"Nih."
"Wah eskrim. Thank you."
"You are welcome."
Sebelum Kafka menghampiri gadis itu, dirinya lebih dulu membeli dua eskrim. Dan eskrim itu satu untuknya dan satu untuk Hanna.
"Oh ya Han, jalan-jalan yuk!"
"Mau ke mana?"
"Ke sekitar sini aja."
"Boleh, ayok!"
Hanna dan Kafka kemudian beranjak dari tempatnya dan sekarang mereka berdua mulai berjalan entah ingin kemana.
"Kaf mau ke Parc de Bagatelle gak?"
"Kemana aja gue mau kok."
Jarak taman itu dengan tempat yang mereka tuju sekarang cukup jauh, tapi tidak terlalu menguras tenaga. Mereka berjalan menuju taman Parc de Bagatelle dengan diiringi obrolan dan tawa antar mereka berdua. Kini mereka telah sampai di tempat tujuan.
"Kaf fotoin aku dong."
"Pakai hp gue aja." Ucapnya ketika melihat Hanna ingin memberikan handphonenya.
Hanna bergaya dengan bermacam-macam gaya yang ia tampilkan. Dari tempat yang satu lalu berpindah ke tempat yang lainnya. Sudah beberapa foto yang sudah di potret oleh Kafka. Dan hasilnya sangat memuaskan bagi Hanna.
Hanna menghela napas gusar. "Capek juga ya gaya-gayaan."
"Lo mah mending, lah gue lebih capek fotoin lo sana-sini."
"Sorry ya."
"No problem. Untung gak banya ribet sih liat hasil fotonya."
Itu hanya beo/abili Kafka tentang dirinya yang merasa capek. Justru itu membuatnya senang bisa memotret gadis yang ia cintai di depan bunga-bunga yang menurutnya juga cantik seperti Hanna. Ia juga sengaja menggunakan handphonenya, supaya hasil potretannya itu bisa tersimpan di galerinya.
"Kalaupun hasilnya tadi jelek pasti aku bakalan ribet juga, suruh kamu buat ulangin fotoin."
"Dan untungnya hasilnya malah bagus. Jadi gak perlu repot lagi ngulangin lo foto."
"Nanti kamu kirim ke hp aku ya, terus kalau udah di kirim kamu boleh hapus aja."
"Gue gak mau hapus."
"kok gitu? Nanti kalau penyimpanan kamu penuh gimana?"
"No problem for me."
"Karena kamu anak orang kaya, jadi bebas beli hp kapan aja."
"Bukan gitu Han. Gue anaknya gak boros-boros kok. Kalau ada yang gue punya gue bakalan jaga itu sampai bener-bener udah waktunya buat di lepasin."
Hanna tampak berpikir. Ia paham dengan perkataan Kafka, tapi belum paham maksud dari perkataan Kafak yang mengarah kemana.
"Lo gak paham?"
"Misalnya seperti barang? Benda-benda? Atau ada hal lain?"
"Menurut lo?"
"Ya seperti itu."
"Apapun yang jadi milik gue, maupun itu barang, benda dan juga seseorang. Gue akan menjaganya, meskipun ke depannya barang atau benda itu akan rusak, seseorang itu akan pergi. Tapi setidaknya gue udah menjaganya dan melindunginya." Jeda Kafka. "Gue gak gampang buat gonta-ganti hal-hal kayak gitu termasuk seseorang. Kecuali seseorang itu yang pergi ninggalin gue." Lanjut Kafka. Hanna pun seketika tercengang, dirinya sangat paham maksud dari kata perkata yang Kafka keluarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Journey Love in Paris
General FictionKafka ke Paris dengan suatu tujuan. Di sana, ia bertemu dan kenalan dengan gadis bernama Hanna. Seiring berjalannya waktu, Hanna membuat Kafka menimbulkan perasaan yang lebih dari teman. Saat Kafka masih bingung dengan perasaannya terhadap Hanna, ti...