9: Keputusan Asmara

12.1K 741 30
                                    

🦋🦋🦋🦋

"Maaf mengganggu, lanjutkan saja." Setelah mengatakan itu Asmara memutar tubuhnya membelakangi Dewa dan mulai melangkahkan kakinya.

"Asmara!" Panggil Dewa berteriak.

Pria itu berlari mengejar Asmara tak perduli saat wanita dibelakangnya terus menyerukan namanya.

Adam yang baru saja keluar dari lift dibuat terkejut saat melihat Asmara yang berlari ke arahnya.

"Pak Adam."

"Iya Bu, kenapa balik lagi? Pak Dewa-nya tidak ada?"

Asmara menyodorkan tas kecil yang ia bawa pada Adam. "Buat Pak Adam aja."

Adam mengerutkan dahinya, tangan Adam terhenti saat ingin menerima pemberian Asmara karena tepisan kasar yang Dewa berikan pada punggung tangan Adam yang membuat pria itu meringis kesakitan.

"Ini punya saya!"

Asmara menoleh menatap suaminya yang kini berdiri tepat di sampingnya, wajah Dewa terlihat sangat emosi ketika menatap Adam. Namun wajah emosi Dewa berubah menjadi lebih tenang saat pria itu menatap Asmara.

"Ikut ke ruangan saya" ucap Dewa penuh kelembutan.

"Mas Dewa!"

Dewa membuang kasar nafasnya wajah tenang itu telah hilang, Dewa kembali menatap Adam. "Bawa dia pergi."

Wanita yang kini telah berdiri di samping Dewa tampak tak terima. "Maksud kamu apa Mas? Sedari tadi ngusir aku terus!"

"Bawa dia pergi!" Suara Dewa meninggi, kedua bola matanya menatap tajam sang asisten.

Adam terkejut, dengan gerakan cepat ia mencekal tangan wanita berambut panjang itu. Namun cekalan tangan Adam dilepaskan secara paksa.

"Aku nggak mau pergi!"

"Biar aku aja yang pergi" ucap Asmara karena ia sangat tidak suka dengan keributan.

Dewa menarik pinggang Asmara saat melihat Asmara ingin melangkahkan kakinya. "Saya tidak menyuruh kamu pergi."

"Siapa dia Mas?" Tanya wanita itu penasaran dengan kedua mata menatap penuh intimidasi pada Asmara.

"Istri saya." Jawab Dewa.

"Istri? Sejak kapan Mas? Ken—

"Mau pergi sendiri atau saya seret dari tangga." Tentu saja Dewa tidak main-main dengan ucapannya.

"Tolong jelasin dulu Mas."

Adam yang sudah tahu akan resikonya pun menarik paksa lengan wanita itu untuk pergi dari hadapan Dewa yang tengah menahan emosi. Setelah Adam hilang dari pandangannya Dewa menuntun Asmara untuk masuk ke dalam ruang pribadinya.

Asmara menatap sekeliling ruangan luas yang didominasi warna hitam serta putih itu. Dewa menutup kembali pintu ruangannya lalu pria itu berjalan mendekati Asmara.

"Ayo duduk" Dewa merengkuh pinggang Asmara memberi sedikit usapan lembut di sana.

Asmara menyimpan tas berukuran sedang yang sedari tadi ia bawa di atas meja yang ada di depannya, Dewa tampak mencopot jas formalnya sebelum duduk di sebelah Asmara.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang