksud lo manggil gue apa?" Tanya Kafka seraya berjalan ke arah kulkas.
"Maksudnya gue mau pinjam peci lo."
"Bilang dong."
"Eh kampret lo motong ucapanya gue, gimana lo bisa tau."
"Udah deh Dit, mendingan lo shalat cepat. Shalat itu gak boleh di tunda-tunda."
"Kayak gak pernah nunda aja lo." Ucap Radit beranjak pergi ambil air wudhu.
Setelah Radit shalat isya, ia segera melipat sejadahnya serta melepas peci lalu ia taruh di atas meja yang biasanya menaruh perlengkapan shalat. Radit segera menyusul Kafka yang sudah berada di balkon.
"Lama banget lo shalat?"
"Emangnya kenapa, ngerepotin lo."
"Yaelahh santai kali Dit. Cuma nanya doang." Ucap Kafka terkekeh.
"Pertanyaan lo tuh yang gak santai. Tapi gue emang berdoa yang panjang sih Kaf."
"Berdoa apa lo? Tumben."
"Berdoa supaya sahabat gue dapat pasangan yang sholeh kayak gue." Ucap Radit berbangga.
Kafka yang tengah meminum minumannya langsung saja tersedak saat mendengar ucapan Radit, bukan apanya masa harus di selipkan dengam kata dapat pasangan yang sholeh kayak gue?
"Gak usah terharu gitu kali Kaf, sampai tersedak segala."
"Sialan lo."
"Kok sialan sih, gue tuh doain lo yang baik-baik. Lo aja gak pernah doain gue yang kayak gitu." Ucap Radit yang penuh drama.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Love in Paris
General FictionKafka ke Paris dengan suatu tujuan. Di sana, ia bertemu dan kenalan dengan gadis bernama Hanna. Seiring berjalannya waktu, Hanna membuat Kafka menimbulkan perasaan yang lebih dari teman. Saat Kafka masih bingung dengan perasaannya terhadap Hanna, ti...