"Oh bagaimana caramu melakukannya?" Mata emas milik Edoardo bersinar dalam ketertarikan.
Melihat itu Deon tersenyum, "bagaimana? Mudah saja, memangnya ada yang tidak bisa dilakukan oleh malaikat?"
Edoardo dengan keras mengigit bagian dalam mulutnya, hal itu dia lakukan guna menahan tawa yang hendak keluar dari mulutnya.
"Kamu terus mengatakan omong kosong yang lucu, tidakkah kamu tahu itu?" Ucap Edoardo dengan nada geli yang tidak dapat disembunyikan.
"Saya tidak tahu apa yang anda maksud dengan omong kosong, tapi saya tahu bahwa saya memang lucu." Deon dengan santai menanggapi ejekan Edoardo, "kalau begitu yang mulia bagaimana kalau kita duduk disana?"
Edoardo melirik apa yang ditunjuk Deon, disana terdapat sebuah batang pohon besar yang tampak tua berbaring di sisi sungai, itu adalah batang yang kokoh yang dapat menampung lebih dari dua orang. Batang pohon yang sengaja disediakan untuk tempat beristirahat.
Edoardo mengalihkan pandangannya dari batang pohon tersebut, kini ia membawa iris emas nya bersitatap dengan manik merah deon, mencoba menelisik apa yang ada dalam netra merah itu. Sejujurnya Edoardo merasa dirinya sedang di permainkan oleh deon, bahkan disaat seharusnya Edoardo begitu waspada pada Deon karena Deon tampak begitu mencurigakan, tetapi entah mengapa sebagian besar dari dirinya enggan mencurigai Deon, seakan mengatakan bahwa Deon bukanlah orang jahat yang akan menyakitinya.
Sembari menghela nafas, Edoardo berjalan lebih dulu ke arah batang pohon itu dan duduk diatasnya. Deon yang melihat itu lantas mengikuti Edoardo dan duduk di sampingnya.
"Biar kulihat bagaimana tuan Malaikat akan mengobati ku." Kata Edoardo saat melihat Deon sudah duduk di sampingnya. Namun, bukannya pengobatan yang Edoardo dapatkan setelah mengatakan hal itu, melainkan tatapan kesal Deon padanya.
"Saya tidak tahu mengapa yang mulia mengikuti perkataan saya begitu saja, tidakkah yang mulia di ajari agar tidak mempercayai orang asing?" Sejujurnya Deon setengah kesal dengan betapa mudahnya Edoardo menuruti ucapannya, walaupun setengahnya lagi dia merasa senang karena rencananya berjalan begitu mulus. Namun ini juga menyebalkan, Bukankah rasanya sia-sia saja dia berpikir begitu keras selama berhari-hari guna menyusun rencana agar yang mulia berada di sisinya?
"Kamu ini aneh sekali, jelas-jelas kamu yang lebih dulu mendekatiku dan sekarang kamu memintaku mencurigaimu?" Edoardo mengernyit heran atas apa yang dikatakan oleh orang di depannya, mungkin gagasan bahwa ia 'lucu' benar adanya.
"Bukannya saya meminta anda mencurigai saya, saya hanya sedikit kesal karena anda bahkan tidak curiga pada saya." Jelas Deon mengungkapkan kekesalannya, "tapi lupakan saja."
"Itu jugalah yang membuatku heran, mengapa aku tidak mencurigai mu? Seakan-akan kita pernah berinteraksi sebelumnya" Ungkap Edoardo saat melihat wajah cemberut Deon.
Wajah Deon berubah jadi masam setelah mendengar Edoardo mengatakan itu, 'apakah yang mulia memiliki ingatan tentang masa lalu?' pikirnya.
"Sudahlah lupakan saja, anggap saja saya tidak bertanya yang mulia." Ucap deon sembari mengambil sesuatu dari balik saku dadanya.
Edoardo diam, memperhatikan apa yang akan di keluarkan Deon dari balik saku dadanya, apakah Deon akan mengeluarkan ramuan? Oh ternyata bukan.
Edoardo tampak binggung dengan tindakan Deon, bukan ramuan penyembuh yang diambil dari balik saku dadanya melainkan beberapa lembar sapu tangan berwarna putih. Yah, kalau Deon mengeluarkan ramuan penyembuh, Edoardo pasti akan berpikir bahwa Deon sedang bersekongkol dengan ratu.
Deon mulai menyambungkan dua buah sapu tangan putih, dan sisanya di biarkan seperti itu saja. Setelah selesai menyambung saputangan tersebut Deon mengangkat wajahnya, sehingga netra nya bertemu dengan iris emas milik Edoardo.
"Nah yang mulia saya akan membalut luka anda." Jelasnya sambil mempersempit jarak antara ia dan Edoardo. Deon mulai membalut luka yang ada di bahu kiri Edoardo dengan saputangan yang telah di sambung, membalutnya dengan rapih sekaan dia sudah terbiasa dalam membalut luka.
Edoardo diam seribu bahasa, dia bisa merasakan jari-jari Deon di kulitnya, bahkan nafas hangat Deon menerpa lehernya. Sungguh Edoardo belum pernah sedekat ini dengan seseorang, lagipula siapa yang mau dekat-dekat dengannya?
Setelah selesai membalut luka yang ada di bahu kiri Edoardo, Deon kembali mulai membalut luka di lengan kanan Edoardo, dan terkahir Deon membalut luka di telapak tangan kanan Edoardo.
Luka Edoardo sebenarnya sangat banyak, bahkan di pinggang dan kakinya, namun karena Deon tidak memiliki sapu tangan yang cukup mangkanya Deon memilih membalut luka yang terlihat. Hal ini juga ia lakukan agar setiap kali Edoardo melihat bekas luka itu dia akan teringat padanya.
Edoardo hanya diam, memperhatikan betapa telatennya Deon dalam membalut lukanya, 'mengapa dia terlihat sangat terbiasa dalam membalut luka? Dan juga mengapa dia membawa begitu banyak saputangan?'
Saat Edoardo sedang asik berkelana dalam pikirannya, sebuah suara lain berhasil membuatnya tersadar dari lamunannya.
"Salam bagi cahaya kerajaan." Edoardo melirik sang pemilik suara yang sekarang berada di depannya. Pemilik suara tersebut adalah seorang remaja dengan rambut hitam dan mata hijau, Cruel Hart.
"Kakak!" Deon berdiri dari duduknya, dia menghampiri kakaknya. "Apa yang kakak lakukan di sini?"
Cruel mengernyitkan dahinya sebentar saat mendengar pertanyaan adiknya, "untuk menjemput mu pulang."
"Ah! Benar, sepertinya aku terlalu lama berkeliaran, maaf." Ungkap Deon sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Deon." Melihat Deon yang menundukan kepalanya, Cruel tanpa sadar menepuk kepala Deon. Hal ini membuat Edoardo yang sedari tadi menonton mendecakkan lidahnya.
Cruel menatap Edoardo, "kalau begitu kami akan pergi lebih dulu yang mulia, semoga cahaya kerajaan selalu menyertai anda." Kata Cruel menunduk dengan sopan.
Edoardo hanya mengangguk singkat sebagai tanggapan, melihat itu Cruel berbalik dan menarik pergelangan tangan Deon agar anak itu mengikutinya.
Deon yang di tarik pun hanya pasrah, tapi sebelum itu, "Sampai jumpa lagi yang mulia." Ucapnya sembari melambaikan tangan pada Edoardo.
Edoardo membuang mukanya saat mendengar pernyataan Deon, namun tanpa sadar sebuah senyuman tipis muncul di bibirnya.
"Ya sampai jumpa." Katanya berbisik pada dirinya sendiri.
****
Ea..ea.. Deon otw punya Hyung baru nihh hehehe
Kayaknya bab ini agak cringe ya?Anw nama keluarga nya Deon tuh apa sih? Hurt ya? Wkwkwk
Fyi: di timeline ini si Edoardo belum ketemu sama pangeran 1 mangkanya dia masih haus kasih sayang.
Jangan lupa klik vote dan komen supaya lebih cepet UPP!!!
See ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
disaster returns
Fantasy[i'm not that kind of Talent] Perang, Kata yang menggambarkan kekejaman, kesengsaraan, penderitaan, dan kesedihan yang mendalam. Deon tak pernah sekalipun ingin terlibat perang, tapi sekarang dia harus memilih antara ras manusia atau iblis, namun se...