🦋🦋🦋🦋
Asmara memasukkan kembali tempat makan yang sudah kosong ke dalam tempatnya semula, Dewa tampak meneguk air mineral yang Asmara bawa untuknya.
"Masih pusing?" Tanya Asmara saat Dewa menyimpan botol minum di atas meja.
Dewa tidak langsung memberi respon, pria itu menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
"Sudah tidak terlalu, tapi masih agak kunang-kunang kepalanya." Balas Dewa.
Asmara melirik sebentar meja berukuran besar yang biasa Dewa tempati untuk menyelesaikan pekerjaannya.
"Pekerjaan kamu masih banyak Mas?"
"Enggak, sebenarnya hari ini saya pulang awal karena sudah tidak ada yang harus saya kerjakan lagi."
"Sekarang udah bisa pulang berarti?" Tanya Asmara memastikan.
Dewa menganggukkan kepalanya, satu tangannya terulur menyingkirkan beberapa helai rambut Asmara yang menutupi mata gadis itu.
"Iya, mau pulang sekarang?"
"Mau, mata aku ngantuk mau tidur" balas Asmara, ia berucap jujur.
"Kalau mau tidur di sini saja." Ucap Dewa sembari menepuk pahanya sendiri.
Gelengan Asmara berikan sebagai balasan ucapan Dewa. "Sempit."
"Loh kenapa? Enak dong yang sempit-sempit." Balas Dewa ambigu.
Asmara mengerutkan dahinya, Dewa menampilkan senyum tipis namun memiliki banyak arti di sana.
"Jelek banget omongan Mas Dewa!" Tegur Asmara memukul pelan paha suaminya.
Dewa tertawa kecil satu tangannya meraih tangan Asmara yang kini sedang berada di atas pahanya.
"Jelek gimana? Pikiran kamu saja yang salah mengartikan."
"Udah ah, ayo pulang" ucap Asmara bersamaan dengan ia yang bangkit dari duduknya.
Dewa tersenyum manis pria itu tak kunjung bangkit dari duduknya. "Cium dulu sini." Dewa meraih lengan Asmara.
Belum sempat Asmara membalas ucapan Dewa, pria itu sudah menariknya sehingga kini Asmara kembali duduk, namun kali ini tidak duduk di atas sofa tetapi di atas pangkuan Dewa.
"Mas Dewa!"
"Hm, ngopo diajeng?"
Asmara tersenyum geli mendengarnya. "Logat Jawa-nya kurang."
Dewa terkekeh. "Sudah lama saya tidak menggunakan bahasa Jawa, kamu tahu? Saya juga keturunan Jawa sama seperti kamu."
"Beneran? Jawa mana?" Tanya Asmara penasaran.
"Jawa Timur, di Surabaya. Nanti kalau ada waktu luang saya ajak kamu kesana."
Asmara menganggukkan kepalanya semangat. "Boleh-boleh, aku udah lama nggak ke Surabaya. Terakhir pas waktu masih ada Ibu sama Bapak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Asmara (in another universe) | Tamat
RomanceRaden Sadewa terpaksa menikahi gadis bernama Asmara karena wasiat yang diberikan oleh sang Ayah.