🚨this story is not bl,
Only contains a brother complex and maybe a little bromance⛽
***
Matahari telah meninggalkan langit, membiarkannya bersatu dengan sang purnama. Kali ini hanya purnama satu-satunya yang bersanding dengan sang langit, karena sang pelita malam tak ingin menampakkan dirinya.Angin dingin menerpa wajah rupawan milik Edoardo, sementara mata emas itu menatap kosong kearah sang purnama. Padahal hari ini badannya terasa sangat lelah, namun pikirannya tak mau berkompromi untuk membiarkannya beristirahat barang sedetik saja.
"Aku benar-benar merindukan Deon..." Dia berujar, berharap perasaannya tersampaikan pada sang empu. Sungguh Edoardo sudah terbutakan oleh Deon, aromanya, kehadirannya, dan kehangatan yang ia beri padanya membuatnya semakin candu. Rasanya ia ingin mengurung Deon untuk dirinya sendiri.
"Kalau begitu Deon akan membenciku kan.." sudut bibirnya terangkat, "...Deon itu terlihat seperti ingin membuangku."
"Dia memang ingin membuangmu!" Suara tajam nan dingin milik tamu tak diundang memasuki telinga Edoardo.
"Aku sedang memikirkan adiknya, tapi kenapa malah kakaknya yang muncul?" Edoardo bergeser ke samping menghindari serangan pedang Cruel.
"Brengsek kau! Beraninya memikirkan adikku!" Cruel melompat masuk ke dalam kamar Edoardo, mengarahkan bilah pedangnya kepadanya.
"Memangnya kenapa? Toh Deon saja tak keberatan." Edoardo mengambil belati yang ada di balik sakunya, dia memang sudah menduga bahwa akan ada tamu tak di undang malam ini.
"Kau itu hanya boneka, tak usah berharap lebih!" Cruel melancarkan serangannya pada Edoardo, membuat Edoardo dengan sigap menahannya.
"Meskipun hanya boneka, setidaknya aku lebih berguna daripada kau!" Suara dentingan terus terdengar di kamar sempit milik Edoardo.
"Hama! Jangan bicara omong kosong!" Kemarahan Cruel semakin memuncak, perkataan Edoardo membuatnya kembali teringat pada Deon yang lebih memilih Edoardo daripada dirinya.
"Apa? Kau tersinggung, menyedihkan!" Edoardo tertawa di tengah deru napasnya yang tidak stabil, kekuatan Cruel tak dapat diremehkan.
"Tersinggung? Aku? Pada boneka seperti mu? Mimpi saja!" Meskipun kemarahan tercetak jelas di mata milik Cruel, namun Cruel masih dapat mengendalikan dirinya.
Cruel telah mendapatkan mimpi berulang yang membuatnya hampir kehilangan akal sehat, mimpi dimana ia melihat adiknya tersiksa saat di Medan perang, saat adiknya harus pergi ke dunia iblis bahkan saat ia harus membunuh adiknya dengan tangannya sendiri. Dia telah menahannya selama ini, jadi jika dia dapat dengan mudah terpancing oleh provokasi Edoardo, bisa di pastikan Cruel dari dulu sudah kehilangan akal sehatnya.
"Kau itu hanya boneka yang di mainkan Deon ketika dia bosan." Kamar milik Edoardo yang semula rapih kini sudah sangat berantakan, "kalau kau matipun Deon tak akan bersedih, justru sebaliknya dia akan tertawa dan menari di kuburanmu!"
'deg!' Edoardo tersentak oleh pernyataan Cruel, memang benar dia sudah tahu hal itu namun mendengar orang lain mengatakannya tetap membuatnya merasakan sakit yang mendalam, perasaan terkhianati.
'padahal aku akan memberikan apapun untuk deon.' Edoardo menggertakkan giginya menahan amarah yang kini kian membuncah.
"Aku akan membuat Deon tak bisa membuangku!" Kilatan tekad tercetak jelas di manik emas milik Edoardo, "aku akan sangat berguna bagi Deon, sehingga dia akan lebih memilihku dibandingkan dirimu!"
Cruel terpukul mundur oleh dorongan kuat Edoardo, "heh dasar bedebah, sudah kubilang jangan bermimpi."
Edoardo melihat Cruel membenarkan postur nya, bersiap menyerang lagi. "Heh idiot, kalau kau takut bilang saja."
"Bedebah satu ini memang lebih baik dihukum mati." Edoardo dengan sigap menghadapi Cruel, meskipun Cruel lebih diuntungkan dalam pertarungan ini.
"Kalau aku mati Deon pasti akan membencimu seumur hidupnya!" Edoardo terhempas membentur dinding kamarnya, darah segar keluar dari sela-sela bibir Edoardo.
"Jangan khawatir Deon itu tak pernah menganggap mu penting, dia mungkin akan marah tapi itu hanya akan berlangsung selama satu sampai dua hari." Cruel berjalan menuju Edoardo, mencekik lehernya.
Edoardo menggertakkan giginya, 'sial kenapa aku sangat lemah.'
"Aku akan memberikan boneka baru untuk Deon, jadi dia tak perlu lagi bermain denganmu." Cruel menatap Edoardo dengan pandangan meremehkan.
"Aku yakin tak ada boneka sabaik diriku!" Edoardo dengan seluruh kekuatannya berhasil melepaskan diri dari Cruel, dia mencoba mengatur napasnya.
"Kau bahkan tak malu mengakui bahwa dirimu adalah boneka," Cruel dengan santai menatap Edoardo. "Apa kau bahkan mengetahui apa yang di sembunyikan oleh Deon?"
Edoardo terdiam sesaat, "Kenapa kau bertanya tentang hal itu? Seharusnya kau sudah sadar itu sejak awal."
"Kenapa aku bertanya? Untuk mempertimbangkan apakah aku harus membunuhmu atau tidak!" Cruel merenggangkan tangannya bersiap menyerang lagi.
"... Aku tidak tahu pasti apa yang di sembunyikan Deon, tapi setidaknya aku tahu satu hal." Edoardo kembali menangkis serangan pedang Cruel dengan belatinya, untungnya belati ini adalah pemberian Deon sehingga terbuat dari bahan khusus jadi tidak mudah patah.
"Ck! Hanya satu hal?" Cruel bertanya dengan curiga.
"Setidaknya aku lebih tahu itu di bandingkan dirimu." Edoardo menatap tajam Cruel.
"Entahlah aku tidak yakin.." Cruel balik menatap Edoardo tak kalah tajamnya, "coba kau sebutkan apa yang kau tahu."
"Kau mencoba mengorek informasi dariku kan?" Belati Edoardo kini berada di leher Cruel menggores kulitnya, begitupun dengan pedang milik Cruel.
"Tugas mu hanya menjawab pangeran boneka." Cruel menekan pedangnya, menyebabkan darah segar menetes dari leher Edoardo.
"Apa yang aku dapatkan sebagai balasan?" Edoardo tak takut dengan gertakan Cruel, dia juga membalas Cruel dengan menekankan belati itu di lehernya.
"Tidak ada." Ucap Cruel dengan dingin, "tapi jika kau tak menjawabnya akan kupastikan kau tak dapat bertemu dengan Deon lagi, selamanya."
Manik emas milik Edoardo penuh dengan kebencian dan kemarahan atas kalimat terakhir milik Cruel, Edoardo tau bahwa Deon sangat menyayangi Cruel jadi ada sedikit kemungkinan bahwa Deon akan lebih mendengarkan Cruel di bandingkan dirinya.
"Matanya.." Edoardo menggertakkan giginya seraya berkata, "mata milik Deon dapat melihat masa depan."
'deg!' mata Cruel membelalak mendengar pernyataan Edoardo, Cruel tidak tahu bahwa Edoardo dapat menyimpulkan hal itu dari Deon.
"Omong kosong apa yang kau bicarakan?!" Cruel berkata dengan marah.
"Sudah kubilang seharusnya kamu lebih tahu daripada aku!" Edoardo mendorong Cruel, menjauh beberapa langkah darinya.
Cruel terdiam, dia hanya menganggap bahwa apa yang ia lihat dalam mimpi itu adalah kejadian yang akan menimpa Deon di masa depan, namun jika perkataan Edoardo itu benar maka semua hal yang tidak beres di sekeliling Deon sekarang menjadi masuk akal.
'hal itu terjadi saat kau menentang takdir.'
"Kalau kau sudah mendapatkan apa yang kau mau, sekarang pergilah!" Ucap Edoardo pada Cruel.
Cruel mengepalkan tangannya, kemudian berlalu pergi tanpa sepatah katapun.
Sementara itu, di balik pintu kamar milik Edoardo seseorang telah mendengar semuanya secara diam-diam.
***
Aku merasa seperti cerita ini semakin tidak jelas ( ̄ヘ ̄;) gimana menurut kalian?Terus ada part yang bikin kalian binggung engga? Atau hal yang mau kalian tanyain? Kalau ada taro di kolom komentar ya!!
Terimakasih sudah membaca
Silahkan tinggalkan jejak!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
disaster returns
Viễn tưởng[i'm not that kind of Talent] Perang, Kata yang menggambarkan kekejaman, kesengsaraan, penderitaan, dan kesedihan yang mendalam. Deon tak pernah sekalipun ingin terlibat perang, tapi sekarang dia harus memilih antara ras manusia atau iblis, namun se...