11: Mr. Dramatic

12.5K 694 32
                                    

🦋🦋🦋🦋

Asmara masuk ke dalam kamar milik Dewa, ia meletakkan jas milik Dewa pada tempat gantungan baju yang tersedia di sebelah pintu masuk. Asmara menatap setiap sudut kamar yang didominasi warna hitam itu, sangat rapi dan harum. Namun minusnya kamar ini terlalu gelap, tidak ada warna yang hidup di dalam kamar ini.

Di luar Dewa baru saja menerima gagang pintu baru yang masih terbungkus rapi oleh kemasan.

"Kok beda?" Tanya Dewa sembari pandangannya terangkat untuk menatap Rendy yang masih berdiri di hadapannya.

"Yang Bapak mau stoknya habis, itu saya direkomendasikan oleh pemilik tokonya. Harganya juga beda, yang ini lebih mahal." Beritahu Rendy.

Dewa menganggukkan kepalanya mengerti ia membolak-balikkan gagang pintu yang masih ada di dalam kemasan.

"Oke tidak apa-apa. Ada kembaliannya?"

Rendy menggelengkan kepalanya. "Tidak Pak, ini malah kurang tadi digantikan pakai uang saya dulu."

"Oh iya? Kalau gitu nanti saya ganti. Sekarang saya minta tolong ambilkan perkakas di kantor pos Doni."

Rendy mengangguk patuh pria itu segera melangkah cepat untuk memenuhi perintah sang majikan. Setelah mengambil apa yang diminta Rendy kembali menghampiri Dewa.

"Ini Pak."

Dewa menerimanya. "Terima kasih."

"Mau saya bantu tidak Pak?" Tawar Rendy.

"Tidak usah, kamu boleh pergi." Balas Dewa sembari kedua tangannya fokus membuka kemasan yang masih tertempel pada gagang pintu barunya.

Dengan lihai Dewa mulai memasangnya, walaupun ia sedikit kesulitan karena gagang pintu kali ini beda dengan sebelumnya. Jangan disangka jika Dewa baru kali ini merusak gagang pintu, entah menurun dari siapa pria itu sangat sulit untuk menahan emosi. Jika sudah emosi barang-barang di sekitarnya yang akan menjadi sasaran, walaupun begitu Dewa tetap bertanggung jawab, Dewa akan membereskan semuanya yang sudah ia rusak.

Tanpa disengaja tangan Dewa terpeleset sehingga telapak tangannya terbeset besi tajam di sekitaran gagang pintu yang telah rusak itu. Obeng yang semula Dewa genggam pun dijatuhkan ke lantai serta terdapat sedikit darah yang tertempel pada gagang obeng berwarna kuning cerah itu.

Segera Dewa bangkit dari posisi jongkoknya, pria itu menoleh ke belakang.

"Rendy!" Panggil Dewa berteriak.

Rendy yang sedang mengobrol dengan Doni pun menoleh. "Sebentar ya Pak, saya samperin Pak Dewa dulu."

Rendy mengerutkan dahi saat melihat Dewa yang sedang menutupi telapak tangannya sendiri.

"Kenapa Pak?" Tanya Rendy semakin bingung saat melihat darah segar menetes yang berasal dari telapak tangan Dewa.

"Tolong kamu lanjutin ya, telapak tangan saya terbeset besi." Balas Dewa diakhiri dengan rintisan setelahnya.

"Baik Pak."

Setelah Rendy membalas ucapannya Dewa pun melangkah cepat masuk ke dalam rumah, pria itu membawa tubuhnya menuju dapur dan berhenti tepat di depan wastafel. Dewa mencuci telapak tangannya yang sudah dibanjiri oleh darah. Dewa mengambil tisu dapur untuk menutupi lukanya walaupun itu mustahil tetapi Dewa tetap melakukannya.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang