🦋🦋🦋🦋
Di sinilah Asmara sekarang, di dalam kamarnya menemani Dewa yang kini tengah berbaring sembari memeluknya, hampir satu jam Asmara dengan posisi yang sama karena kesulitan untuk bergerak. Pelukan Dewa sangat erat dan begitu posesif membuatnya sulit untuk menggerakkan tubuhnya.
Asmara kembali mencoba untuk melepaskan lingkaran tangan Dewa di pinggangnya secara perlahan, namun pria itu menolak dengan cara mengeratkan pelukannya sehingga tubuh keduanya sangat menempel sekarang.
"Sesak Mas, jangan kaya gini" Asmara mendorong bahu Dewa perlahan.
"Jangan coba-coba lepasin diri." Balas Dewa.
"Aku enggak nyaman posisi gini terus Mas."
Dewa membuka matanya dan kepalanya mendongak sehingga hidung keduanya kini bersentuhan, Asmara salah tingkah melihat Dewa yang sangat dekat dengannya. Baru pertama kali ia berjarak sangat intim dengan lawan jenis.
"Terus mau posisi yang gimana, hm?" Tanya Dewa berbisik.
Asmara tak kuasa untuk membalas ucapan Dewa, gadis itu menundukkan pandangannya dan jantungnya pun berdetak kencang jika ia terus menerus memandang wajah Dewa.
"Apa kamu tidak nyaman dipeluk saya karena saya ...
Dewa menggantungkan ucapannya yang membuat Asmara kembali memandang wajah Dewa.
"Karena saya sudah tua?"
Lantas Asmara menggelengkan kepalanya cepat sungguh ia tidak pernah membatin seperti itu.
"Jujur saja Asmara, tidak apa-apa." Ucap Dewa dengan nada suara yang rendah sehingga terdengar lembut di telinga Asmara.
"Enggak, aku nyaman kok" jawab Asmara jujur.
Dewa terkekeh samar pelukannya pada Asmara melonggar namun ia tidak menyingkirkan kedua tangannya dari pinggang Asmara.
"Bohong."
"Saya tidak percaya apa yang kamu ucapkan" Dewa membalasnya dengan senyuman miring menghiasi wajah tampannya.
"Aku serius, aku sama sekali enggak bohong" ucap Asmara meyakinkan.
Dewa mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar balasan Asmara.
"Cium saya agar saya percaya ucapan kamu."
Asmara terdiam setelah mendengar ucapan Dewa, dia memalingkan wajahnya karena salah tingkah namun Dewa mengartikannya lain, Dewa pikir Asmara menolaknya.
Kedua lengan yang semula melingkar di pinggang Asmara kini terlepas, Dewa menghembuskan nafasnya pasrah kedua matanya menatap Asmara penuh kekecewaan.
"Kamu bohong." ucap Dewa datar.
Asmara menggelengkan kepalanya. "Enggak Mas."
"Kalau gitu, cium saya Asmara."
Dengan sedikit ragu Asmara mendaratkan kecupan di pipi Dewa. Senyuman tipis terbit di bibir Dewa setelah mendapatkan kecupan itu lain hal dengan Asmara yang wajahnya sudah memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Asmara (in another universe) | Tamat
RomantizmRaden Sadewa terpaksa menikahi gadis bernama Asmara karena wasiat yang diberikan oleh sang Ayah.