17: Permaisuri-ku

10.1K 504 34
                                    

🦋🦋🦋🦋

Setelah menjemput Asmara di taman, Dewa tidak langsung membawa sang istri pulang ke rumah melainkan membawanya ke sebuah restoran sederhana bernuansa desa yang ada di kota Jakarta.

"Kita makan dulu ya, saya belum makan siang. Kamu sudah?" Tanya Dewa sembari mencopot sabuk pengaman yang terpasang pada tubuhnya.

Asmara menggelengkan kepalanya. "Belum Mas, ini aja aku baru beli bahan-bahannya" Asmara menunjuk tas belanjaannya yang tersimpan di kursi belakang.

"Buat nanti malam saja, kita makan siang di sini. Sekalian saya mau bertemu dengan seseorang." Dewa mendekatkan tubuhnya pada Asmara, mencium sejenak pipi sang istri.

Saat Dewa ingin kembali menciumnya Asmara sudah lebih dulu menahan wajah Dewa menggunakan kedua tangannya.

"Ketemu siapa Mas?" Tanya Asmara.

"Orang WO, resepsi pernikahan kita dilaksanakan hari sabtu nanti." Ucap Dewa yang membuat Asmara mendorong jauh tubuh suaminya.

"Hari sabtu?" Asmara tampak bingung dan juga terkejut.

Dewa menautkan kedua alisnya. "Kenapa memangnya?"

"Kok kamu nggak kasih tahu aku dari jauh-jauh hari sih Mas?" Asmara menatap kesal Dewa di sampingnya.

"Ini saya baru kasih tahu, lagi pula sekarang masih hari senin. Masih butuh lima harian lagi untuk mempersiapkan semuanya, itu waktu yang cukup menurut saya, tenang saja."

Asmara membuang nafasnya kesal, seenaknya saja Dewa ini!

"Ayo turun sayang." Seperti biasa, Dewa membuka sabuk pengaman yang terpasang pada tubuh sang istri. Seperti biasa pula pria itu mencuri satu kecupan pada pipi Asmara.

Keduanya turun secara bersamaan dari mobil, Dewa tampak membenarkan sekejap jas formalnya lalu ia menghampiri Asmara dan menggandeng tangan sang istri. Saat pertama kali mereka masuk sudah di sambut ramah oleh karyawan di sana.

"Meja atas nama Raden Sadewa." Ucap Dewa sembari menatap karyawan pria yang baru saja membukakan pintu untuknya dan Asmara.

Pria berkulit kuning langsat itu tersenyum lagu menunjuk meja pesanan Dewa. "Di sana nggeh Pak, sudah disiapkan."

Dewa menganggukkan kepalanya. "Terima kasih" tak lupa Dewa membalas senyuman karyawan pria di itu, begitu pun dengan Asmara.

Dewa dan Asmara membawa langkahnya menuju meja yang sebelumnya telah di pesan. Setelah duduk Asmara menatap sekeliling restoran ini yang didominasi oleh kayu-kayu jati, ada beberapa tanaman hidup juga di dalam restoran ini serta suara gemericik dari air mancur membuat restoran ini jadi sangat menyatu dengan alam yang masih asri.

"Tempatnya adem banget" gumam Asmara dengan senyuman merekah.

Dewa mengangkat pandangannya dari handphone setelah mendengar gumaman Asmara, pria itu ikut tersenyum saat melihat Asmara tersenyum.

"Kamu suka?" Tanya Dewa sembari satu tangannya menyelipkan helaian rambut kebelakang telinga Asmara.

Asmara menganggukkan kepalanya sembari menoleh ke arah Dewa. "Suka banget, aku jadi kangen suasana di desa."

Dewa semakin tersenyum, hatinya bergemuruh saat mendengar balasan Asmara yang berseri-seri. "Syukur kalau kamu suka, dibanding restoran mewah milik teman saya kamu lebih menyukai yang mana?" Tanya Dewa menopang dagu dengan kedua bola mata yang menatap sepenuhnya pada Asmara.

Dewa Asmara (in another universe) | TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang