15: Bermuka Dua

8.6K 558 17
                                    

🦋🦋🦋🦋

Semua pasang mata tampak teralihkan, ruangan yang awalnya diisi oleh bisingnya cakap-cakap dari orang-orang kini menjadi hening ketika seseorang masuk menengahi obrolan mereka.

"Assalamu'alaikum" Dewa dan Asmara mengucap salam bersamaan.

Tampak seluruh pasang mata mengarah pada keduanya yang kini melangkah mendekat ke arah meja yang terbentang panjang, terdapat pula makanan-makanan lezat yang tersaji di sana.

"Wah, Dewa... Selamat datang." Sambut salah satu saudara Dewa.

Terlihat ketiga adik tiri Dewa yang kini sedang menatap penuh penasaran ke arah Asmara, Dewa membalas senyuman beberapa keluarganya. Dengan tangan yang masih menggandeng tangan Asmara Dewa berjalan dan duduk di antara keluarganya yang lain. Dewa melihat ke sekeliling, semua senyuman serta wajah bahagia itu hanya topeng belaka. Realitanya mereka semua bermusuhan dan bersaing untuk mendapatkan hak yang lebih besar dari yang di tentukan.

"Jangan menunduk, angkat pandangan kamu, perlihatkan pada mereka semua jika kamu layak menjadi istri saya." Bisik Dewa mengusap lembut paha Asmara di bawah sana.

Asmara menuruti perintah Dewa, senyuman manis ia tunjukkan pada seluruh keluarga besar Dewa termasuk adik-adik tiri pria itu.

"Kamu tidak mau memperkenalkan istri kamu sama kita Mas?" Pertanyaan dilontarkan oleh Anjani.

Dewa melirik sekilas ke arah sumber suara. "Maaf jika kesannya sangat membuat kalian terkejut karena saya tiba-tiba membawa seorang istri. Saya memang sudah menikah secara sah menurut agama dan negara, prosesi pengucapan janji suci memang dilakukan secara privasi hanya ada beberapa orang yang seharusnya saja di sana." Jelas Dewa dengan nada suara yang terdengar tenang.

"Tetapi jangan khawatir, saya akan mengadakan resepsi pernikahan tidak lama lagi, dan saya akan mengundang kalian semua." Lanjut Dewa diakhir dengan memandang sebentar wajah Asmara.

Mendengar itu Asmara pun terkejut, pasalnya Dewa tidak pernah mengatakan apa-apa tentang resepsi atau semacamnya. Sekarang Dewa tiba-tiba ingin mengadakan resepsi pernikahan tidak lama lagi.

"Selamat menempuh hidup baru Sadewa, semoga pernikahanmu selalu mendatangkan kebahagiaan dan keberkahan" ucap adik perempuan pertama Ayahnya.

Dewa menganggukkan kepalanya, lalu dia tersenyum sebentar. "Terima kasih."

"Selamat ya Raden, istrimu terlihat masih sangat muda dan cantik. Dia pasti akan mengurus serta melayani kamu dengan baik."

Dewa tersenyum. "Pastinya."

"Jadi... Jika boleh tahu, istrimu ini dari keluarga yang bagaimana? Tidak mungkin juga kamu langsung menikahinya kan? Pasti kamu harus tahu terlebih dahulu latar belakang kehidupannya." Sambung Wissa.

Mendengar itu Asmara kembali menundukkan pandangannya, hatinya merasa malu membayangkan dia akan menjadi bahan ejekan orang-orang di sini karena latar belakang keluarganya yang kurang mampu.

"Latar belakang? Mungkin itu hanya berlaku pada kalian, saya tidak begitu." Balas Dewa, satu tangannya kembali menggenggam tangan Asmara di bawah meja.

Asmara semakin tidak nyaman saat beberapa pasang mata menatapnya penuh selidik, beberapa dari mereka tampak memberikan isyarat mata pada Asmara yang tidak dimengerti olehnya.

Dewa terlihat sangat tidak menikmati acara ini, dia lebih banyak diam dan akan membuka suara jika salah satu dari keluarganya mengajak bicara. Dewa lebih memilih mengobrol dengan Asmara di sampingnya dibanding menyambung obrolan bisnis keluarga dan tentunya jika nanti Dewa ikut nimbrung, obrolannya akan merembet pada perebutan hak waris.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang