2: Makan Malam Bersama

16.2K 889 15
                                    

Jangan lupa vote dan komen, selamat membaca...

🦋🦋🦋🦋

Dewa akhirnya dapat keluar dari ruang kerjanya setelah berjam-jam ia berada di dalam sana, hingga kini pukul 8 malam Dewa baru bisa pulang ke rumah.

"Pak Dewa, ada beberapa berkas yang belum Bapak tanda tangani." Beritahu Adam saat melihat Dewa yang baru saja keluar dari ruang kerja.

Dewa terpaksa menghentikan langkahnya. "Besok saja, saya mau pulang sekarang."

Adam mengangguk patuh. "Baik Pak, selamat beristirahat."

Dewa kembali melangkahkan kakinya menuju lift untuk sampai ke lantai satu. Dewa masuk ke dalam mobil yang terparkir di tempat parkiran khusus untuk para petinggi perusahaan, embusan nafas ia keluarkan saat sudah masuk ke dalam kursi kemudi, sungguh hari yang sangat melelahkan Dewa pun belum sempat mengisi perutnya. Pria itu hanya memakan makanan ringan yang dibelikan oleh Adam siang tadi, Dewa belum memakan nasi hari ini.

Beberapa saat kemudian Dewa sampai di rumahnya, pria itu turun dari mobil dan memberikan kunci mobil pada penjaga rumahnya agar bisa dimasukkan ke dalam garasi. Dengan tatapan lurus ke depan pria itu berjalan lurus untuk masuk ke dalam rumahnya, Dewa hampir saja lupa jika dia adalah seorang pria yang sudah menikah.

Dewa membawa langkahnya menuju dapur, matanya berbinar melihat ada banyaknya makanan khas Indonesia yang tertata rapi di atas meja makan.

"Bi Nur, tumben masaknya lumayan banyak." Ucap Dewa pada asisten rumah tangganya yang baru saja muncul.

Bi Nur menerbitkan senyumnya. "Bukan saya yang masak Pak, tapi istri Bapak. Saya cuma bantu-bantu saja, dia juga masak buat orang-orang rumah yang lain."

Dewa terdiam sejenak, kepala pria itu menoleh kesana kemari untuk mencari keberadaan Asmara di sekitarnya namun tak kunjung ditemukan.

"Sekarang dia di mana? Apa sudah makan?"

"Ada di kamar sepertinya Pak, Non Asmara belum makan katanya tadi dia nunggu Bapak pulang saja makannya."

Dewa mengerutkan dahinya, ada desiran aneh yang menjalar di dalam hatinya. Entah desiran apa ini Dewa baru kali ini merasakannya, sebelum-sebelumnya Dewa tidak pernah merasakannya. Tanpa membalas ucapan Bi Nur Dewa melangkahkan kakinya menuju tangga ke lantai dua, matanya menatap pintu kamar yang kini di tempati oleh Asmara.

Sedikit ragu Dewa melangkahkan kakinya mendekat pada pintu bercat putih tulang itu, hingga pada saat satu tangannya hinggap pada gagang pintu Dewa menghentikan niatnya. Kedua matanya terpejam sejenak, dan dengan perlahan Dewa menekuk gagang pintu tersebut sehingga membuat pintu kamar itu terbuka.

Dewa masuk ke dalam tak lupa ia menutup kembali pintunya. Bisa Dewa lihat Asmara yang tertidur nyenyak memunggunginya, Dewa berjalan mendekati ranjang Asmara hingga saat Dewa telah berdiri di samping ranjang Asmara pria itu dapat melihat kedua mata Asmara yang terpejam dengan kedua tangannya yang menumpu pipi sebelahnya.

Sedikit menunduk satu tangan Dewa menyingkirkan anak rambut Asmara yang keluar dari ikatan rambutnya, Dewa tidak tega untuk membangunkan Asmara. Dewa membalikkan tubuhnya pria itu duduk di atas kursi yang menghadap langsung pada Asmara, Dewa menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, tanpa sadar ia memejamkan matanya dan tertidur di kamar Asmara.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang