Kalian ga da niatan follow akun ku gitu?ಠ︵ಠ
***
Cruel kembali ke kediaman dengan segala macam pikiran di benaknya, matahari akan segera menampilkan wujudnya namun entah mengapa hawa dingin terus menjalar di setiap denyut nadinya.
Ketakutan dan kecemasan terus menghantuinya, takut kalau-kalau Deon mengetahui perbuatannya.
'Ah gila, kenapa dunia tak memberiku petunjuk dengan jelas? Atau mungkin karena aku terlalu bodoh? Sehingga aku tak dapat mengerti apa yang diinginkan dunia.'
Cruel terus berjalan di lorong koridor yang masih sepi, hanya beberapa orang pelayan dan penjaga saja yang sudah terjaga. Dia berjalan dengan langkah konstan mekipun terasa berat, karena takut kalau Deon sudah terbangun dan mengetahui segalanya.
'Yah... Deon pasti sudah tau.'
Disinilah Cruel berada, menatap pintu besar itu dengan kepasrahan. Beberapa kali ia menghela nafas mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak karuan.
'baiklah, mati atau tidak mari kita lihat saja nanti.'
Cruel menghalangi penjaga untuk membukakan pintu itu, dan lebih memilih membukanya sendiri. Dia dengan perlahan mendorong pintu besar itu, samar-samar dia dapat melihat adiknya sedang melihat ke arahnya dengan senyum manis terpatri di bibirnya.
"Selamat pagi kakak.." bibir ranum itu terbuka, menyuarakan suara merdu yang seakan bukan milik manusia.
'malaikat!' seketika kecemasan Cruel menghilang, langkahnya yang awalnya terasa berat entah kenapa sekarang berubah menjadi ringan. Cruel dengan tenang berjalan ke arah Deon.
"Selamat pagi Deon, apa tidurmu nyenyak?"
Deon masih tersenyum, matanya bahkan melengkung membentuk bulan sabit. "Tentu saja, karena kakak menjagaku."
Cruel yang mendengar hal itu sedikit tersentak, namun tak menunjukkan nya secara langsung.
'apa Deon menyindirku?'
Cruel berdiri tepat di depan Deon, menatap mata merah adiknya yang menawan. "Baguslah kalau begitu Deon, bagaimana kalau kita sarapan bersama?"
Deon berkedip, membuat bulu matanya yang lentik berkibar.
'sangat lucu dan manis!' Cruel tak pernah dapat menahan diri dari setiap eskpresi yang terbentuk di wajah Deon, meskipun ia tak akan berpikir begitu jika tau apa yang Deon pikirkan.
"Tentu, kakak tunggu saja di bawah." Senyum menawan masih tetap bertahan di bibir Deon, "aku akan ganti baju dulu."
Cruel sedikit kecewa dengan tanggapan Deon, bukanya dia ingin mengintip Deon ganti baju, hanya saja dia merasa Deon bukan lagi anak kecil yang dulu ia rawat. Melihat Deon yang begitu mendiri membuat Cruel yang merupakan kakaknya merasa tak di butuhkan lagi.
"Tapi janji langsung turun ya?" Cruel dengan lembut menyisir rambut Deon dengan tangannya, mencoba merapihkan rambut adiknya itu.
"Tentu, lagipula ini hanya sebentar." Deon dengan tenang menyingkirkan tangan Cruel yang sedang menyisir rambutnya. "Sekarang kakak tunggu saja di bawah."
'wth?! Apa ini? Apa Deon marah padaku? Apa aku ketahuan? Sialan, aku takut sekali.'
"Kak..kakak!" Deon menusuk pipi Cruel saat melihat sang empu tak kunjung membalasnya.
"Ah! Iya tentu, kalau begitu kakak tunggu di bawah ya?" Cruel kembali ke kenyataan saat jari imut milik Deon menusuk pipinya.
Deon hanya menganguk sebagai balasan, dan Cruel pun mulai berbalik berjalan keluar dari ruangan. Padahal ruangan itu adalah kamarnya, tapi entah mengapa dia merasa seperti di usir dari ruangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
disaster returns
Fantasy[i'm not that kind of Talent] Perang, Kata yang menggambarkan kekejaman, kesengsaraan, penderitaan, dan kesedihan yang mendalam. Deon tak pernah sekalipun ingin terlibat perang, tapi sekarang dia harus memilih antara ras manusia atau iblis, namun se...