7: Dewa Dan Masalah

11.6K 810 69
                                    

🦋🦋🦋🦋

Kejadian pagi tadi sungguh menyakitkan bagi Asmara, entah apa yang telah terjadi pada suaminya sehingga tega bersikap demikian. Bi Nur yang saat itu baru saja datang pun ikut terkejut mendengar apa yang Dewa katakan dia ikut tersinggung dengan perkataan terakhir yang Dewa ucapkan sebab Bi Nur juga sama seperti Asmara, ia berasal dari kampung.

Duduk termenung sembari memperhatikan daun-daun kering yang berjatuhan di taman belakang rumah besar itu. Pandangannya menunduk mengingat kejadian beberapa jam lalu, tidak pernah terbayangkan Dewa akan seperti itu, ekspetasi tentang masa depan buruk itu kembali datang menghantui pikirannya.

"Non, makan dulu nih." Asmara menolehkan kepalanya ke samping saat mendengar suara lembut dari sana.

Asmara tersenyum lalu menerima piring berisi makanan yang sudah disiapkan oleh Bi Nur.

"Terima kasih Bi, maaf sudah bikin repot." Ucap Asmara.

"Tidak apa-apa Non, ini kan sudah menjadi tugas saya."

"Ya sudah, saya tinggal lagi ya Non" Ucap Bi Nur, Asmara mengangguk sebagai balasan.

Dari jauh, Bi Nur memandang Asmara dengan wajah sedih entah apa masalah yang sedang Dewa alami sehingga mulutnya ringan berbicara demikian pada Asmara.

"Semoga Allah bisa melunakkan hati Pak Dewa."

Asmara memandang makanan yang ada di pangkuannya, matanya memanas ia merindukan desanya. Asmara juga merindukan kedua orangtuanya, sudah menjadi kebiasaan bagi Asmara jika rindu dengan mereka ia akan mendatangi makan kedua orangtuanya. Tapi tidak dengan sekarang, Asmara jauh dari desa ia hanya bisa mengucapkan dalam hati saja untuk mengurangi rasa rindu pada dua cintanya.

Asmara mendongak ke atas untuk menatap langit yang sedikit mendung, perlahan matanya terpejam, dalam hati ia berucap.

"Bapak, Ibu, Asmara sudah menikah sekarang. Tapi Asmara tidak bahagia."

Sedangkan di kantornya hari ini sedang melaksanakan rapat penting dengan beberapa karyawan utamanya, kedua matanya menatap salah satu karyawannya yang sedang menjelaskan perkembangan perusahaan di bulan ini. Lain hal dengan matanya justru pikiran Dewa tak sejalan dengan penglihatannya, rasa bersalah tiba menjalar di sana raut wajah Asmara terngiang-ngiang di dalam pikirannya.

"Pak Dewa" karyawan Dewa memanggil setelah selesai membaca kertas yang dipegangnya, namun tidak ada sahutan dari sang empu.

"Pak" Adam ikut memanggil Dewa.

Mereka yang di ruangan rapat tersebut saling tatap.

"Pak Dewa" panggil Adam sekali lagi dengan satu tangan yang menggoyangkan lengan Dewa.

"I-iya, ada apa?" Tanya Dewa sembari membenarkan posisi duduknya.

"Jadi, bagaimana pendapat Bapak?" Tanya karyawan yang berdiri menghadap Dewa.

"Pendapat?" Dewa bertanya-tanya.

Karyawan tersebut mengerutkan dahi, terlihat Dewa menundukkan kepala memijat keningnya sebentar.

"Maaf, saya tidak fokus tadi. Bisa diulang?"

Pria berjas hitam itu mengangguk patuh lalu kembali mengucapkan beberapa kata yang tertera pada kertas putih di tangannya.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang