BAB 16

16 3 0
                                    


Satu pukulan mendarat dan tepat mengenai pipi Eza.

"Kurang ajar lo jadi cowok. Seenaknya mau nyium cewek di tempat umum."

"Kafka kamu apaan-apaan sih."

"Han dia hampir cium lo."

"Kalau gak tau apa-apa gak usah langsung nonjok orang. Karena belum tentu tindakan lo itu sesuai sama apa yang terjadi." Ucap Eza seraya memegang ujung bibirnya yang terluka.

Cowok yang menonjok Eza adalah Kafka. Ia yang kebetulan berada di tempat yang sama dan berjalan tidak jauh dari Hanna dan Eza duduk. Ia yang langsung menghentikan langkahnya ketika melihat dua orang sedang berhadapan di tambah ia yang sangat mengenali gadis itu. Ia langsung saja menghampirinya ketika lelaki itu seperti ingin menciumnya. Padahal ia hanya salah paham.

"Eza bukan cowok brengsek yang seperti apa kamu pikirin. Dia gak mungkin lakuin itu." Ucap Hanna tidak habis pikir dengan kelakuan Kafka yang datang langsung menonjok Eza.

"Terus apa yang ia lakuin tadi ke lo?"

"Kaf dia itu hanya ingin bersihin apa yang ada di dekat bibir aku." Ucap Hanna setelah tau ternyata ada sedikit debu di dekat bibirnya dan ia sudah membersihkannya.

"Lo salah paham bro. Lain kali liat lebih detail sebelum bertindak."

Memangnya ia salah jika ingin menolong gadis yang ia sukai, begitulah pikirnya. Kafka yang berada di belakang Hanna dan seolah-olah ia melihat kedua orang itu seperti ingin melakukan adegan kiss ala drama korea. Dan ternyata Kafka hanya salah paham dengan apa yang terjadi. Kafka jadi merasa malu dengan apa yang ia lakuin barusan.

"Dan asal lo gue bukan cewek yang akan di perlakukan seperti itu."

"Gue minta maaf Han."

"Bukan aku aja tapi sama orang yang lo pukul."

"Sorry." Ucapnya lalu menatap lelaki itu.

"Hm."

"Di siapa lo?."

Belum sempat Hanna menjawab suara handphonenya kini terdengar di telinga ketiganya.

"Sorry aku harus pulang. Oh ya Kaf lain kali kamu jangan gini lagi." Ucap Hanna, ia akan segera pulang karena barusan ia menjawab telepon dari Papinya.

"Iya Han. Gue anter ya."

"Gak usah." Ucap Hanna lalu aku dari sana.

"Gue juga duluan bro." Ucap Eza dengan menepuk sebelah pundak Kafka sebelum pergi.

***

"Ada apa?" Ucapnya tanpa ekspresi.

"Muka lo datar amat?"

"Terserah gue lah, muka-muka gue. Kenapa lo yang repot."

"Gue repotlah. Masa Hanna gue biarin dengan cowok yang mukanya datar."

"To the point."

"Kemarin itu lo cemburu?"

Kafka menoleh sebentar pada Eza. "Sok tau lo."

Yap, mereka adalah Eza dan Kafka. Kemarin Eza mengiriminya pesan kepada Kafka untuk menemuinya di tempat yang sudah ia sharelock. Awalnya Kafka tidak menanggapinya, tapi setelah di beritahu kalau itu adalah pertemuan yang penting, sehingga Kafka mengiyakannya. Kafka heran lelaki yang sudah ia pukul kemarin di mana mendapatkan nomornya. Dan ia perlu mempertanyakan itu.

Eza tertawa. "Kemarin lo kentara banget kalau lo lagi cemburu. Kelihatan dari cara lo marah."

"Wajar kalau gue marah. Masa gue biarin yang kayak gitu terjadi. Seandainya itu benar."

A Journey Love in ParisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang