16: Cemburu Berlebih

10.2K 620 22
                                    

🦋🦋🦋🦋

Pagi hari ini terasa lebih berbeda dibandingkan dengan pagi-pagi sebelumnya, dikarenakan hujan yang turun cukup lebar subuh tadi yang membuat kota Jakarta dilanda cuaca dingin sekarang. Namun semua itu menjadi penghalang untuk Dewa berangkat bekerja, kini pria itu baru saja selesai menggunakan pakaian kerjanya yang tadi disiapkan oleh Asmara.

Sedangkan di luar Asmara baru saja menyelesaikan menata sarapan pagi, ia melangkahkan kaki menaiki tangga untuk memanggil Dewa yang masih belum keluar juga.

Ceklek

Asmara membuka pintu kamar mereka dan terlihatlah Dewa yang sedang berdiri memunggunginya. Ketika telinganya mendengar suara pintu kamar yang di buka Dewa membalikkan tubuhnya namun pandangannya tak kunjung terangkat, ia masih fokus memainkan handphonenya entah sedang menghubungi siapa Dewa tampak sangat fokus sampai tidak mendengar panggilan dari Asmara.

"Mas!" Asmara memanggil dengan suara keras sehingga Dewa terkejut dan langsung mematikan handphonenya.

"I-iya, ini saya turun." Balas Dewa cepat.

Asmara mengerutkan dahinya, ia melangkahkan kakinya mendekat pada Dewa. Asmara menatap Dewa penuh selidik sedikit menyimpan curiga pada pria di depannya ini, entah mengapa ucapan Kiara kemarin malam selalu memenuhi isi otaknya hingga semalam pun Asmara tak dapat tertidur nyenyak. Bagaimana jika semua yang di ucapkan Kiara memang benar, tetapi Asmara segera menepiskan semua pikiran-pikiran yang membuatnya sakit sendiri.

Jika ingin mengetahui yang sebenarnya Asmara harus turun tangan sendiri, benarkah semua yang Dewa lakukan saat ini hanya sandiwara? Benarkah Dewa hanya berpura-pura mencintai Asmara? Semuanya akan Asmara buktikan segera.

"Sarapan sudah siap, Mas mau sarapan dulu apa bawa bekal aja?" Ucap Asmara menatap intens wajah suaminya.

Ditatap seperti itu oleh Asmara membuat Dewa sedikit tak fokus, pria itu mengedarkan pandangannya sembari satu tangannya terangkat untuk menggaruk belakang telinganya.

"Sarapan dulu saja, tapi tetap bawa bekal." Jawab Dewa.

"Yaudah cepat turun ke bawah ya," balas Asmara lalu setelahnya ia berbalik untuk kembali ke dapur, tetapi Dewa menahannya.

Asmara kembali menghadap Dewa. "Kenapa Mas?"

"Kenapa pas bangun kamu tidak ada di samping saya? Cium dulu sini, pagi ini kamu belum kasih." Dewa mendekatkan wajahnya.

Asmara tersenyum lalu ia menangkup kedua pipi Dewa dan mendaratkan ciuman di dahi Dewa.

"Kok di situ?" Ucap Dewa tak terima.

Asmara tersenyum geli kedua tangan yang masih bertengger di kedua pipi Dewa itu mengusap lembut kedua pipi yang dihiasi oleh jenggot tipis di sekitarnya.

"Sudah siang Mas Dewa, nanti Mas telat gimana?" Asmara melepaskan menarik kembali kedua tangannya yang semula bertengger di kedua pipi Dewa.

Alis Dewa mengerut tak terima. "Lebih baik saya tidak berangkat bekerja kalau begitu."

"Ya sudah terserah Mas Dewa." Balas Asmara sebelum melangkah keluar kamar.

Melihat Asmara yang melangkah keluar kamar dengan cepat Dewa mengikuti langkahnya dan kembali menarik lengan Asmara sehingga menubruk dada keras Dewa. Asmara mendongakkan kepala sehingga pandangannya bertemu dengan pandangan Dewa, tanpa aba-aba Dewa mendaratkan bibirnya pada bibir merah muda milik sang istri.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang