Nungguin ga sihh kalian??
***
"apa kamu yakin mau pulang Deon?"
Edoardo bertanya dengan lembut, matanya terasa perih karena menangis."Iya." Deon dengan singkat menjawab, membersihkan sisa air mata di pipi Edoardo dengan sapu tangannya.
"Tapi di luar hujan masih turun." Edoardo masih enggan membiarkan Deon pergi, dia ingin bersama Deon lebih lama.
Saat ini Edoardo dan Deon sedang berada di ruang tamu, dengan Edoardo yang menempel pada Deon layaknya anak anjing.
"Kak Cruel akan mengamuk jika aku terlalu lama disini." Dengan suara tenang Deon menjawab sama sekali tidak mendorong Edoardo yang terus menempel padanya.
Di luar hujan masih terus membasahi bumi, mengirimkan suasana dingin yang kelabu sangat berbanding terbalik dengan suasana hati Deon yang selayaknya musim semi. Sudah berapa lama Deon menunggu hari ini tiba? Rasanya lama sekali, setiap detik yang berlalu terasa bagaikan selamanya bagi Deon, tak pernah satu hari pun ia lewati tanpa memikirkan balas dendam, karena balas dendam adalah alasannya masih bernapas hari ini.
"Sudah yang mulia, saya ingin pulang." Deon dengan lembut mendorong Edoardo yang masih menempel padanya. "Ini sudah semakin larut."
"Bagaimana kalau menginap semalam saja?" Edoardo dengan berat hati menarik dirinya menjauh dari Deon. "Aku khawatir padamu."
"Hm?" Deon terkekeh mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan Edoardo, "wah anda sudah besar ya sampai bisa mengkhwatirkan orang lain."
Edoardo mengerucutkan bibirnya, "apa maksudnya orang lain? Kamu itu kan sahabat ku."
"Benar saya sahabat anda." Deon mengusap kepala Edoardo, "jadilah anak baik, saya akan datang lagi besok."
"Ha... Baiklah, lagi pula aku tidak bisa berdebat dengan mu." Edoardo mengaku kalah, ia sama sekali tidak bisa beradu argumen dengan Deon. "Ayo biar aku antar ke depan."
"Senangnya bisa di antar oleh anda." Deon terkekeh sebelum berdiri dan berjalan berdampingan dengan Edoardo.
Lorong-lorong istana yang memang biasanya sepi kini terasa lebih sepi. Walaupun Edoardo adalah pangeran yang di abaikan, namun setidaknya dulu masih ada beberapa pengawal dan juga pelayan yang mengurus tempat ini, tapi lihatlah sekarang tidak ada satupun orang yang mendiami tempat ini selain dirinya dan Edoardo, bahkan serangga pun enggan untuk hinggap disini. Memang manusia adalah makhluk yang mudah berubah-ubah, makhluk yang penuh kebusukan dan tak bermoral, sungguh kenapa bisa manusia punya sifat seburuk itu? Bahkan dirinya pun manusia, pantas saja rasa jijik ini terus hinggap di dirinya.
'Menyebalkan.'
Edoardo yang sedang mengintip ke arah Deon sedikit tersentak saat Deon mengerutkan keningnya. "Tenang saja Deon, ini hanya sementara, setelah ini istanaku akan menjadi istana terbaik di kerajaan ini."
Edoardo berpikir bahwa alasan mengapa Deon tiba-tiba mengerutkan keningnya adalah karena keadaan istananya yang begitu buruk, dia juga jadi teringat bahwa ia tidak menyediakan teh ataupun cemilan untuk Deon, apakah Deon kesal karena itu?
Deon melirik Edoardo sekilas sebelum kembali menatap ke depan, 'kenapa tiba-tiba bedebah ini bicara begitu?'
Edoardo yang tak melihat respon dari Deon pun kembali berucap, "Deon.. Aku akan menjadi raja selanjutnya jadi tidak perlu kesal."
"Anda akan menjadi kaisar, bukan raja." Deon menatap Edoardo dengan tatapan yang seolah bertanya, 'apa yang sedang kamu coba bicarakan?'
"Ya! Itu benar aku akan jadi kaisar." Edoardo memberikan senyumannya pada Deon sama sekali tidak mengerti arti tatapan Deon.
"... Iya." Deon merasakan perasaan kesal merayap di dadanya kala Edoardo terus membicarakan hal yang tidak jelas. "Ah, sudah sampai rupanya."
"Kamu yakin ingin pulang?" Edoardo kembali bertanya kala mereka sudah sampai di depan.
Deon menghela nafas sejenak, entah kenapa suasana hatinya ini berubah menjadi buruk kala Edoardo terus berbicara hal yang tidak penting. "Saya akan kembali besok pagi-pagi sekali yang mulia, jadi tunggu dengan tenang ya?"
"Baiklah, hati-hati di jalan Deon." Edoardo memberikan pelukan singkat pada Deon, sebelum dengan tenang melihat kereta kuda milik Deon berjalan menjauh dari istananya.
***
Setelah beberapa saat Deon akhirnya kembali ke mansionnya, suasana suram mansionnya semakin terasa kala langit masih dengan rintik sendunya.Melangkahkan kakinya ke dalam, Deon di sambut dengan penampilan berantakan kakaknya, "ada apa denganmu kak?"
Cruel segera turun dari tangga dan berlari menghampiri Deon, "Tidak ada hal buruk yang terjadi di istana kan Deon?"
Deon mengernyit kala Cruel mengabaikan pertanyaannya, "tidak ada, memangnya apa yang bisa terjadi?"
"Benar tidak ada yang bisa terjadi." Cruel membawa Deon kepelukannya, "tidak akan terjadi apa-apa."
Deon menghela nafas, sembari menepuk punggung cruel guna menenangkannya, dia heran mengapa Cruel sangat menempel padanya hari ini? Dia sudah cukup lelah setelah di peluk Edoardo seharian ini, dan sekarang dia harus menenangkan Cruel juga?
"Apa terjadi sesuatu saat aku pergi?" Deon bertanya mencoba menghilangkan nada kesal dalam suaranya.
"Tidak ada... Aku hanya bermimpi buruk."
"Apa mimpi itu sangat buruk?" Deon mencoba mendorong Cruel menjauh darinya, sungguh Deon lelah, dia hanya ingin berbaring secepatnya.
Cruel mengangguk, sembari melepaskan pelukannya dari Deon. Dia paham bahwa Deon lelah, "itu buruk, tapi aku baik-baik saja saat melihat mu."
Deon menatap wajah Cruel, wajah yang biasanya menampilkan ekspresi tegas itu entah kenapa terasa rapuh, netranya pun tampak kusam, dan ada lingkaran hitam di bawah matanya.
"Itu hanya mimpi buruk tidak usah di pikiran, lagipula aku akan selalu bersama kakak."
Bibir Cruel tertarik membentuk senyuman tipis, "terimakasih, aku akan selalu menjagamu."
"Menjaga apanya? Aku bukan anak kecil lagi." Deon mendengus menatap cruel dengan wajah cemberut.
Cruel tertawa kecil mendengar pernyataan Deon, "anak kecil tidak perlu bersikap seperti orang dewasa."
"Orang-orang akan tertawa mendengar perkataan kakak." Deon ikut tersenyum tipis saat melihat Cruel tertawa.
"Aku yakin mereka akan setuju, lagipula kamu hanyalah kelinci kecil~" Cruel dengan gemas mencubit pipi Deon, menyebabkan ringisan kecil keluar dari bibir sang empu.
"Berhenti melakukan itu, aku bukan anak-anak lagi!" Deon menepis tangan Cruel yang berada di pipinya.
"Aku mau tidur, jangan ganggu aku!" Katanya sambil berlalu pergi.
Sementara itu Cruel hanya tertawa melihat tingkah adiknya, rasanya segala kekhawatirannya lenyap begitu saja.
***
Bab tanpa konflik karena aku baru menyelesaikan ujian kemarin 😺
Vote dan komen kak🥺
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
disaster returns
Фэнтези[i'm not that kind of Talent] Perang, Kata yang menggambarkan kekejaman, kesengsaraan, penderitaan, dan kesedihan yang mendalam. Deon tak pernah sekalipun ingin terlibat perang, tapi sekarang dia harus memilih antara ras manusia atau iblis, namun se...